Bab 5. Manggung di Kampung Halaman (part 2)
Keesokan paginya setelah sarapan, kami berangkat menuju stadion tempat acara Parade Musik dilangsungkan. Aku dan teman-teman pamit kepada bapak dan ibu.
Saat aku bersalaman dengan Bapak, beliau berkata, “Ingat pesan Bapak tadi malam, Nin.”
Aku cuma bisa mengangguk saja mendengarnya.
Di dalam mobil, teman-teman seperti biasa saling melemparkan candaan. Ini memang biasa kami lakukan untuk menurunkan ketegangan saat akan manggung. Tapi rasanya aku tidak berselera menanggapi candaan mereka. Aku lebih banyak diam. Entah mengapa kata-kata Bapak tadi malam masih terngiang-ngiang di telingaku.
“Nin, Nin,” ujar Toni.
“Hooi, Nin,” seru Whimpy lebih keras.
“Ninaaaa,” panggil Aan yang duduk di dekatku.
“Eh. Iya. Ya. Apaan sih, dekat sekali manggilnya,” sahutku tergagap.
“Habis kamu melamun aja dari tadi. Kamu kenapa mbakyu? Di rumah sendiri kok melamun terus?” ujar Aan.
“Konsentrasi, Nin,” sahut Toni.
“Iyaaa, Bos. Jangan kuatir,” jawabku.
Sekitar lima belas menit kemudian kami sudah memasuki pelataran stadion. Stadion Nasional yang merupakan stadion terbesar di kotaku, tampak dipadati penonton. Rupanya peminat musik rock di kampung halamanku banyak juga. Syukurlah. Padahal sebenarnya aku agak khawatir tentang jumlah penonton. Tapi rupanya kekhawatiranku tidak terbukti. Bahkan penonton sudah memadati stadion sebelum acara dimulai.
Whempy yang mengendarai mobil, segera memarkir “The Scarry” (begitu kami menjuluki mobil kakak Whempy, hehe.) di sebelah utara stadion. Dengan membawa gitar, bass dan juga keyboard, kami segera keluar dari mobil menuju ke pintu stadion. Dua orang petugas security segera datang membantu kami, begitu melihat name tag “PESERTA” yang terpasang di dadaku. Dengan dibantu petugas security, akhirnya kami bisa masuk ke dalam stadion dan duduk di deretan kursi-kursi di sebelah kanan panggung yang disediakan untuk para peserta parade.
Di dalam stadion yang berkapasitas sekitar 7.000 orang, penonton yang datang mungkin sudah berjumlah sekitar 2.000-an. Lumayan lah untuk acara lokal seperti Parade Musik ini. Rupanya penggemar musik rock di kotaku, yang merupakan sebuah kota kabupaten kecil sudah mulai banyak. Panggungnya juga lumayan besar. Dengan ukuran panggung 6 x 8 meter yang terletak di depan tribun dengan sound system yang mantap, panitia benar-benar tidak main-main ingin menyajikan pertunjukan musik rock yang tidak kalah dengan kota-kota tetangga lainnya. Aku jadi merasa bangga pada kotaku tercinta.
Tak lama kemudian setelah kami duduk, peserta lain juga mulai berdatangan. Ternyata ada 30 grup band yang ikut serta dalam acara ini. Cukup banyak juga. Dan, mereka ada yang berasal dari kotaku sendiri dan ada juga yang berasal dari kota kabupaten tetangga. Kami semua mempersiapkan diri untuk tampil sebaik-baiknya dan menunggu nama band kami dipanggil.
Sekitar setengah jam kemudian, dua orang MC cowok dan cewek mulai naik ke atas panggung. Dengan gaya yang atraktif mereka menyapa penonton dan memeriahkan suasana. Penonton pun terlihat antusias mengikuti jalannya acara. Mereka sangat menikmati penampilan grup band yang tampil dengan membawakan lagu-lagu hits dari grup band luar negeri seperti Guns and Roses, Van Halen, dan Metallica. Dan ada juga juga peserta yang menampilkan lagu-lagu dari grup band tanah air seperti Godbless, Power Slaves, Dewa 19 dan lainnya. Kalau dipikir-pikir, acara parade musik ini bisa mengobati kerinduan masyarakat di kotaku untuk melihat acara musik rock yang berkualitas.
Akhirnya tiba giliran band kami untuk tampil. Ketika MC memanggil nama grup band kami, aku dan teman-teman segera naik ke atas panggung. Sebelum bernyanyi, aku menyapa penonton terlebih dahulu. Tak kusangka, sambutan mereka cukup meriah. Apalagi ketika Aan mulai beraksi dengan memainkan solo gitarnya. Penonton bertepuk tangan dengan riuh. Saat intro dari lagu Bara Timur mulai terdengar, sambutan penonton semakin gegap gempita. Keadaan ini tentu membuat kami lebih bersemangat. Kami beraksi memainkan lagu Bara Timur sebaik-baiknya.
Penampilan lagu kedua kami tak kalah hebohnya. Saat memasuki lagu kedua, Whempy beraksi dengan menampilkan solo drum. Aku akui solo drum Whempy memang luar biasa dan semakin memanaskan suasana. Intro lagu kedua yang kami tampilkan disambut dengan tepuk tangan yang sangat meriah. Aku menyanyikan lagu Metropolis Part 1 dengan penuh penghayatan. Entah mengapa aku merasa lirik lagu ini sama dengan yang aku rasakan. Kegalauan dan emosi, kutuangkan lewat kata-kata yang ada dalam lagu.
Di tengah-tengah lagu, saat aku akan mengambil nada tinggi, entah mengapa aku merasa seperti tersedak, suaraku jadi agak terputus. Aan bisa membaca situasi, dia langsung membantuku menyambung lagunya. Kebetulan Aan selain sebagai gitaris juga punya vokal yang bagus, dan kadang-kadang juga bertindak sebagai backing vokal, jadi tidak sulit bagi dia untuk menyambung laguku. Aku menarik nafas panjang untuk melanjutkan lirik berikutnya. Syukurlah aku bisa bernafas lega dan bisa meneruskan lagunya. Penonton sepertinya tidak menyadari insiden kecil yang terjadi. Mereka masih tetap menikmati penampilan kami. Bahkan di antara mereka banyak yang melakukan “headbang”. Mungkin para penonton mengira ini bagian dari improvisasi.
Di akhir lagu aku menutupnya dengan lengkingan suaraku. Penonton menyambut dengan gegap gempita. Dan, kami semua membungkukkan badan sebagai rasa terima kasih kepada penonton yang sudah memberikan sambutan luar biasa atas penampilan kami.
“Kenapa, Nin? Tumben-tumbenan pakai putus segala suara lu?” tanya Toni saat kami sudah duduk di bangku peserta.
Wah, bahaya nih. Kalau Toni sudah pakai Bahasa Jakarta, ini merupakan warning dari dia. Kami sudah hafal kebiasaan ini.
“Dari tadi pagi, Nina melamun terus, sih,” ujar Whempy.
Aku cuma bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
“Sudah, sudah, Ndes. Mungkin ada yang mengganggu pikiran Nina,” sahut Aan menengahi.
“Iya. Maaf ya, teman-teman. Memang ada yang kupikirin, sih,” jawabku sambil menundukkan kepala.
“Iya, nggak pa-pa. Cuman besok lagi jangan begitu. Saat perform harus konsentrasi. Atur nafas yang baik. Biar nggak tercekik suaranya,” ujar Toni. Wajahnya masih masam.
“Untung, Aan cepat tanggap tadi,” sambungnya lagi.
“Iya. Maaf. Makasih ya, An, sudah bantuin aku,” jawabku.
“Sama-sama. Kan demi kita semua. Ngomong-ngomong, kamu mikirin apa sih, Nin?” tanya Aan.
“Biasalah, Bapakku. Bapak kan nggak setuju kalau aku ikut grup band dan Bapak pengennya aku berhenti main band,” terangku dengan mata berkaca-kaca.
“Memang alasannya apa, Nin?” tanya Andi.
“Bapak nggak mau aku putus kuliah gara-gara ngeband,” ujarku sedih.
“Yaelah, kok gitu sih? Padahal selama ini di antara kita berlima, kamu yang paling niat kuliahnya,” ujar Toni.
“Entahlah, Ton. Aku juga bingung,” sambungku.
“Sudah, sudah. Jangan terlalu dipikirin. Yang penting kita sekarang nunggu pengumuman siapa yang jadi Best Performance parade ini. Urusan sedih-sedih, nanti dulu. Siapa tahu, habis ini ada jalan keluarnya,” ujar Whempy.
“Betul itu. Senyum lagi dong, Nin. Masak vokalis rock mau nangis,” goda Aan.
“Namanya juga manusia biasa, kadangkala pasti sedih kan,” gerutuku cemberut.
“Iya, iya. Sudah, sudah, ayo senyum,” ujar Aan sambil menowel pipiku dengan kedua tangannya dan membentuk senyuman.
“Hei, aduh. Sakit tahu,” ujarku sambil memukul Aan.
Toni, Andi dan Whempy tertawa melihat tingkah laku Aan. Dan, aku akhirnya bisa tertawa lagi. Bagiku mereka memang teman-teman terbaikku. Kami berlima sudah banyak mengalami suka dan duka bersama-sama untuk meraih impian kami. Dan, syukurlah, ternyata perjuangan kami tidak sia-sia, band kami menjadi Best Performance dalam acara Parade Musik di kota kelahiranku. Walaupun prestasi ini tidak membuat orang tuaku bangga, tapi semoga ini menjadi langkah baik untuk mewujudkan impianku.
Keterangan:
- Mbakyu : sapaan untuk kakak perempuan
- Ndes : sapaan untuk teman akrab
- Headbang : gerakan menggoyangkan kepala ke belakang dan ke depan saat
mendengarkan musik rock.
- Best Performance : Bahasa Inggris artinya Penampil Terbaik
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Kreator : Klara Rosita
Comment Closed: Tersesat di Jalan Yang Benar Bab 5 Part 2
Sorry, comment are closed for this post.