Memasuki semester pertama berkuliah di Universitas swasta di sebuah kota tempat tinggal seseorang yang merubah jalan hidupku sekaligus watak serta pembawaan karakterku yang sedikit intoleransi terhadap teman-teman dan anti sosial, masa depanku kala itu mungkin tidak pernah kurencanakan sebelumnya, kota yang menjadi kenangan hingga sekarang dan masih enggan aku sebutkan nama kota tersebut. Kota yang penuh dengan kenangan yang baru bisa kulewati masa remajaku yang termasuk terlambat untuk menjalaninya, berkumpul bersama banyak sekali orang-orang dari latar belakang yang berbeda dan kota yang berbeda pula. Saat mendaftarkan diri di kampus tersebut sempat aku ditolak dari sekolah tinggi ilmu agama negeri yang sebelumnya aku mendaftar sebelum mendapatkan jurusan di kampus swasta ini sebenarnyapun karena keterpaksaan mengambil jurusan yang sudah tidak ada lagi pilihan yang aku sukai, namun kenyataannya jurusan itulah yang membawaku pada pekerjaan yang aku sukai hingga sekarang. Aku tidak pernah bermimpi menjadi seorang guru bahkan inginpun tidak kala itu, yang aku ingat saat itu adalah mencari jurusan di fakultas yang akan mengantarkanku bekerja ditempat yang aku sukai adalah di Gedung pencakar langit, di perusahaan besar dan di ruangan ber AC lengkap dengan seragam kantor eksekutifnya entah itu menjadi seorang sekretaris ataupun seorang yang bekerja di Bank. Kenyataan berkata lain dan entah saat itu Tuhan menuntunku dijalan yang benar atau jalan yang mungkin tidak aku sukai namun baik untukku maupun lingkungan bekerjaku, hanya ada jurusan Fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan saat itu yang tersisa hanya ada Bahasa Inggris dan Bimbingan Konseling. Entah apa yang merasuki pikiranku seketika aku tidak ingin dan tidak menyukai fakultas Bahasa Inggris saat itu dan tentu yang tersisa tinggal Fakultas BK yang mana aku harus terlibat langsung dengan Pendidikan karakter seseorang atau bidang ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan pembiasaan sesorang yang mau tidak mau aku dihadapkan dengan klien dan menjadi seorang penasehat atau konselor Pendidikan nantinya, yang padahal aku sendiri merasa seorang pribadi yang introvert kala itu, sedikit anti sosial juga, banyak sekali watak serta karakterku yang jika aku sebutkan usiaku yang masih remaja itu tergolong sedikit buruk jauh dari figur seorang pendidik.
Kala itu aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya masih duduk dikelas 9 SMK yang baru saja lulus dari studiku belum genap tiga tahun aku belajar menimba ilmu di bangku Sekolah Menengah karena memang sebelum menerima ijazah kelulusan dan belum tanda tangan cap tiga jari aku sudah bekerja hingga kuliah menjelang wisudapun masih bekerja, mengingat pertemuanku dengannya yang saat ini menjadi pendamping hidupku itu di sebuah perusahaan kecil yang menjual alat elektronik rumah lengkap aku bekerja sebagai seorang pramuniaga di sebuah showroom kala itu dan dirinya menjadi atasanku. Aku tidak begitu menghiraukannnya kala itu meskipun bekerja dalam sebuah tempat dan lokasi yang sama selama hampir 6 bulan hingga suatu saat aku tidak lagi bekerja di showroom tersebut aku dikenalkan oleh seorang teman sesama pramuniaga kepadanya lebih dekat bukan karena suatu hal tertentu tapi hanya sebatas untuk mendapatkan pekerjaan baru dan bertemulah secara non formal dengan beliau tersebut, kami berbincang dan mulai pada topik utamaku untuk mencari pekerjaan baru, tujuanku hanya tidak ingin menganggur lulus dari SMK sebab di tahun 2005 di Desaku juga masih jarang yang berpendidikan tinggi dan bersekolah di luar kota, jadi aku termasuk adalah harapan orang tua kala itu meskipun pekerjaan baru yang aku dapatkan hanyalah sebagai seorang waitres pelayan restoran namun aku bersyukur masih dapat pekerjaan. Lambat laun aku merasa jika yang kulakukan setiap harinya ada rasa jenuh dan bosan karena hidup dari gaji ke gaji, setiap hari begini dan begitu tanpa ada yang mewarnai hariku. Tak heran karena semasa di SMK aku hanya kenal dengan seorang teman laki laki saja yang menjadi cinta pertamaku di masa sekolah bisa dikatakan sebagai cinta monyet dan beberapa teman sekelas di masa sekolah yang lebih ke asrama putri dimana di SMK yang aku ambil jurusan sekretaris kala itu lebih banyak perempuan dibanding teman laki-laki, setiap kali berangkat pagi pulang siang kadang ada ekskul pulang sore selalu kembali ke kos-kosan putri, tak jarang sesekali setiap hari jumat kami bersama teman-teman kosan pergi untuk berziarah ke makam seorang sunan atau wali karena kebetulan sekali tempat kost ku di masa SMK dekat dengan tempat ziarah tersebut. Membuat bekal keimananku sedikit terkontrol jika mau melakukan hal-hal buruk di masa remaja putih abu-abu karena kondisi lingkunganku dan teman-temanku yang hampir semuanya lurus dan tidak neko-neko. Hingga suatu ketika memasuki perguruan tinggi di kampusku itulah di akhir semester pencapaianku hancur berantakan, bermula dari pergaulanku dengan teman-teman beda fakultas dari kampusku.
Kreator : Ika Rahmawati
Comment Closed: Tersesat di Jalan yang Benar (Part 1)
Sorry, comment are closed for this post.