Di sebuah ujung gedung yang menghadap ke utara, tidak besar, namun ramai oleh beberapa mahasiswa komunitas pecinta alam yang berlatar depan dihiasi oleh pepohonan rindang nan besar. Di kanan kiri gedung rimbun ditumbuhi pula tanaman yang menempati ruang di depannya, tumbuh bunga sutra bombay warna warni kecil-kecil menawan menambah suasana lengkap nan asri di ujung samping kampus megah kala itu. Tempat yang penuh kisah kenangan awal mula mengenal dunia luas yang sesungguhnya bersama di antara mahasiswa mahasiswi dari berbagai daerah yang silih berganti setiap tahun ajaran baru yang selalu mengikuti kegiatan Diksar (Pendidikan Dasar) pecinta alam yang kebanyakan peminatnya adalah seorang kaum Adam, tentu saja aku yang sebagai seorang mahasiswi kala itu masih labil yang telah memasuki masa puber.
Kupanggil dia Elang, yang mengenalkanku dengan dunia kampus beserta teman-temannya. Dia pula yang mengajarkanku pengalaman bersosial di lingkungan luaran sana sebab aku tumbuh menjadi remaja introvert yang sedikit anti sosial dan merasa risih ketika harus berbagi makanan, tempat makan maupun pakaian yang kukenakan. Layaknya burung elang yang mengepakkan sayapnya di dunia luas, dia banyak sekali mengenalkanku dengan banyak hal. Tiada mengenal waktu dan tempat, yang terpenting di situ banyak sekali kawanan seseorang dari latar belakang Pendidikan, baik seorang Mahasiswa, seorang Dosen, rekan bisnisnya bahkan seorang teman berprofesi sebagai TNI maupun Polri maupun bos tempat dimana kami bekerja part time kala itu memang akulah sebenarnya yang masih baru menjadi mahasiswi, sedangkan Elang merupakan perintis komunitas mapala di sebuah fakultas-nya tersebut yang tidak perlu kusebutkan namanya. Beliau senior bahkan tutor tamu undangan setiap kali ada diksar. Banyak pengetahuan dan materi yang disampaikan. Seiring waktu, aku terbiasa diajaknya jalan dan bertemu dengan banyak orang. Kuakui dia adalah sosok yang humble dan cerdas dalam berdiplomasi sehingga tak heran ia memiliki banyak sekali relasi dan teman dari berbagai latar belakang pekerjaan maupun profesi, yang setiap kali berjalan selangkah saja hampir setiap orang mengenalnya.
Entah aku teman wanita ke berapa dari kesekian yang membersamai kegiatannya, namun kusadari banyak sekali teman-teman perempuan yang dekat dengannya sebelumku. Di benakku saat itu, kupikir aku hanyalah dianggapnya sebagai partner kerja part time maupun adiknya karena mengingat usiaku yang terpaut hampir sebelas tahun dari beliau. Aghh, tak ku permasalahkan hal itu, sebab menyenangkan sekali hiking melintas menyusuri jalan berliku naik turun gunung bersama teman-teman sekampus, melegakan pernafasan dada yang sesak serta pikiran yang penat serta kesibukan sehari-hari yang membosankan.
Bulan berlalu hingga berganti tahun ke dua, entah apa yang tiba-tiba merasuki kala itu kuperhatikan setiap detail dirinya saat di depan kelas outdoor alam saat memberikan materi dan pemahaman layaknya seorang Dosen yang sedang menerangkan kepada Mahasiswanya. Memang pandai dia berdiplomasi dan memberikan edukasi yang kala itu tentang survive di lingkungan alam, terbersit di benakku untuk menyukainya. Setiap kali kuperhatikan dan kutatap matanya saat menerangkan, dengan posisi bersamaan, dia menatapku kembali. Ku palingkan wajahku ke arah samping kanan dan kiri sambil sesekali mengajak bincang-bincang dengan teman mahasiswi di sampingku. Senyum simpul di bibirnya menghiasi wajah manisnya, tanda dia paham jika sedang kuperhatikan kala itu. Dalam hati pun aku mulai terpana yang tak kusangka seorang yang kupanggil Pak karena atasan dalam bekerja seperti seseorang yang berusia sebaya dan membaur di tengah-tengah Mahasiswa Pecinta Alam…. (Bersambung)
Kreator : Ika Rahmawati
Comment Closed: Tersesat di Jalan yang Benar (Part 3)
Sorry, comment are closed for this post.