Menyatakan Perasaan Cinta
Matahari yang kala itu tak bersahabat dengan seringai taring terik panas yang perlahan mulai meredup menjemput senja seiring dengan pemberian kegiatan penjelasan mengenai materi survival yang dipandu oleh beberapa panitia dan senior Mahasiswa Pecinta Alam yang membersamai kita selama kurang lebih dua hari ini di kaki Gunung Muria. Pengalaman yang mengesankan dan tak terlupakan bagiku yang tentunya akan tertuang dalam sebuah kisah yang mengawali kehidupan hingga saat ini. Bagaimana tidak, karena itulah awal mula pertama kalinya aku mengetahui makna cinta dan kehidupan sesungguhnya. Di lereng kaki gunung itulah banyak kenangan tercipta dan membuat suasana hati teduh nan damai bagi siapa saja serta awal mula munculnya benih-benih cinta yang sekian lama bersama dalam satu tempat kerja yang semula Elang kuanggap sebagai teman yang paling menyebalkan dan yang mampu membuat perilaku serta karakter pembawaanku berubah drastis layaknya busur derajat di sudut 180 derajat.
Dahulu diriku yang saat 3 tahun lalu bekerja bersamanya yang amat introvert, anti sosial, cuek dan hampir tidak suka menyapa seseorang bahkan cenderung diam tidak mau tau tentang sosial hingga tidak mau mengetahui tentang dunianya, semenjak mau diajaknya hiking dan main ke Basecamp mapala di Kampusnya menjadikanku ingin mengikuti semua kegiatan dan aktivitasnya mulai dari keinginanku ingin setara dengannya melalui pendidikan lanjutan yang akhirnya aku harus masuk ke kampus yang sama dengannya tanpa mengetahui minat dan bakatku masuk di Fakultas atau jurusan apa. Namun ku tepis hal itu karena yang ada di benakku hanya ingin diakui statusku sebagai mahasiswa yang memiliki status setara dengannya. Singkat cerita aku mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi yang kupilih jurusan random dan yang tersisa hanyalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bimbingan Konseling. Pilihan terakhir yang menjadi alternatif agar tidak malu jika aku diajaknya kembali bersama dengan teman-temannya, sesimple itu keinginan awal memasuki sekolah yang tidak main biaya masuknya dan semesterannya kala itu. Tidak terpikirkan bagaimana kedepannya jika terjadi sesuatu di tempat kerja yang semisal ada masalah keuangan sehingga mengakibatkan tidak mampu lagi membayar iuran semester akademik dan jika terjadi pergeseran jadwal sift waktu bekerja dengan jadwal kuliah. Semua tidak kupikirkan matang dan tidak ada planning rencana setelahnya jika selesai mendapatkan gelar Sarjana karena menempuh pendidikan selama empat tahun tidaklah perkara mudah di tahun 2008 yang pada saat itu kurahasiakan pendidikan lanjutku dari orang-orang terdekatku.
Semua biaya yang aku keluarkan murni dari hasil gaji di tempat kerjaku yang menjadi SPG Blacberry sebuah toko Handphone yang sedang ramai digandrungi kalangan dan viral di masanya sehingga aku pun sering mendapatkan tambahan bonus dari penjualan barang dan sparepart serta aksesorisnya karena posisiku saat itu kebetulan sebagai kasir merangkap SPG pemasaran di tempatkan di konter bagian depan. Di awal mula memasuki kampus semester pertama Elang lebih sering mengajakku membersamai kegiatan di kampusnya meskipun dirinya alumni namun keberadaannya sering dibutuhkan di kegiatan mapala dan kami juga sesekali bahkan hampir sering mampir ke basecamenya. Seiring waktu berlalu hubungan kami yang sebelumnya hanya rekan kerja biasa kini menjadi berbeda karena di awal mula tatapan saat terakhir kali itu kuberanikan diri untuk mendekatinya di kesempatan lain. Kala itu justru terjadi sebelum aku pindah di tempat kerjaku yang baru ini, kunyatakan perasaanku lewat kecupan di bibirnya tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutku yang secara refleks terjadi begitu saja, mengingat usianya yang tidak lagi remaja, mungkin sudah sangat paham apa yang terjadi diantara kami setelahnya….
Di tengah perjalanan pendidikanku memasuki semester akhir antara semester enam dan tujuh beberapa permasalahan kecil muncul, mulai dari dirinya yang dipindah tugaskan dari tempat kerjanya ke luar kota yang mendapatkan mess tempat menginap fasilitas dari kantor yang menyebabkan kita berdua jarang sekali bertemu hampir 1 bulan dan bahkan lebih kami jarang sekali bertemu dari yang biasanya setiap hari bertemu karena Elang kerja part timenya satu kantor denganku kala itu, hingga yang sekarang aku berpindah juga di tempat kerja yang baru dengan lokasi yang masih satu lingkungan dan satu kota dengan kampusku. Dirinya yang dulu terkesan perhatian dan romantis tiba-tiba terasa biasa saja di saat pertemuan kami yang jarang itu. Hal tersebut membuatku sedikit galau dan seperti terasa merindukan sesuatu yang pernah ada sebelumnya dari dirinya namun tetap akal sehatku berfungsi baik tidak aku gunakan untuk hal yang macam-macam sekalipun kami berpacaran secara LDR.
Hingga suatu saat menjelang akhir semester akupun disibukan dengan banyak sekali kegiatan dari kampus mulai dari tugas makalah, Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan penempatanku bersama rekan rekan mahasiswa dari fakultas lain yang masih satu kampus pun tiba saatnya dan harus kujalani. Di dalam papan pengumuman di depan teras kampus yang saat ini menjadi gedung rektorat muncul namaku beserta teman-teman tersebut bahwa penempatan KKN di desa sebut saja Desa Edelweis yang letaknya lumayan berada di dataran tinggi kaki gunung juga meskipun jaraknya tidak terlalu jauh untuk ukuran penempatan desa KKN namun cukup jauh dari rumah tempat tinggalku yakni menempuh jarak sekitar satu jam lebih 30 menitan ya hampir 2 jam kurang lebih dengan kecepatan rata-rata 60 km per jam untuk ukuranku yang pelan menaiki sepeda motor. Jika masa masa yang paling indah adalah masa di sekolah SMA itu tidak berlaku bagiku, sebab masa masa yang paling indah bagiku adalah masa kuliah, sungguh masa yang paling indah dan masih menggebu gebu jika mengingatnya sampai saat usia pernikahanku yang hampir ke 12 tahun ini (sambil senyum simpul).
Kreator : Ika Rahmawati
Comment Closed: Tersesat di Jalan yang Benar (Part 4)
Sorry, comment are closed for this post.