KKN di Desa Rinjani
Pertama kalinya semenjak memasuki kuliah aku menginap di desa asing atau desa dimana aku ditugaskan dari kampus dalam studi kuliahku sebab sebelumnya saat kegiatan sapamaba, dan bahkan saat ospek pun aku tidak pernah bisa meluangkan waktu untuk mengikutinya dikarenakan jam kerjaku yang tidak bisa kutinggal. Rinjani adalah desa yang memberikan kenangan bersama teman rekan sejawat menimba ilmu kemasyarakatan baru yang mana disana adalah tempat kami dalam berkegiatan sosial membaur bersama tokoh masyarakat desa yang meliputi lembaga sekolah yang didalamnya ada para guru, siswa dan wali murid, serta di dalamnya tempat kami menginap itu sendiri pun ada beberapa tokoh desa mulai dari Kepala Desa, Kadus, hingga semua perangkatnya kami membuat program kampus Posdaya KKN yang telah disepakati bersama untuk praktek kerja nyata kami disana.
Hampir dua minggu kami di sana dan dalam kegiatanku itu sering aku pulang pergi dan menginap dirumah Neira teman dekatku yang sudah kuanggap seperti saudara sendiri lebih tepatnya adikku karena dia memanggilku dengan sebutan “mbak” (kakak dalam bahasa jawa). Dia sering sekali mentraktirku jajan dan makan hingga kerap aku yang sungkan karena terus terang disaat aku KKN itulah aku memutuskan untuk berhenti bekerja sebab tidak memungkinkan untukku untuk bisa membagi waktu antara kuliah dan kerja saat itu kebetulan jurusan yang ku ambil adalah kuliah reguler yang mana keberangkatannya setiap hari di mulai dari jam pagi dan bekerja saat itu ku ambil di shift siang setelah pulang dari kampus hingga menjelang malam hari pukul 21.00 sehingga aku bisa leluasa berangkat ke kampus di luar jam kerjaku tersebut karena ikut program yang regular. Namun saat KKN tersebut aku ingin fokus mengikuti KKN tanpa ada kendala izin dengan bosku di tempat kerja yang memang sulit mendapatkan ijin ketidakhadiran disana, dan bahkan atasanku pun tidak mengetahui keberadaanku berstatus mahasiswa yang bekerja part time.
Di desa itu masih sangat asri dan bahkan airnya sangat dingin dan jernih karena memang letaknya di dataran tinggi, beberapa hari masih ada lima bahkan enam mahasiswa lain yang ikut menginap di rumah Pak Kades dan menjelang dua minggu itu sudah tidak ada yang menetap dan menginap karena kebanyakan dari mereka masih satu kota meskipun menempuh perjalanan yang lebih dari 30 menit tak menjadikan masalah untuk mereka pulang pergi dari rumah ke tempat KKN. Hampir dua minggu berlalu aku mendapatkan notif chat pesan kalau Elang akan mengunjungiku ditemani Juntro ke tempat kami di desa KKN aku bahagia sekali dan senang akhirnya dijenguk setelah sekian lama LDR an juga, singkat cerita mereka berdua sampai ditempatku dan kami bertiga mengobrol karena kebetulan teman-teman KKN ku yang lain sibuk dengan kegiatan masing-masing tentu saja aku meluangkan waktu untuk menemani Elang dan Juntro ngobrol di ruang tamu tempatku menerima tamu di rumah Pak Kades, sebelum mereka berdua pamit untuk pulang sebenarnya aku ingin sekali ikut dengan Elang pulang bersamanya dan menginap di rumahnya rasanya tiba-tiba mendadak sekali ingin seperti teman-temanku yang lain dengan pulang pergi tidak menginap istilahnya dalam logat jawa kami perjalanan yang dilaju, tapi tentu saja tidak mungkin mengingat statusku masih belum menjadi istrinya dan masih merupakan mahasiswi yang masih KKN di desa lain terlebih dia bersama temannya akan berpikiran apa nantinya jika niatku itu terucap. Akhirnya ku urungkan niat dan kata yang hendak kuucapkan padanya, yang hanya terucapkan hati-hati di jalan itu saja pesan terakhirku padanya saat hendak pulang mengendarai motornya.
Sekitar satu atau dua jam berlalu aku memberanikan diri untuk mengirimkan pesan chat kepadanya bahwa aku ingin pulang dan ikut dengannya, bahwa aku tidak mau pulang ke rumahku sendiri, yang saat itu orang tuaku pun masih mengetahuinya kalau anak perempuan satu satunya ini bekerja dan berada di tempat kost dekat kantornya bekerja. Ahh entahlah rahasiaku ini terkuak oleh orang tua sampai semester berapa nantinya, sebab sebenarnya akupun tidak ingin menambah beban pikiran mereka jika mengetahui anak perempuannya nekat melanjutkan kuliah setelah vakum 3 tahun semenjak lulus dari SMK. Yah aku melanjutkan ke jenjang SLTA di Sekolah kejuruan kala itu di jurusan perkantoran lebih tepatnya jurusan sekretaris berharap dengan mereka menyekolahkanku ke SMK setelah lulus aku langsung mendapatkan pekerjaan tanpa susah harus kuliah lagi, harapan mereka terwujud hingga sebelum aku mengambil hasil kelulusan dan ijazah keluar aku sudah bekerja dan bertemu di tempat kerjaku yang kedua kalinya rekomendasi dari Pak Elang kala itu kupanggil namanya. Kedua orang tuaku tidak pernah berkeinginan untuk menyekolahkanku sampai jenjang kuliah karena memang kami berangkat dari keluarga yang bisa dibilang pas-pasan namun aku memiliki kakek yang tergolong tokoh masyarakat di desanya di Bandung Jawa Barat yang memiliki lahan serta area persawahan yang sangat luas bahkan kedua saudara ayahku atau pamanku memiliki beberapa rumah yang cukup mewah dan lahan yang luas serta usaha serta memiliki pabriknya yang cukup luas juga sebab tak jarang dulu semasa sekolah dasar dan saat SMP setiap liburan aku sering diajak mudik paman ke rumah kakekku di Bandung dan ke rumah dua pamanku tersebut. Terpikirkan olehku sempat kala itu kenapa orang tuaku selaku anak pertama dari kakekku sendiri tidak mendapatkan warisan sedikitpun namun kutepis hal itu karena di usiaku yang saat itu tidak begitu membutuhkan materi dan kemewahan hidup membuatku lupa akan hak-hak ayahku yang seharusnya diterima dulu, aku lebih fokus untuk kehidupan diriku sendiri di tengah-tengah study ku juga kala itu yang memang butuh keseriusan.
Akhirnya chat pesanku direspon Elang dan dia berkata akan menjemputku di hari esoknya lagi untuk mengajakku menginap tapi aku yakin dia tidak akan mungkin mengajakku menginap di rumahnya sendiri. Esok harinya setelah selesai mengikuti serangkaian kegiatan KKN di desa Rinjani, Elang menjemputku. Tentu saja kegirangan saat itu yang kurasakan dan rindu yang kupendam terbayar sudah akhirnya aku bisa berduaan dengannya saja di sepanjang perjalanan kami yang lumayan menempuh jarak hingga hampir kurang lebih satu jam berboncengan motor kugunakan kesempatan untuk memeluknya erat hingga seluruh anggota badanku mulai wajah, dada dan perutku yang menempel di punggungnya yang kutahu sebenarnya tidak berniat untuk memikirkan hal yang aneh-aneh. Namun tetap saja dalam benakku dan nuraniku seakan berperang batin antara membolehkan atau tidak tindakan ini lagi yang sebelumnya kuingat kejadian saat pertama kali menyatakan perasaanku padanya dengan cara yang tidak dibenarkan oleh agama. Meskipun aku bukan wanita sholehah namun sejak dulu saat masih SMK tinggalku di kost putri yang lebih mirip dengan asrama putri yang sangat ketat seperti pondok pesantren sehingga jika ingin melakukan perbuatan yang mendekati zina pun terkadang selalu berpikir berulang kali apalagi sudah mengarah kepada perbuatan zina itu tentu saja nuraniku seakan berperang melawannya.
Entahlah mungkin itu yang dinamakan dengan masa muda yang salah pergaulan atau masa muda yang indah layaknya kebanyakan orang-orang yang mengarah kepada perbuatan yang mengkhawatirkan dan takutnya jika kebablasan. Sebenarnya aku pun paham dan tahu tuntunan yang benar menurut ajaran agamaku yang mana Elang belum muhrimku, namun apa daya kala itu entahlah hal tersebut yang selalu mengingatkan masa mudaku yang membahagiakan bersamanya banyak juga pengalaman berharga yang kuperoleh darinya. Bahkan dalam hubunganku dengannya aku menyadari jika akulah yang selalu lebih agresif dibandingkan dirinya Elang lebih menjagaku dan menghargaiku sebagai seorang wanita.
Bersambung…
Kreator : Ika Rahmawati
Comment Closed: Tersesat di Jalan yang Benar (Part 5)
Sorry, comment are closed for this post.