KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Tersesat di Jalan yang Benar (Part 7)

    Tersesat di Jalan yang Benar (Part 7)

    BY 27 Jul 2025 Dilihat: 25 kali
    Tersesat di Jalan yang Benar Part 1_alineaku

    Kali Pertama Menginap Bersama Anak Mapala

    Hey ngalamun aja dari tadi, masih sore juga. Maghribnya baru berhenti ini.” sapa salah satu teman anak mapala seangkatan juga saat menegur sambil menepuk bahuku. Seketika aku terkaget dari lamunan dan lambat menjawab sapaannya. 

    “Eh iya anu, ini barusan tadi ada ibu-ibu paruh baya yang datang dari halaman depan tampaknya mau masuk ke sini tapi ngga jadi.” 

    “Lha, kok nggak jadi? Emang ada ibu-ibu kesini ya? Siapa Te?” Tanya Faiq, anak laki-laki pemilik rumah yang kami tempati. 

    “Siapa sih, Lin? Perasaan aku baru tiga harian di sini, belum sempat berkenalan dengan tetangga kanan kiri kok. Malah belum pada kenal.” Ujar Mbak Hayun atau Mama Faiq.

    Teman-teman lain ikut menimpali.

    “Ibunya siapa ya, kira-kira, yang nyariin anaknya? Nggak pulang-pulang, padahal udah maghrib.” celetuk salah satu dari mereka sambil bercanda.

    Aku membalas dengan senyum kecut, lalu berkata pelan, “Eh, iya, ya… Mungkin aku salah lihat tadi.”

    Malam semakin larut dan obrolan kami semakin asyik saja rasanya karena mereka semua saling menimpali obrolan demi obrolan khas anak gunung yang renyah dan humoris, ditambah dengan lelucon Elang yang selalu di luar dugaan membuat kami tertawater pingkal-pingkal. Tak lagi kuhiraukan kejadian yang tadi kulihat bahkan aku sudah melupakannya, hingga larut malam kami pun lelah dan memutuskan untuk beristirahat dan tidur beberapa di ruang tamu, ruang tengah dan kamar tidur yang tersisa.

    Menjelang pagi tetap ku sempatkan buru-buru beranjak dari kamar untuk shalat subuh. Biarpun aku tidak mengenakan hijab saat awal masuk kuliah, namun aku masih selalu rutin menyempatkan diri untuk tidak ketinggalan lima waktu. Hal ini dikarenakan lingkunganku semasa SLTA wajib mengenakan hijab dan sempat kos beberapa tahun di asrama perempuan yang lingkungannya cukup agamis, bahkan kakak kelas yang satu kamar denganku rajin banget puasa Senin-Kamis dan tahajud. Kabarnya, beliau sekarang menjadi Dosen di suatu Universitas Islam Negeri. Hebat bukan?! Yah karena aku memang tertinggal tiga tahun juga melanjutkan kuliahku karena memilih jalan untuk bekerja demi membiayai kuliahku sendiri yang bermula dari gengsi itu…

    “Aghhh… aku masih saja merasa tak punya tujuan akhir untuk kuliahku.”

    Menjelang berakhirnya KKN, pikiran itu terus menghantui. Terbersit dalam ingatanku nama Mbak Rufi, nama yang tak pernah benar-benar hilang dari benak, karena kekagumanku padanya.

    Kala itu, nilai ujian nasionalnya hampir sempurna, rata-ratanya nyaris 100. Sementara aku hanya mendapatkan angka 80. Aku masih ingat bagaimana dia berjuang, bergelut dengan malam-malam larut, belajar tanpa kenal lelah hampir setiap hari.

    Mungkin aku memang lelah sekarang. Lelah dengan pekerjaanku, lelah dengan studi yang sedang kutempuh. Hingga tanpa sadar, aku mengalihkan dengan bersenang-senang bersama teman-teman, berkelana di alam, mendaki puncak-puncak yang tinggi.

    Lamunanku ini, entah sebuah keluhan, kebimbangan, atau justru ketakberdayaan, tak disertai permintaan doa apapun. Aku hanya diam. Tak juga beranjak berdiri, mukena ini masih membalut tubuhku, seolah enggan ku lepas.

    Tak ada yang istimewa dan seseru malam tadi pagi ini, kuberanjak dari kamar dan hendak menghirup udara segar pagi ini dan pergi ke teras depan yang melewati ruang tamu yang kulihat sudah sepi, mungkinkah anak-anak sudah pulang atau ada kelas pagi ini, yah tentu saja pikirku kan mereka harus kuliah ngampus kembali jadwal di senin ini, sedang aku mah KKN yang nggak harus pagi jam 8 harus Sampai di POSKO. Jadi aman lah, masih ada sisa waktu untuk bersantai sejenak sebelum berkemas kembali ke Desa KKN tempatku. Aku belum melihat Elang keluar dari kamar beserta sekawanan cowok anak pecinta alam lainnya sejak aku duduk beberapa menit sambil memainkan ponsel di teras ini.

    Karena asik fokus dengan ponsel, entah berapa lama aku duduk dan tak mendengar tuan rumah yang merupakan istri kawan akrab Elang memasak di dapur sebab sudah tercium aroma masakan yang cukup lezat di hidungku, yah mb Yuni memang terkenal enak masakannya tidak hanya cantik paras wajahnya tapi dia memang pandai memasak dan fashionable juga itu terlihat dari gayanya berpakaian dandanannya. Langsung kuhampiri ia ke dapur.

    “Terpanggil ke dapur karena aroma masakanmu aku, Mbak Yun.” 

    Mbak Yuni menoleh dan tersenyum. “Baunya nggak menjamin enak apa tidak nih nanti, coba sambil dicicipi sini”Mb.Yuni mengambilkan semangkuk sup kecil yang sudah berisi kuah tumis sengaja memintaku untuk memakannya lalu kuambil dengan sergap dan melahapnya.

    Kami mulai beres-beres dapur dan lalu menyajikan makanan sayur beserta lauk sederhana pagi itu untuk kawan-kawan yang sebenarnya sudah tidak sebanyak malam tadi dan tinggal beberapa orang saja saat ini.

    “Yuk, yang di depan dan yang masih di lantai atas pada turun sarapan dulu ke bawah. Tadi Topan, Rudi, Erni dan yang lainnya beberapa sudah pamit ngampus dulu ada kuliah pagi katanya.” Teriak Mbak Yuni setengah lantang karena memang ada beberapa yang tidur di lantai atas. Kunikmati sarapan bersama yang lain sambil senda gurau dan seperti biasa ada candaan Elang yang membuatku semakin ingin saja mencubit dirinya karena gemas. Selesai sarapan, aku pun berpamitan pulang kembali lagi ke Posko KKN yang sudah menunjukkan hampir pukul 09.30 WIB. Aku bergegas diantar Elang untuk kembali. Memang, dunia terasa milik kita berdua jika berboncengan motor dengannya berduaan melintas melewati jalan setapak berkelok yang kanan kiri hanya bukit, jurang ditumbuhi pohon besar nan rindang ke lokasi area pegunungan menuju desa tempatku KKN.

    Bersambung…

     

    Kreator : Ika Rahmawati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Tersesat di Jalan yang Benar (Part 7)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021