Buku-buku yang berjejer di rak kusibak-sibak di suatu sore. Aku mencari buku tentang mengarang karya Mohammad Diponegoro berjudul Yuk, Menulis Cerpen, Yuk. Isinya ringan. Jadi, buat anak SMP akan mudah membacanya. Kebetulan, Siangnya, aku berjanji kepada anak yang akan mengikuti lomba mengarang cerpen tingkat kota, akan kupinjamkan buku-buku tentang mengarang. Dan salah satunya itu.
Terselip diantara buku tentang mengarang, ada sebuah buku binder mungil, dengan cover glossy warna gradasi biru. Cover, lukisan anak laki-laki bertopi, tangan mengepal dan di hadapannya gedung wakil rakyat atau gedung MPR-DPR Senayan, Jakarta. Judul yang tertera dalam warna putih, Anak dan Pemimpin Bangsa. Seketika itu juga ingatan saya terngiang dengan seseorang murid yang bertutur saat jam istirahat, “ Pak, saya ingin sekali bisa membuat cerita, “.
Itu adalah perjumpaan pertama yang membuatku merasa lebih dekat dari sebelumnya. Tania seorang siswi baru yang perawakannya jauh lebih bongsor dari anak seusianya, agak tinggi, dengan rambut hitam mengkilat sedikit bergelombang. Agak menarik juga keinginan Tania, kalau dipikir-pikir. Anak seorang dokter, kok, tertarik pada pelajaran membuat cerita daripada belajar ilmu biologi atau kimia. Tapi kemudian aku ingat, banyak penulis berprofesi dokter di antaranya, dr. Gunawan Muhammad, N.H. Dini, dan lainnya.
Cerita Tania ingin dapat membuat cerita cukup panjang. Menurut penuturannya, sudah sejak SD kelas 4 ia belajar mengarang. Akan tetapi menurutnya, usaha-usaha yang dilakukannya selalu gagal. Apalagi saat mengikuti lomba. Hasilnya selalu nihil. Menurutnya, luar biasa sulitnya untuk bisa menulis cerita, dari pada belajar biologi atau yang lainnya.
Kesulitan yang kerap ia hadapi adalah cara memulai atau membuka karangan. Ide seret. Saat mengarang, ide berhenti dan macet. Dan hal itu sebenarnya sangat lumrah bagi pemula. Belum lagi cara membuat tema, membuat plot, dan yang lainnya.
Sejenak, aku ingin tahu kesungguhan sikapnya. Tampak benar di raut wajahnya. Ia sungguh-sungguh ingin bisa menulis cerita.
Maka, kemudian, “ Baiklah, Nak. Coba nanti Tania bergabung di kelompok pengembangan prestasi kelompok Bahasa Indonesia, ya, “ pesanku kepadanya. Hari itu rupanya menjadi hari yang paling membahagiakan hatinya. Mungkin, karena sejuta harapan akan terwujud.
Hari itu juga menjadi awal buat Tania selalu bersemangat mengikuti pelajaranku. Perubahan mulai terjadi. Hasil ulangannya naik dengan nilai-nilai yang maksimal.
Perkembangan Tania yang sedemikian, justru menjadi kebalikan dengan pikiran dan perasaanku. Rasanya semakin berat tugas saya buat seorang anak yang telah menggantungkan harapannya di pundakku.
Kalau sampai Tania gagal lagi menguasai kemampuan mengarang, ia akan sangat kecewa berat dan mendalam. Demikian juga, integritas dan kredibilitas ku pun sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia akan dipertanyakan. Yang pasti akan menjadi penilaian buruk bagi sekolah dan mengurangi kepercayaan para orang tua. Maka, selangkah demi selangkah aku memulai mendampingi Tania.
Pertama, “ Sekarang, coba Tania membuat karangan dengan tema dan panjang karangan bebas. Terserah Tania mau cerita apa dan bagaimana, “ pintaku suatu hari dalam kegiatan bimbingan.
Setelah karangannya selesai, aku baca dan cermati karangannya. Hasilnya, lumayan. Sudah ada tanda-tanda bahwa Tania akan mampu mengarang dengan baik.Hanya memang perlu diberi pengarahan dan masukan serta penataan ceritanya yang lebih baik.
Sejak itu, aku mencoba memberikan jurus-jurus menulis cerita kepadanya. Dengan berbagai teknik dan metode. Ada di antaranya metode analogi atau modeling yaitu dengan memberikan contoh atau model karangan kemudian dibedah bagian-bagiannya dan dicermati cara-cara menuangkan idenya. Setelah itu Tania diminta menuangkan ide dengan model yang sama. Setelah jadi, dikoreksi dan didiskusikan bagian-bagiannya. Beberapa kali modeling dilakukan sampai ia menemukan pemahaman yang sama cara-cara mengarang. Setelah itu aku mengisi dengan teori Menulis Cerita atau karangan yang bersumber dari beberapa buku tentang menulis cerita.
Beberapa hal penting dari beberapa buku tentang mengarang adalah dalam mengarang harus berangkat dari situasi terdekat dengan kita. Atau bersumber dari kehidupan kita. Karena kita sangat memahami situasinya. Yang perlu dilakukan kemudian adalah observasi terhadap situasi supaya kita bisa melihat keadaan nya lebih nyata, sehingga pelukisan yang kita lakukan sekalipun karangannya fiksi seolah-olah sungguh terjadi. Hal ini sekaligus merupakan cara untuk mengatasi kemacetan aliran ide.
Selepas hal-hal pokok, pada kesempatan lain, aku jelaskan cara memulai mengarang. Sebagaimana disampaikan oleh berbagai penulis tersohor, dalam menulis cerita, memulai atau membuka cerita, ibarat seorang pemilik toko membuka tokonya. Setelah rolling door-nya terbuka, kita bisa melihatnya toko apa. Toko sembako atau toko kecantikan. Jadi memulai cerita sama dengan menunjukkan kepada pembaca apa yang akan diceritakan.
Tania mengalami kemajuan pesat dalam mengarang, Ia senang sekali mendapat pengalaman, yang menurutnya baru dan penting di matanya, tentang pengetahuan mengarang.
Tibalah saatnya datang sebuah kesempatan berkompetisi untuk menguji kemampuan mengarang. Kompetisi itu adalah Lomba Cipta Cerpen tingkat kota yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota dengan pesertanya berjumlah sekitar 96 peserta dari perwakilan sekolah dua orang dari 48 SMP negeri dan swasta.
Hati Tania berbunga-bunga dan bersemangat. Rasa penasaran untuk mengukur kemampuannya mulai menguasai dirinya dalam ajang bergengsi, Lomba Cipta Cerpen Tingkat Kota. Dan jika peserta berhasil menjuarai di tingkat ini, akan menjadi perwakilan untuk maju di tingkat provinsi. Hingga tingkat nasional nanti.
Semangatnya menyala-nyala mempersiapkan diri dengan berlatih dan berlatih setiap hari menulis.
Saatnya lomba pun tiba, dengan harapan di dada, pagi-pagi benar ia sudah berangkat ke tempat lomba dengan didampingi seorang guru. Tentu dengan perbekalan yang cukup.
Lomba pun usai. Dengan harap-harap cemas ia menunggu pengumuman hasilnya. Siang itu seluruh peserta kembali dikumpulkan di aula dinas pendidikan.
Panitia bersiap mengumumkan. Dan hasilnya…, seakan aku tidak percaya. “ Juara ke-3. … dengan undian 4, Tania dari SMP Cahaya Kasih, “ demikian ketua panitia mengumumkan melalui loud speaker yang disambut perasaan gembira membuncah oleh Tania. Dia maju untuk menerima tropi penghargaan.
Memang belum mencapai puncak hasil terbaik sebagai juara pertama, akan tetapi ia sudah sangat bangga dan gembira meraih Trofi Juara III tingkat kota. Paling tidak dia sudah mampu menyisihkan 94 siswa siswa dari berbagai sekolah. Artinya, diantara sekian puluh siswa peserta ia menempati posisi lumayan sebagai siswa urutan ketiga dalam lomba tersebut. Dan hal ini baginya menjadi tanda nyata sebuah progress yang patut dibanggakan.
Tania merasa bangga dan puas. Sejak itu seakan ia telah menemukan dan menerima dirinya, siapa Tania. Dan, ia semakin bersemangat menulis. Seperti ada gelombang besar yang terus menerus mendorong dia untuk menulis. Setiap hari di ujung pekan, ia pasti menghasilkan satu cerita. Hingga pada suatu waktu di penghujung akhir tahun pelajaran ia belajar di jenjang SMP dan mengawali tahun pelajaran di SMA. Diam-diam ia mengikuti lomba menulis cerita Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh panitia lomba menulis cerita anak atas kerjasama UNICEF, Kementerian Pendayagunaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan YKAI.
Dalam beberapa pekan setelah perlombaan, dengan harap-harap cemas, Tania menunggu hasilnya. Hatinya berdebar-debar tidak karuan. Rasa optimismenya seakan dikuras oleh peristiwa lomba itu.
Namun, Tania selalu berusaha rendah hati dan optimis dalam setiap langkah hidupnya. “ Jika terpilih menjadi pemenang, syukur kepada Tuhan. Jika, belum berhasil, pertanda perlu banyak waktu untuk belajar, “ kilahnya.
Hingga pada suatu hari, Tania tergopoh-gopoh datang menemuiku. Dengan wajah sangat sumringah, mengumbar kegembiraan, “ Pak, saya lolos menjadi juara satu. Ini informasi hasilnya, “ sambil menyerahkan selembar kertas berkop Kementerian. Ia meraih juara pertama dan terpilih menjadi Duta Anak UNICEF. Sebuah penghargaan tertinggi dalam garis perjalanan hidupnya sebagai seorang pembelajar menulis.
Tidak sia-sia kesungguhan dan keseriusan Tania belajar dalam menulis dari berbagai sumber dan guru. Kata orang bijak, hasil tidak pernah menghianati proses.
Aku kembali membuka isi buku binder biru, pada halaman 36 tertera, Siluet oleh Gaby Tania. “ Perjalanan terasa sangat panjang bagi Panji Anggara, seorang calon Legislatif. Duduk termenung di dalam mobilnya. Memandang hijaunya pepohonan serta indahnya pemandangan sawah. Sebuah spanduk besar membentang “ Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah ! Bersama Panji Anggara kita raih kemilangnya masa depan “
Sungguh sangat elok cara dia membuka sebuah serita. Kemampuannya sudah mencapai taraf yang luar biasa.
Dalam rasa bangganya, karena Tania merasa aku yang pertama mengenalkan dunia menulis, dia sangat berharap aku bisa mendampinginya dalam acara penerimaan penghargaan di Jakarta. Namun sayang, aku tidak bisa berangkat karena tugas mengajar, yang membuat dia sedikit kecewa.
Yang menarik karya tulisnya yang berjudul Siluet. “ Ide ceritanya ia peroleh lewat mimpi, kemudian ia olah menjadi sajian cerita” tuturnya.
Dan buku binder berwarna gradasi biru itu menjadi bukti nyata buatku dalam mendampingi anak untuk menemukan dan mengembangkan talenta dirinya. Buku binder itu adalah kumpulan Naskah Terbaik Lomba Menulis Nasional Untuk Remaja Tahun 2009. Kini kembali aku simpan di lemari buku di ruang tamu, dan menjadi pemberi semangat dalam menjalankan tugas sebagai guru.
Kreator : Hanya
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Tersibak Tabir Mimpi Sang Pemenang
Sorry, comment are closed for this post.