KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Tingkat Menengah

    Tingkat Menengah

    BY 15 Jul 2024 Dilihat: 63 kali
    Tingkat Menengah_alineaku

    Izka berjalan menyusuri koridor Akademi Zima dengan langkah tenang. Sejak kenaikan tingkatannya ke kelas menengah, dia merasa semakin diperhatikan oleh murid-murid lain. Setiap tatapan yang diarahkan kepadanya penuh dengan kecurigaan dan rasa iri, terutama dari murid-murid keluarga utama yang selalu mencari celah untuk menjatuhkannya.

     

    Di tengah gemerlap cahaya chandelier dan suara obrolan murid-murid yang bergaung di aula utama, Izka menemukan kenyamanan dalam kesendirian. Ia sering kali menyendiri di sudut-sudut sepi akademi atau tenggelam dalam buku-buku di perpustakaan yang sunyi.

     

    “Kau dengar? Izka dari keluarga Videnbe itu aneh, kan?” bisik seorang murid dengan nada sinis.

     

    “Ya, dia selalu sendirian. Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya,” sahut temannya.

     

    Izka hanya tersenyum tipis mendengar bisikan-bisikan itu, lalu mengabaikannya. Baginya, kata-kata itu hanyalah angin lalu. Ia memiliki misi yang lebih penting daripada mengurusi omongan kosong.

     

    Untuk bisa keluar dari akademi sesering mungkin dan menghindari pengawasan ketat, Izka memutuskan untuk bergabung dengan ekstrakurikuler petualang. Ekstrakurikuler ini memberikan kesempatan bagi murid-murid untuk menjelajahi alam luar, mempelajari berbagai keterampilan bertahan hidup, dan yang paling penting, membebaskannya dari tekanan dalam tembok akademi.

     

    Setiap akhir pekan, Izka mengajukan permohonan untuk ikut serta dalam ekspedisi-ekspedisi kecil yang diadakan oleh klub petualang. Dengan alasan penelitian dan pelatihan, ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu di luar, jauh dari tatapan mencurigakan dan cemoohan murid-murid keluarga utama.

     

    Di kantin, situasinya tidak jauh berbeda. Setiap kali Izka makan seorang diri, selalu ada murid dari keluarga utama yang mencoba mencari masalah.

     

    “Hei, Izka! Apa kau tak punya teman?” teriak seorang murid dari meja sebelah.

     

    Izka menatap mereka sejenak, lalu memberikan jawaban sarkastis. “Teman-temanku terlalu sibuk dengan urusan penting, tidak seperti kalian yang punya waktu untuk mencari masalah.”

     

    Sambil tersenyum tipis, ia mengambil nampannya dan berpindah ke meja lain, menghindari konfrontasi lebih lanjut. Dalam hati, Izka tahu bahwa ini hanyalah permulaan dari tantangan yang lebih besar. Namun, dengan bantuan Sybil dan Walter, ia merasa memiliki sekutu yang bisa diandalkan.

     

    Sybil dan Walter, kakak angkat yang selalu mendukungnya, memastikan bahwa Izka dapat bergerak dengan bebas tanpa terlalu banyak diawasi oleh keluarga utama. Mereka sering membantu menyusun alibi dan rencana agar Izka bisa keluar dari akademi tanpa dicurigai.

     

    “Jangan khawatir, Izka. Kami selalu ada dibelakangmu,” kata Sybil suatu hari, saat mereka berdiskusi di ruang rahasia mereka di asrama.

     

    Walter menambahkan, “Kita harus tetap waspada, tetapi dengan rencana yang baik, kita bisa mengatasi pengawasan mereka.”

     

    Dengan dukungan tersebut, Izka merasa lebih percaya diri. Ekstrakurikuler petualang tidak hanya menjadi pelarian dari tekanan di akademi, tetapi juga tempat di mana ia bisa mengasah keterampilannya dan membuktikan kemampuannya. Setiap kali kembali dari ekspedisi, ia merasa semakin kuat dan siap menghadapi tantangan berikutnya.

     

    Izka tahu bahwa perjalanannya masih panjang dan penuh rintangan. Namun, dengan tekad yang kuat dan dukungan dari Sybil dan Walter, ia yakin dapat melewati setiap cobaan yang datang. Hatinya dipenuhi dengan harapan dan semangat untuk terus maju, melangkah lebih jauh dalam petualangan yang menantinya.

     

    Tugas dari Mateka

    Suatu pagi yang cerah di Akademi Zima, para murid berkumpul di aula utama untuk mendengarkan pengumuman penting dari kepala akademi, Mateka Videnbe. Sebagai kakek dari Sybil dan Walter, Mateka dikenal sebagai pemimpin yang tegas namun bijaksana. Beliau selalu memberikan tugas-tugas yang menantang untuk menguji kemampuan murid-muridnya.

     

    “Selamat pagi, murid-murid,” suara Mateka menggema di aula. “Hari ini, aku punya tugas penting yang harus diselesaikan oleh tim dari keluarga Videnbe. Kalian akan pergi ke Hutan Eldora untuk menangkap beberapa makhluk hidup dan mengumpulkan tumbuhan langka untuk penelitian kita.”

     

    Izka, Sybil, Walter, dan beberapa murid lain dari keluarga Videnbe segera berkumpul di sekitar Mateka. Masing-masing dari mereka menunjukkan semangat yang tinggi, siap untuk menerima tantangan yang diberikan.

     

    Mateka melanjutkan, “Tugas ini tidak hanya untuk menguji kemampuan fisik kalian, tetapi juga untuk melatih kerja sama tim dan strategi. Kalian harus merencanakan dengan baik agar misi ini berhasil. Ingat, keselamatan adalah prioritas utama.”

     

    Setelah pengarahan selesai, para murid Videnbe segera menuju asrama mereka untuk mulai merencanakan strategi. Ruang asrama mereka dipenuhi dengan peta, catatan, dan berbagai peralatan yang akan mereka gunakan dalam ekspedisi.

     

    “Baiklah, kita harus membagi tugas dengan jelas,” kata Sybil, mengambil alih peran sebagai pemimpin. “Izka, kau sudah memiliki pengalaman di Alam Nadvore. Apa yang bisa kau sarankan untuk menghadapi makhluk di hutan ini?”

     

    Izka, yang duduk di dekat jendela, menatap peta di meja. “Makhluk di Hutan Eldora sangat bervariasi, mulai dari yang kecil hingga yang berbahaya. Kita harus siap dengan jebakan dan umpan yang sesuai. Selain itu, tumbuhan langka biasanya tumbuh di area yang lembab dan teduh. Kita harus membawa perlengkapan untuk mengambil sampel tanpa merusak habitatnya.”

     

    Walter mengangguk setuju. “Aku akan bertugas memancing makhluk-makhluk itu keluar dari sarangnya. Kita butuh umpan yang cukup kuat untuk menarik perhatian mereka. Sybil, kau bisa menjadi pengamat, memastikan tidak ada ancaman yang mendekat saat kita bekerja.”

     

    “Dan aku,” kata Piotr, salah satu murid lain dari keluarga Videnbe, “akan membuat jebakan untuk menangkap makhluk-makhluk tersebut. Kita bisa menggunakan bahan-bahan alami dari hutan untuk menyamarkan jebakan kita.”

     

    Rencana pun disusun dengan teliti. Mereka memetakan jalur yang akan ditempuh, tempat-tempat strategis untuk memasang jebakan, dan titik-titik pengamatan. Semua peralatan dibagi rata, dan setiap orang memahami peran masing-masing.

     

    Setelah persiapan selesai, Sybil mengangkat pandangannya ke arah teman-temannya. “Ingat, kita tidak hanya mencari makhluk dan tumbuhan. Kita juga harus memastikan semua anggota tim kembali dengan selamat. Mari kita lakukan ini dengan penuh semangat dan kehati-hatian.”

     

    Izka merasa semangat tim mengalir dalam dirinya. Meskipun tantangan ini berat, ia percaya pada kemampuan mereka. Mereka tidak hanya murid-murid biasa, tetapi keluarga yang saling mendukung dan melindungi. Dengan strategi yang matang dan kerja sama yang kuat, mereka siap menghadapi Hutan Eldora dan menjalankan tugas dari Mateka Videnbe.

     

    Dalam diam, Izka menatap teman-temannya satu per satu. Sybil yang bijaksana, Walter yang pemberani, dan Ilta yang cerdik. Mereka adalah tim yang sempurna, dan bersama-sama, mereka akan mengatasi setiap rintangan yang menghadang di depan.

     

    Tentu, aku bisa menambahkan beberapa adegan yang melibatkan murid-murid lain dalam ekspedisi mereka, serta memperluas plot dengan makhluk yang ditangkap oleh Walter. Berikut adalah kelanjutan cerita yang diperluas:

     

    Ekspedisi ke Hutan Eldora

    Pagi berikutnya, sinar matahari menyinari kelompok mereka saat mereka memasuki Hutan Eldora dengan semangat yang tinggi. Izka, Sybil, Walter, Piotr, dan murid-murid lainnya bersiap-siap untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Mateka Videnbe. Setiap langkah mereka diikuti oleh gemerisik daun dan nyanyian burung-burung hutan.

     

    Tidak jauh dari mereka, Soren, seorang murid dari keluarga Videnbe yang dikenal dengan keterampilannya dalam melacak dan memahami perilaku hewan, melangkah dengan hati-hati di antara semak-semak. Dia memperhatikan jejak-jejak hewan di tanah dan mengidentifikasi beberapa pola perilaku yang menarik.

     

    “Saya menemukan jejak kaki kucing besar di sini,” ucap Soren, menunjuk ke arah seberang mereka. “Ini bisa menjadi petunjuk bagus untuk mencari tahu habitat makhluk yang kita butuhkan.”

     

    Sybil mengangguk mengapresiasi kontribusi Soren. “Baiklah, Soren. Kita perlu memasukkan informasi ini ke dalam strategi kita.”

     

    Sementara itu, di bagian lain hutan, Lia, seorang ahli botani dari keluarga Videnbe, sibuk mengumpulkan sampel tumbuhan langka yang tumbuh di bawah rimbunnya kanopi hutan. Dia dengan hati-hati memetik bunga-bunga kecil yang memancarkan aroma harum dan mengumpulkan daun-daun berwarna hijau tua yang diketahui memiliki sifat penyembuhan.

     

    “Kalian berdua sudah menemukan apa yang kita butuhkan?” tanya Izka pada Lia dan Soren ketika mereka bertemu kembali di titik pertemuan.

     

    “Lia berhasil mengumpulkan beberapa sampel tumbuhan langka,” jawab Soren. “Dan aku menemukan jejak kaki kucing besar yang kita bisa gunakan sebagai panduan.”

     

    Izka mengangguk puas. “Bagus. Sekarang kita harus fokus pada menyelesaikan tugas ini dengan baik.”

     

    Kembali ke bagian lain hutan, Walter dan Sybil sedang sibuk memasang jebakan di beberapa titik strategis. Walter mengatur umpan dengan hati-hati, memastikan setiap jebakan siap kembali untuk menangkap makhluk yang mereka incar. Sybil, dengan matanya yang tajam, memperhatikan sekitar untuk memastikan keamanan mereka dari gangguan luar.

     

    Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh di atas kepala mereka. Sebuah bayangan besar melintas di atas mereka dengan cepat. Walter dan Sybil menoleh ke atas dan melihat Sokol, burung pemangsa, tengah melayang di langit biru.

     

    “Sokol!” seru Walter dengan gembira, meskipun dengan sedikit kekhawatiran. “Ini kesempatan besar untuk menangkap makhluk seperti itu.”

     

    Sybil mengangguk setuju. “Tapi kita harus hati-hati. Sokol ini bisa menjadi tantangan besar bagi kita.”

     

    Sementara mereka berdua memperhatikan Sokol yang melayang, di dekat mereka, beberapa hewan yang telah mereka tangkap sebelumnya mulai bergerak cemas. Mereka mengerutkan dahi saat melihat beberapa tali jebakan mulai mengendur, mungkin terganggu oleh kehadiran Sokol yang mengancam.

     

    “Ah, jangan kabur!” seru Sybil, mencoba mengejar hewan-hewan yang hampir terlepas.

     

    Walter segera bergerak cepat. Dia mengambil batang jebakan dan merentangkan kembali tali-tali yang longgar. Dengan cepat dan terampil, dia berhasil memperbaiki jebakan sebelum hewan-hewan itu bisa melarikan diri.

     

    “Kita hampir kehilangan mereka,” kata Walter dengan nafas lega. “Tapi mereka aman sekarang.”

     

    Sybil tersenyum lebar. “Kerja bagus, Walter. Kita harus tetap waspada.”

     

    Di tempat lain, Izka dan Piotr telah menemukan beberapa tumbuhan langka yang mereka cari. Mereka mengisi kantong mereka dengan hati-hati, memastikan untuk tidak merusak tanaman yang mereka ambil. Saat mereka kembali ke titik pertemuan, mereka melihat Walter dan Sybil sedang mengatur ulang jebakan mereka.

     

    “Bagaimana dengan kalian berdua?” tanya Izka pada Walter dan Sybil.

     

    Keduanya mengangguk. “Kita hampir kehilangan beberapa hewan yang sudah ditangkap karena kehadiran Sokol tadi,” jelaskan Walter. “Tapi kami berhasil mengatasi masalahnya.”

     

    Soren dan Lia kini telah bergabung bersama, mereka duduk mengelilingi peta. Sementara burung-burung bernyanyi riang di ranting-ranting pohon di sekitar mereka.

     

    Izka, dengan wajah serius, menunjuk ke titik tertentu di peta. “Sokol ini sering kali berburu di daerah ini,” ujarnya, menunjukkan sebuah hutan yang lebat tidak jauh dari tempat mereka berdiri. “Kita bisa memanfaatkan sifatnya yang suka mendekati perangkap untuk menangkapnya.”

     

    Walter mengangguk setuju. “Bagus, tapi bagaimana kita bisa menariknya keluar dari sarangnya?”

     

    Sybil tersenyum tipis. “Kami bisa menggunakan burung pemakan serangga sebagai umpan. Sokol pasti tertarik dengan mangsanya.”

     

    Piotr menambahkan, “Dan kita bisa menyiapkan beberapa jebakan di sekitar area itu untuk memastikan dia tidak bisa lolos begitu saja.”

     

    Soren menyela, “Tapi kita harus hati-hati, Sokol bukanlah burung yang mudah ditangkap. Dia cepat dan cerdas.”

     

    Izka memperhatikan semua usulan itu dengan cermat, lalu dia mengeluarkan peta kecil yang lebih rinci. “Kita harus membagi tugas dengan cermat. Kak Sybil, kamu akan menjadi pengamat untuk melacak gerakan Sokol. Kak Walter, kamu akan menyiapkan umpan dan memancing Sokol keluar dari sarangnya. Piotr, Soren, dan Lia, kalian akan mempersiapkan jebakan-jebakan di sekitar area tersebut. Aku akan memimpin operasi dari titik tengah, untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.”

     

    Mereka setuju, dan dengan cermat mereka melaksanakan rencana mereka. Sybil bersama Walter bergerak dengan hati-hati menuju area yang ditunjuk oleh Izka, sementara Piotr, Soren, dan Lia bekerja cepat memasang jebakan-jebakan di sekitar hutan yang lebat itu.

     

    Setelah semua siap, mereka berkumpul di titik tengah sesuai dengan rencana Izka. Dia menatap mereka dengan percaya diri. “Sekarang, kita akan menunggu.”

     

    Beberapa saat kemudian, terdengar suara gemuruh di atas pepohonan. Sokol telah keluar dari sarangnya, tertarik dengan umpan yang dipasang Walter. Dengan cepat dan tepat, Sybil memberikan isyarat kepada Walter untuk mulai menarik umpannya, sementara Piotr, Soren, dan Lia menunggu dengan tegang di sekitar jebakan yang mereka siapkan.

     

    Sokol meluncur turun dari pepohonan dengan cepat, mengejar umpan yang tergantung di udara. Begitu dia hampir mencapai umpan, jebakan-jebakan yang dipasang Piotr, Soren, dan Lia bergerak cepat. Sokol terperangkap dalam jebakan, membuatnya tidak bisa terbang lagi.

     

    Izka tersenyum puas melihat rencananya berhasil. Mereka semua bergerak dengan hati-hati mendekati Sokol yang marah, lalu dengan perlahan mereka mengamankan burung pemangsa itu dalam kandang kecil yang mereka bawa.

     

    “Kita berhasil,” kata Sybil dengan senyuman lega.

     

    “Terima kasih atas rencanamu, Izka,” kata Walter, mengangkat kandang Sokol dengan hati-hati.

     

    Izka mengangguk, merasa bangga dan bersyukur bahwa mereka dapat bekerja sama dengan baik. “Ini hanya awal dari petualangan kita di Akademi Zima.”

     

    Piotr menambahkan, “Tugas kita selesai. Sekarang, mari kita kembali ke akademi dan laporkan hasilnya.”

     

    Dengan hati gembira dan beban yang terangkat, mereka berenam kembali ke Akademi Zima dengan penuh kebanggaan atas pencapaian mereka. Meskipun mereka menghadapi beberapa tantangan, kerja sama dan koordinasi tim mereka membawa mereka melewati setiap rintangan. Hutan Eldora, dengan semua misterinya, telah menjadi tempat ujian yang sempurna untuk menguji kemampuan mereka sebagai murid Akademi Zima.

     

    Mereka berkumpul di ruang pertemuan Akademi Zima untuk melaporkan hasil ekspedisi mereka kepada Mateka, kepala akademi. Mereka meletakkan makhluk-makhluk yang telah mereka tangkap di atas meja: Sokol yang berhasil ditangkap oleh Walter, sejenis burung pemangsa yang langka di hutan tersebut, dan berbagai tumbuhan yang telah dikumpulkan dengan teliti oleh Soren, Lia, Izka, dan Piotr.

     

    Mateka duduk di ujung meja, menatap mereka dengan penuh apresiasi. “Kalian telah melampaui harapan saya dalam menyelesaikan tugas ini,” ucap Mateka dengan serius. “Ini bukan hanya tugas biasa, tetapi sebuah tantangan dari keluarga utama yang meminta bukti kemampuan kalian.”

     

    Sybil menoleh pada Izka dengan senyuman tipis, sedangkan Walter dengan bangga menunjukkan burung Sokol yang masih bergerak-gerak dalam jeratnya. “Kami beruntung bisa menangkapnya sebelum dia bisa terlepas,” ujar Walter.

     

    Mateka mengangguk. “Tugas ini sebenarnya juga menjadi pertanda bahwa pengaruh keluarga Videnbe sedang menurun,” katanya dengan nada sedih. “Sayangnya, saya tidak bisa melakukan banyak hal untuk melindungi kalian dari perundungan yang terjadi. Kekuatan keluarga Videnbe semakin melemah, terutama setelah hilangnya Vladyka ke-11, Alexei dan Aria.”

     

    Izka menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan emosinya. Dia merasa campur aduk, antara kebanggaan atas pencapaian mereka dan kekhawatiran akan masa depan keluarganya. Sybil menepuk pelan bahunya, memberikan dukungan tanpa kata.

     

    Mateka melanjutkan, “Yang terpenting, kalian telah menunjukkan bahwa kalian bisa bekerja sama di luar ekspektasi. Ini adalah kunci untuk mempertahankan keberadaan dan kemampuan Akademi Zima di masa depan.”

     

    Murid-murid dari keluarga Videnbe saling bertukar pandang dengan senyuman, merasa lega bahwa mereka telah berhasil memberikan kontribusi yang berarti dalam ekspedisi ini.

     

    “Dengan ini, tugas kalian selesai,” ucap Mateka akhirnya. “Kalian semua bisa kembali ke asrama dan istirahat. Tetapi ingatlah, ini hanya awal dari banyak ujian yang akan kalian hadapi di akademi ini.”

     

    Mereka semua mengangguk serentak sebagai tanda penghormatan, kemudian meninggalkan ruang pertemuan dengan perasaan campur aduk, siap menghadapi tantangan berikutnya yang menanti mereka di Akademi Zima.

     

    Untuk menambah suasana drama setelah bagian kelima, pindah ke perspektif keluarga utama yang mulai merasa cemas dengan keberadaan Izka bisa menjadi langkah menarik. Berikut adalah cuplikan cerita untuk bagian ini:

     

    Kegelisahan Keluarga Utama

    Di kediaman keluarga Sovetniki, ketegangan mulai terasa di udara. Dagmar Sovetniki, patriarkh keluarga, duduk di ruang kerja pribadinya. Dia membolak-balikkan selembar laporan tentang keberhasilan ekspedisi yang dipimpin oleh Izka dan beberapa murid Videnbe. Wajahnya tampak tegang, tidak seperti biasanya yang tenang dan penuh otoritas.

     

    “Apakah dia benar-benar perlu diberi begitu banyak kebebasan?” gumam Dagmar dalam hati, matanya merenung dalam. Izka, sosok yang memiliki bakat luar biasa, kini semakin diakui di kalangan anak-anak Videnbe. Namun, bagi keluarga Sovetniki yang selalu mengutamakan kekuasaan dan pengaruh, keberadaan Izka yang semakin berkembang menjadi ancaman terselubung.

     

    Di ruang konferensi keluarga Strazi, situasinya tidak jauh berbeda. Bohumil Strazi, seorang wanita yang tegas dan berpengaruh, duduk di ujung meja besar yang dikelilingi oleh anggota keluarga dan penasihat terdekatnya. Mereka membahas berbagai laporan dan isu terkini, termasuk mengenai Izka yang semakin mencuri perhatian di Akademi Zima.

     

    “Kita harus melakukan sesuatu,” ucap Bohumil dengan tegas. “Kekuatan keluarga Strazi tidak boleh diremehkan oleh satu anak muda. Kita perlu menemukan cara untuk mempertahankan dominasi kita di antara keluarga utama.”

     

    Sementara itu, di ruang pertemuan keluarga Hraniteli, suasana juga terasa tegang. Radka Hraniteli, yang dikenal karena keberaniannya dan strategi politiknya yang tajam, duduk dengan peta yang menunjukkan titik-titik strategis di sekitar Akademi Zima.

     

    “Izka tidak boleh dianggap remeh,” ucap Radka kepada putranya, Viktor Hraniteli, yang juga sedang memeriksa laporan dari agen-agen mereka di akademi. “Keluarga Hraniteli harus tetap waspada. Kita tidak boleh terlalu mengandalkan kelemahan keluarga Videnbe. Mereka bisa saja menggunakan Izka sebagai alat untuk merebut kembali kekuasaan yang pernah mereka miliki.”

     

    Di keluarga Iscelenbe, Adelka Iscelenbe menatap jendela besar yang menghadap ke taman istana mereka. Pikirannya melayang pada masa lalu dan masa depan keluarganya, sementara laporan tentang Izka tergeletak di meja depannya. Dia tahu betul betapa pentingnya peran Izka dalam dinamika di Akademi Zima, tetapi juga menyadari risiko yang mungkin timbul.

     

    “Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang rencana Izka,” gumam Adelka, matanya tetap fokus pada jendela yang memberikan pandangan luas ke luar istana. “Keluarga Iscelenbe tidak boleh kalah dalam persaingan ini.”

     

    Di dalam ruang belajar keluarga Uciteli, Vladyka Branko Uciteli duduk di depan meja besar yang dipenuhi buku-buku dan gulungan kertas. Dikenal sebagai keluarga yang memegang teguh nilai-nilai pendidikan dan kebijaksanaan, Branko selalu memikirkan dampak dari setiap tindakan yang diambil oleh keluarga utama lainnya. Di hadapannya, seorang utusan dari akademi telah menyampaikan laporan tentang prestasi Izka yang mencolok.

     

    “Seorang anak dari Videnbe yang berani menantang status,” Branko bergumam sambil membaca laporan tersebut. Ia tahu bahwa perkembangan ini bisa mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di antara keluarga utama.

     

    Di laboratorium besar keluarga Issledovanbe, yang dipenuhi dengan berbagai alat dan peralatan penelitian, Dusan Issledovanbe sedang memeriksa hasil eksperimen terbaru. Keluarga Issledovanbe terkenal dengan dedikasinya pada ilmu pengetahuan dan penelitian. Namun, laporan tentang Izka yang semakin dikenal di akademi menarik perhatian Dusan.

     

    “Izka telah menunjukkan potensi yang luar biasa,” kata Dusan sambil membolak-balik laporan tersebut. Di sebelahnya, putrinya, Elena Issledovanbe, tengah memeriksa hasil penelitian dengan teliti.

     

    “Bakatnya bisa sangat berguna bagi kita,” lanjut Dusan. “Jika kita bisa menjalin hubungan baik dengannya, mungkin kita bisa mengajaknya untuk berkolaborasi dalam proyek-proyek penelitian kita.”

     

    Elena mengangguk. “Namun, kita harus berhati-hati. Keluarga utama lainnya mungkin juga memantau perkembangan ini dengan cermat. Kita tidak bisa menunjukkan terlalu banyak minat, setidaknya tidak secara terbuka.”

     

    Dusan mengerti risiko yang terlibat. “Kita akan bermain cerdik. Izka mungkin menjadi kunci untuk meningkatkan reputasi dan pengaruh kita di akademi. Tapi pertama-tama, kita harus memastikan bahwa dia melihat kita sebagai sekutu, bukan musuh.”

     

    Suasana politik dan intrik di Akademi Zima semakin rumit. Setiap keluarga utama berusaha mengamankan posisi mereka, sambil mencari cara untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Izka.  Setiap keluarga utama merasa tekanan dari keberadaan Izka, dan peran pentingnya di antara murid-murid Videnbe. Mereka mulai mengatur strategi dan mempertimbangkan langkah-langkah berikutnya untuk memastikan pengaruh mereka tetap kuat di Akademi Zima.

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Tingkat Menengah

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021