Kisah seseorang yang umroh saat ayahnya sakit
Masih dari perjalanan Aida yang selama 1 bulan bekerja di Mekah sebagai tim peliputan. Aida pergi umroh Ramadhan punya beberapa misi, pertama adalah untuk urusan pekerjaan, kedua untuk memohon doa karena sebentar lagi ia akan menikah, ketiga adalah untuk ayahnya yang sakit.
Sam, ayah Aida, adalah seorang ASN yang bekerja sebagai dosen. Sam mengalami pendarahan pada kantong kemihnya 10 tahun. Namun atas izin Allah, Sam dinyatakan sembuh dan bisa bertahan. Selama 10 tahun, Sam bekerja dan menjalani hidup normal. Sebetulnya, ini bisa dianggap keajaiban, karena 10 tahun, Sam nyaris menjalani operasi, setelah menjalani radiasi. Namun secara menakjubkan penyakitnya hilang.
Keluarga Aida, kembali tersenyum dan menikmati kebahagiaan. Hingga, suatu ketika darah itu muncul lagi melalui urinenya. Ibunda Aida adalah wanita solehah yang selalu bangun di sepertiga malam, memohon kepada Allah agar suaminya diberikan kesembuhan. Apalagi waktu itu, Aida masih punya adik laki-laki yang duduk di kelas 6 SD. Kepada Aida, bunda meminta agar Aida berkenan untuk mendoakan ayahanda di Mekah. “Coba, kamu ambil air zam-zam, masukan ke botol, Dibawa tawaf, setelah itu sholat Sunnah, minta sama Allah, melalui perantara air ini. Semoga jadi obat buat ayah,” ujar ibunda seraya menitikkan air mata.
Walau selama bekerja di Mekah, banyak tantangan dan halangan yang dihadapi, konflik dengan rekan kerja, konflik dengan mitra dan lainnya. Aida bertahan. Aida juga tidak banyak belanja ini dan itu, karena ia ingin menabung untuk biaya pernikahannya, Ia ingin punya rumah sendiri, Jadi ketika rekan-rekan beli banyak oleh-oleh, Aida hanya beli untuk keluarga dan calon keluarganya, itu juga tidak terlalu banyak. Ia berusaha tidak banyak jajan, dan makan apa yang disediakan catering.
Menjelang magrib, tim ada undangan liputan di Hotel Hilton Masjidil Haram. Ada rombongan selebritis tanah air yang menginap di sana. Tim menuju lokasi untuk mewawancarai. Wawancara selesai menjelang maghrib, tim mendapat info, bahwa Pihak hotel menyediakan buka puasa bersama di lobi hotel. Aida nampak tidak berselera, apalagi mendapatkan info, ayahnya sedang lemas. “Da, asik nih, biasanya makanan di hotel enak-enak,” kata Agung rekan kerjanya. Aida tersenyum getir. Walau perutnya keroncongan, ia merasa tidak bergairah. “Jangan cemberut aja dong. Pengen apaan sih loh?” ujar Kang Asep. Mereka masuk lift untuk turun ke lobi. “Apaan ya Kang? Makan donat enak kali ya? Tapi mau cari dimana donat? Hehehe,”kata Aida. “Elo yang engga-engga aja pengennya,” Agung menimpali. Pintu lifet terbuka, dan seorang pelayan hotel menyambut Aida dan tim, di atas tangan pelayan itu, nampak nampan stainless yang dipenuhi aneka macam donat. Ada donat keju, donatmeses, donat krim dengan buah cherry dan lainnya. Aida terbelalak. Rekan kerjanya juga. “Gila! Beneran ada donat!” ujar Agung.
‘Please take,” ujar sang pelayan. Dengan mata berbinar, Aida mengambil donat keju. Apakah seperti ini rasanya di surga? Keinginan kita langsung menjadi kenyataan. Kesedihan Aida sekejap hilang dan berubah dengan rasa syukur. Karena mereka ada janji liputan di Jeddah, jadi tidak bisa lama-lama menikmati hidangan di hotel. Satu donat saja sudah membuat perut Aida dan teman-teman kenyang. Kegiatan selanjutnya adalah sholat Maghrib di pelataran Masjidil Haram. Aida mengambil air zam-zam di dalam botol minumannya. Setiap ke Masjidil Haram, Aida selalu membawa botol kosong yang akan ia isi air zam-zam. Setelah sholat Magrib dan berdoa, Aida tidak lupa berdoa, untuk Kesehatan ayahnya, kelancaran kegiatan selama ia berada di Mekah, agar Allah ridho padanya.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: Titipan Air Tawaf Buat Ayah
Sorry, comment are closed for this post.