KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Tugas Alam Nadvore

    Tugas Alam Nadvore

    BY 09 Jul 2024 Dilihat: 47 kali
    Tugas Alam Nadvore_alineaku

    Di hari yang cerah, Kerajaan Zima menjadi tuan rumah bagi tamu-tamu dari berbagai kerajaan. Mereka berkumpul untuk merayakan pengakuan resmi atas Ilta Jedlikca sebagai utusan Sang Ilahi, sebuah peristiwa yang menggema di seluruh benua. Di antara para tamu yang hadir, beberapa orang-orang penting dari empat benua turut ambil bagian dalam acara suci ini.

     

    Di ruang pertemuan besar, Sybil Videnbe, Vladyka ke-12 dari Kerajaan Zima, menyambut para utusan Sang Ilahi yang telah datang dari berbagai penjuru dunia.

     

    Atanas Zlatan, Utusan dari Kerajaan Silva Pluvia, kelompok Lesu, benua Zemloy. Tampil memukau dengan pakaian hijau zamrud yang terbuat dari sutra halus, dihiasi bordiran emas yang menggambarkan motif-motif alam. Mantel panjang yang menjuntai di belakangnya terlihat seperti daun-daun yang berkibar di angin. Rambut coklatnya yang panjang diikat rapi di belakang, memperlihatkan matanya yang berwarna hijau cerah, memancarkan kebijaksanaan dan ketenangan. Sepatu kulit yang halus dan nyaman melengkapi penampilannya, mencerminkan hubungan eratnya dengan alam.

     

    Kveta Nadezhda, Utusan dari Kerajaan Arce Saxum, kelompok Peshchera, benua Ogni. Rambut hitam legamnya yang diikat rapi membentuk sanggul elegan menambah keanggunan penampilannya. Mata abu-abunya yang tajam, menyorotkan kecerdasan dan ketenangan, memancarkan kilau yang misterius. Tampil anggun dalam balutan gaun berwarna merah tua dengan aksen perak yang melambangkan kekuatan dan keberanian. Gaunnya dihiasi dengan permata-permata kecil yang bersinar seperti bintang di malam hari. Rambutnya dihiasi dengan tiara perak yang menambah aura keagungan. Sepatu berhiaskan kristal memperkuat kesan elegan sekaligus tangguh, cocok dengan perannya sebagai pelindung dari benua Ogni.

     

    Iva Magni, Utusan dari Kerajaan Buoyant, kelompok More, benua Vozduxu. Memancarkan kecerdasan dan kewibawaan dengan penampilannya yang memukau. Rambut panjangnya yang berwarna emas cerah berkilauan dalam cahaya rembulan, tergerai bebas di sekitar bahunya dengan anggun. Matanya yang biru safir memancarkan semangat dan kreativitas, memberikan kesan bahwa dirinya adalah sosok yang berwawasan luas. Ia mengenakan gaun yang dihiasi dengan motif-motif ombak dan mutiara, serta sepatu perak yang ringan namun elegan, menciptakan aura kesucian dan kemurnian. Sebuah tiada mutia dikenakannya dengan indah, dan sebuah kalung berbentuk ombak yang melingkari lehernya memantulkan cahaya, menambah kemewahan pada penampilannya sebagai putri Kerajaan More.

     

    Ilta Jedlikca, Utusan dari Kerajaan Zima, kelompok Nebesa, benua Vetru. Pahlawan yang dikenal dari kisah Takdir Salju, tampil dengan keagungan yang tak terbantahkan. Rambut hitam dengan corak putihnya mengalir bebas hingga bahu, memberikan kontras yang menawan dengan mata hitam dan putihnya yang penuh tekad. Ia tampil memukau dalam balutan jubah putih bersih dengan aksen perak bersimbolkan keluarga Jedlicka, mencerminkan kemurnian dan kekuatan es. Jubahnya panjang dengan kerah tinggi yang menambah kesan anggun dan berwibawa. melambangkan asalnya dari Kerajaan Zima. Sepasang sarung tangan kulit hitam dan sepatu putih dengan hiasan emas melengkapi penampilannya, menambah kesan heroik pada penampilannya.

     

    Sybil Videnbe, dengan anggun berdiri di tengah ruang pertemuan yang megah, diapit oleh para utusan Sang Ilahi. Suara gemericik air dari air mancur di sudut ruangan menambah suasana tenang namun penuh khidmat.

     

    “Selamat datang, para utusan Sang Ilahi,” Sybil memulai, suaranya lembut namun penuh wibawa. “Kami berkumpul di sini untuk mengakui peran penting kalian dalam menjaga keseimbangan dan kemakmuran dunia kita.”

     

    Sybil melanjutkan memperkenalkan satu per satu utusan yang hadir.

     

    “Atanas Zlatan, utusan dari Kerajaan Silva Pluvia di benua Zemloy, dikenal karena kebijaksanaannya dalam menjalin hubungan harmonis antara manusia dan alam.”

     

    Atanas membungkuk ringan, senyuman lembut di wajahnya. “Terima kasih, Yang Mulia. Kami di Zemloy selalu berusaha menjaga keseimbangan dengan alam, karena di sanalah sumber kehidupan sejati.”

     

    “Kveta Nadezhda, utusan dari Kerajaan Arce Saxum di benua Ogni, seorang prajurit tangguh yang telah membentuk kehidupan di tempat paling berbahaya di dunia kita.”

     

    Kveta mengangguk dengan penuh kebanggaan. “Kami di Ogni telah belajar untuk bertahan dan berkembang di lingkungan yang keras. Ini adalah tugas kami untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan semua makhluk di sana.”

     

    “Iva Magni, utusan dari Kerajaan Buoyant di benua Vozduxu, yang berusaha keras untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan mendukung kehidupan.”

     

    Iva tersenyum, matanya berkilauan dengan semangat. “Kami percaya bahwa kemajuan teknologi harus berjalan seiring dengan perlindungan alam. Hanya dengan begitu kita bisa mencapai keseimbangan yang sesungguhnya.”

     

    “Dan akhirnya, Ilta Jedlikca, utusan dari Kerajaan Zima di benua Vetru, yang telah mengalahkan Koschei dan berkomitmen untuk menghilangkan seluruh energi kegelapan dari dunia kita.”

     

    Ilta membungkuk dengan hormat. “Kami akan terus berusaha menjaga dunia kita dari kegelapan dan memastikan cahaya kebaikan selalu bersinar.”

     

    Para hadirin memberikan tepuk tangan meriah, menghormati para utusan Sang Ilahi yang telah memberikan begitu banyak bagi dunia mereka.

     

    Sybil melanjutkan, “Hari ini, kita tidak hanya merayakan pengakuan Ilta sebagai utusan resmi, tetapi juga persatuan dan kerja sama kita semua dalam menjaga keseimbangan dan kedamaian di dunia ini. Semoga Sang Ilahi selalu memberkati kita.”

     

    Acara dilanjutkan dengan ritual suci yang diikuti oleh para tamu dan utusan, menandai awal baru dalam perjalanan mereka menjaga dunia dari kegelapan dan memastikan keberlangsungan hidup yang harmonis.

     

    Di hari yang cerah dan penuh semangat itu, ruang pertemuan besar di Kerajaan Zima dipenuhi oleh tamu-tamu kehormatan dari berbagai kerajaan. Atmosfer penuh energi dan antusiasme saat para utusan dari empat benua berkumpul untuk merayakan pengakuan Ilta Jedlikca sebagai Utusan Sang Ilahi secara resmi.

     

    Di tengah ruang pertemuan, sebuah meja bundar besar dengan peta seluruh benua terbentang di tengahnya. Atanas Zlatan, Kveta Nadezhda, Iva Magni, dan Ilta Jedlikca duduk mengelilingi meja tersebut. Masing-masing mengenakan pakaian yang mencerminkan kekhasan dan keagungan wilayah mereka.

     

    Ilta memulai percakapan dengan senyuman ramah. “Atanas, aku masih teringat cerita-cerita tentang keindahan alam di Zemloy. Bagaimana kehidupan di Kerajaan Silva Pluvia?”

     

    Atanas tersenyum hangat, mata hijaunya bersinar. “Zemloy adalah tempat yang penuh keajaiban alam. Sungai yang meliuk-liuk, hutan tropis yang rimbun, dan lembah-lembah yang indah. Kami hidup harmonis dengan alam dan berusaha menjaga keseimbangan.”

     

    Kveta, dengan rambut merah menyala yang mencerminkan semangat dan ketangguhannya, menambahkan, “Di benua Ogni, kehidupan tidak mudah. Kerajaan Arce Saxum, tempat aku berasal, penuh dengan tantangan. Namun, kami telah membangun benteng bawah tanah yang kuat dan belajar untuk hidup dalam kondisi ekstrem.”

     

    Iva Magni, dengan rambut panjang berwarna emas cerah yang berkilauan dalam cahaya, tersenyum lembut. “Di benua More, kami berusaha memajukan teknologi tanpa merusak alam. Kerajaan kami, Vozduxu, adalah tempat di mana inovasi dan keajaiban alam berjalan beriringan.”

     

    Ilta mengangguk menghormati setiap cerita yang didengarnya. “Kita semua memiliki tantangan dan keunikan masing-masing. Tetapi saat kita bersatu, kita memiliki kekuatan yang tak terbatas untuk melindungi dunia ini.”

     

    Ilta lalu memperkenalkan Svetlana yang duduk di sampingnya. “Ini adalah Svetlana, rekan setiaku dalam melawan kegelapan. Bersama, kami menghadapi banyak tantangan dan meraih kemenangan demi kebaikan.”

     

    Svetlana mengangguk sambil tersenyum, matanya memancarkan keberanian. “Senang bertemu dengan kalian semua. Tugas kami sebagai utusan Sang Ilahi adalah menjaga keseimbangan dan menghilangkan energi kegelapan dari dunia.”

     

    Tiba-tiba, suasana hening ketika cahaya terang muncul di tengah ruangan. Dari cahaya itu, seorang makhluk bersayap muncul, memancarkan aura suci yang menenangkan. Skazati, Angeluc pembawa pesan Sang Ilahi, berdiri di hadapan mereka.

     

    “Ilta, Svetlana,” kata Skazati dengan suara lembut namun tegas. “Aku membawa pesan dari Sang Ilahi. Kalian harus bersiap-siap melaksanakan tugas kalian ke alam Nadvore. Ancaman baru telah muncul, dan hanya kalian yang bisa menghadapinya.”

     

    Kerumunan orang di sekitar mereka terkejut dan mulai berbisik satu sama lain. Reaksi beragam terlihat di wajah mereka, mulai dari kekaguman hingga kekhawatiran.

     

    Ilta berdiri dengan tegas, mata putihnya bersinar penuh tekad. “Kami akan bersiap, Skazati. Tugas kami adalah melindungi dunia ini, dan kami tidak akan mundur.”

     

    Svetlana mengangguk setuju, matanya yang putih keemasan memancarkan ketenangan. “Kami akan menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih atas pesan ini, Skazati.”

     

    Skazati mengangguk, lalu menghilang dalam kilatan cahaya. Ruangan itu kembali hening, dan para tamu menatap Ilta dan Svetlana dengan penuh harapan dan keyakinan.

     

    Acara berakhir dengan perjamuan yang meriah. Makanan lezat dan minuman segar disajikan di meja-meja panjang, dan para tamu masih berbincang-bincang dengan penuh semangat tentang apa yang terjadi. Musik lembut mengalun di latar belakang, menambah suasana hangat dan meriah yang sebelumnya tegang.

     

    Sybil berdiri untuk memberikan pidato penutup. “Hari ini adalah hari yang bersejarah. Kami menyaksikan pengakuan resmi Ilta Jedlikca sebagai Utusan Sang Ilahi dan kehadiran para utusan dari seluruh benua. Kami berterima kasih atas kehadiran kalian dan doa kami selalu menyertai perjuangan kalian.”

     

    Sybil menoleh ke para utusan Sang Ilahi dan melanjutkan, “Sebelum kita berpisah, marilah kita saksikan kemampuan luar biasa dari para utusan ini, sebagai pengingat bahwa harapan dan kekuatan selalu bersama kita.”

     

    Ilta berdiri pertama kali. Dengan satu gerakan tangan, dia memanggil angin dingin yang mengitari tubuhnya. Mata hitam dan putihnya bersinar saat dia mengangkat tangannya ke langit, menciptakan semburan salju yang indah. “Dengan kekuatan ini, aku dan Svetlana akan menghilangkan energi kegelapan dari dunia.”

     

    Kveta Nadezhda maju selanjutnya, rambut merahnya menyala seperti api. Dia mengepalkan tangan dan tanah di bawahnya bergetar. Dengan satu sentuhan, batu-batu besar terangkat dari tanah, membentuk formasi yang rumit. “Tugas utamaku adalah membentuk kehidupan di tempat yang paling berbahaya, dengan bantuan kalian, aku yakin itu dapat dilakukan.”

     

    Iva Magni berdiri dengan anggun, rambut emasnya berkilauan dalam cahaya rembulan. Dia mengangkat tangannya dan alat-alat teknologi canggih muncul di udara, melayang di sekelilingnya. “Aku akan memajukan teknologi yang ramah lingkungan dan tidak merusak.”

     

    Atanas Zlatan melangkah maju, mata hijaunya memancarkan kehangatan. Dengan satu gerakan tangan, tanaman-tanaman mulai tumbuh dengan cepat di sekitarnya, menciptakan taman kecil yang indah. “Tugas utama yang diberikan padaku adalah membantu makhluk hidup dan alam untuk hidup berdampingan dengan manusia.”

     

    Para tamu terpana oleh demonstrasi kekuatan yang luar biasa itu. Mereka bertepuk tangan dengan meriah, mengagumi kemampuan dan dedikasi para utusan.

     

    Sybil tersenyum bangga. “Kita telah melihat sekilas kekuatan dan tanggung jawab yang mereka emban. Semoga perjalanan kalian penuh keberanian dan sukses. Terima kasih telah datang dan berbagi momen berharga ini bersama kami.”

     

    Para utusan saling berpelukan dan bertukar kata-kata perpisahan. Ilta menatap teman-temannya dengan penuh rasa terima kasih. “Kita akan bertemu lagi. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan ini.”

     

    Svetlana, yang berdiri di samping Ilta, menambahkan, “Kita tidak sendirian dalam perjuangan ini. Bersama-sama, kita akan mengatasi segala tantangan.”

     

    Dengan semangat baru dan tekad yang kuat, para utusan meninggalkan Kerajaan Zima, membawa harapan dan kekuatan mereka ke seluruh penjuru dunia. Perjalanan mereka mungkin penuh tantangan, tetapi dengan keberanian dan dukungan satu sama lain, mereka siap menghadapi apa pun yang menanti di depan.

     

    Hari-hari berikutnya, Ilta dan Svetlana menjalankan tugas mereka dengan tekad untuk menghilangkan energi kegelapan dari alam Nadvore. Ilta membuka gerbang Nadvore dengan mata putihnya, dibantu oleh Svetlana.

     

    Sebelum memasuki gerbang tersebut, mereka berpamitan dengan Alexei, Aria, dan beberapa keluarga Videnbe yang hadir mengantarkan mereka.

     

    Ilta dan Svetlana masuk ke dalam gerbang Nadvore, menemui hutan yang penuh dengan bayangan dan bisikan misterius. Di hadapan mereka berdiri Leshy, roh penjaga hutan Nadvore yang kini telah berubah menjadi monster karena energi kegelapan. Tubuh Leshy yang raksasa terbuat dari kayu keras, dengan tanduk besar yang menjulang di kepalanya.

     

    Ilta mengubah Zorya Altair, menjadi sebuah cakram kristal es yang berkilauan dalam cahaya redup hutan. Ia melompat tinggi, mencoba memotong tanduk Leshy dengan serangan cepat.

     

    “Hutan tidak seharusnya terkontaminasi, menghilanglah!” seru Ilta, menyerang dengan penuh kekuatan.

     

    Leshy mengayunkan tangannya yang besar, tetapi Ilta dengan gesit menghindar. Svetlana melihat kesempatan itu. Dengan cepat, ia menciptakan akar-akar cahaya yang keluar dari tanah, mengikat kaki Leshy dan membatasi gerakannya. Di tangannya, Alis Lucis berubah menjadi busur cahaya yang bersinar terang.

     

    “Ilta, sekarang!” teriak Svetlana, melancarkan beberapa anak panah pada Leshy.

     

    Ilta menembakkan serangan es dari Zorya Altair yang berpecah, membekukan sebagian tubuh Leshy. Es yang dingin dan tajam menutupi tangan dan kaki Leshy, membuatnya sulit bergerak.

     

    “Aku siap, Svetlana!” balas Ilta, matanya penuh determinasi.

     

    Svetlana menarik busurnya sekuat tenaga dan menembakkan panah cahaya yang memancar terang, menembus tubuh Leshy dengan kekuatan luar biasa. Panah itu meremukkan kayu keras tubuh Leshy, menghancurkannya sedikit demi sedikit.

     

    Leshy mengerang marah, berusaha melepaskan diri dari akar-akar cahaya dan es yang membekukannya. Tetapi Svetlana menambah kekuatan akar-akar cahayanya, meremas Leshy hingga terdengar bunyi retakan kayu. Ilta menambahkan serangan esnya, memperkuat pembekuan di tubuh Leshy.

     

    “Ini akhirnya, Leshy!” teriak Ilta, melompat lagi dan memotong tanduk Leshy dengan Zorya Altair.

     

    Leshy mengeluarkan erangan terakhir sebelum tubuh kayunya pecah menjadi serpihan kecil, hancur di bawah tekanan akar-akar cahaya dan es. Hutan menjadi sunyi kembali, hanya terdengar suara napas Ilta dan Svetlana yang terengah-engah.

     

    “Kita berhasil, Ilta,” ujar Svetlana dengan senyum lega.

     

    Ilta mengangguk, “Ya, tapi perjalanan kita belum selesai. Masih banyak energi kegelapan yang harus kita murnikan.”

     

    Ilta melangkah ke tengah serpihan kayu, “Aku seharusnya bisa menggunakan teknik pemurnian secara langsung saat ini, kita harus memastikan tidak ada energi kegelapan yang tersisa.” Ilta mengangkat tangannya dengan pelan, sementara Zorya Altair kembali ke bentuk semulanya. Ilta membentangkan kedua sayapnya dengan megah, mulai menyucikan hutan tersebut.

     

    Svetlana terkagum melihat cahaya yang memurnikan hutan itu dengan cahaya lembut, “Sebuah cahaya yang menyatukan matahari dan bulan. Senang rasanya, tugas ini berjalan dengan baik.”

     

    Ilta tersenyum mendengarnya, mereka kemudian mengunjungi leluhur mereka di tempat suci, tempat arwah leluhur berkumpul. Di sana, mereka bertemu dengan Vadim, Borislav, Milena, Radomir, dan Zora, yang semua mengenakan pakaian tradisional dan memancarkan aura kebijaksanaan dan kekuatan.

     

    Vadim menyambut mereka dengan kehangatan, “Ilta, Svetlana, aku sangat senang melihat kalian. Ilta, kau telah tumbuh begitu kuat dan berkarisma sejak terakhir kali kita bertemu.”

     

    Ilta tersenyum, “Kakek pasti melihat perjuanganku dari sini bukan? Kami berusaha sebaik mungkin untuk membersihkan energi kegelapan dari alam Zivotu, untuk sekarang, benua Vozduxu dan benua Vetru akan aman sementara waktu. Namun, sang Ilahi meminta kami untuk memurnikan beberapa tempat di alam Nadvore.”

     

    “Sungguh luar biasa, Ilta,” kata Vadim dengan suara terharu. “Aku sangat bangga padamu. Kau telah melampaui harapan kami semua yang ada disini, bahkan kalian mengalahkan Koschei dan memimpin kerajaan dengan bijaksana. Kau adalah pahlawan yang luar biasa, Ilta Jedlikca, dan Svetlana Jedlicka.”

     

    Svetlana merasa terharu mendengar perkataan Vadim, “Kakek, kami berdua berusaha keras untuk melindungi dan memperbaiki dunia ini.”

     

    Vadim tersenyum, “Aku tahu kalian akan berhasil. Kalian memiliki kekuatan dan hati yang tulus. Teruslah berjuang, dan ingatlah bahwa kami, leluhur kalian, selalu mendukung kalian.”

     

    Borislav mendekati kedua, berkata, “Ilta, Svetlana, kalian telah melakukan tugas yang sangat mulia. Energi kegelapan tidak akan pernah bisa menang selama kalian ada. Namun, berhati-hatilah dengannya.”

     

    Milena, dengan rambut panjangnya dan senyum lembut, menambahkan, “Kalian telah membawa kehormatan bagi keluarga Jedlicka. Ingatlah, keberanian dan cinta adalah senjata terkuat kalian.”

     

    Radomir, berdiri tegak dengan mata yang penuh semangat, berkata, “Ilta, kau telah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa. Kami semua sangat bangga padamu.”

     

    Zora, dengan mata penuh kehidupan, tersenyum, “Svetlana, kau adalah cahaya bagi Ilta dan seluruh kerajaan. Teruslah bersinar menyinari dunia ini dengan cahayamu.”

     

    Ilta dan Svetlana merasa dikuatkan oleh kata-kata para leluhur mereka. Mereka berjanji untuk terus melindungi dan memurnikan dunia ini dari energi kegelapan.

     

    Selama setahun penuh, Ilta dan Svetlana berjuang di alam Nadvore, memurnikan berbagai tempat yang mewakili alam dan roh-roh yang terkontaminasi oleh energi kegelapan. Mereka berhadapan dengan berbagai makhluk kegelapan lainnya yang mengancam keseimbangan alam dan mengganggu ketenangan para roh.

     

    Ilta dan Svetlana akhirnya keluar dari alam Nadvore untuk beristirahat sejenak. Namun, mereka saling memandang dengan kebingungan. Didepan mereka, Alexei dan Aria yang sebelumnya mengantarkan kepergian, terkejut.

     

    “Kenapa kalian cepat sangat cepat?” tanya Alexei, memastikan apa yang sedang terjadi.

     

    Aria menambahkan, “Apakah ada yang tertinggal,” memandangi wajah Svetlana yang kebingungan.

     

    “Bagaimana mungkin?” suara Svetlana penuh ketidakpercayaan. “Seharusnya sudah empat bulan berlalu di alam Zivotu.”

     

    “Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi, Ayah, Bunda.” Ilta mencoba menenangkan dirinya. “Kami sudah berada di alam Nadvore dalam waktu yang lama, tapi pulang ke alam Zivotu dengan kondisi yang sama sebelum pergi ke alam Nadvore.”

     

    Ilta memutuskan untuk memasuki alam Cristvo Bozije dan bertanya langsung kepada Sang Ilahi. Dengan mata putihnya, dia membuka gerbang menuju alam spiritual tertinggi itu. Svetlana tetap di kediaman Jedlicka, menunggu jawaban dari Ilta.

     

    Setibanya di alam Cristvo Bozije, Ilta merasakan kedamaian yang luar biasa. Cahaya suci mengelilinginya, dan dia merasakan kehadiran Sang Ilahi yang penuh kasih.

     

    Sang Ilahi muncul di hadapan Ilta, memancarkan cahaya yang lembut namun kuat. “Ilta Jedlikca, aku tahu kau memiliki banyak pertanyaan,” kata Sang Ilahi dengan suara yang menenangkan.

     

    Ilta menunduk hormat. “Ya, Sang Ilahi. Kami telah berada di alam Nadvore selama satu tahun penuh untuk mencari tanda yang tertinggal dari Koschei, tetapi saat kembali, tidak ada waktu yang berlalu di alam Zivotu.”

     

    Sang Ilahi dengan lembut menjawab. “Itu karena indra keenam mu telah berevolusi menjadi indra ketujuh. Sebuah indra yang memungkinkanmu mengendalikan batasan ruang dan waktu.”

     

    Ilta mendengarkan dengan penuh perhatian. “Indra ketujuh? Bagaimana itu bekerja, Sang Ilahi?”

     

    “Indra ketujuh memberimu kemampuan untuk memperlambat, mempercepat, atau bahkan menghentikan waktu di suatu ruang. Entah itu di alam Zivotu atau alam Nadvore. Dan inilah yang menyebabkan waktu tidak bergerak di alam Zivotu selama kau berada di Nadvore,” jelas Sang Ilahi.

     

    Ilta merenung sejenak, mencoba memahami sepenuhnya penjelasan tersebut. “Jadi,  selama aku berada di alam Cristvo Bozije, waktu di kedua alam, Zivotu dan Nadvore, tidak akan bergerak?”

     

    “Benar, Ilta Jedlikca. Alam Cristvo Bozije berada di luar dimensi ruang dan waktu yang mengikat alam Zivotu dan Nadvore. Ini adalah hadiah dan tanggung jawab besar yang kau miliki sekarang. Tapi ingatlah, kemampuan ini akan memberikan konsekuensinya tersendiri.” kata Sang Ilahi dengan penuh hikmat.

     

    Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, Ilta mengucapkan terima kasih kepada Sang Ilahi dan kembali ke alam Zivotu. Dia menemukan Svetlana masih menunggunya dengan sabar di kediaman Jedlicka.

     

    Ilta menjelaskan semuanya kepada Svetlana dan orangtuanya. “Aku memiliki kemampuan baru, indra ketujuh, yang memungkinkanku mengendalikan ruang dan waktu.” 

     

    Svetlana mengangguk, matanya bersinar dengan kekaguman. “Ini adalah hadiah besar, Ilta. Kita bisa menggunakan ini untuk kebaikan dan melindungi dunia kita.”

     

    Alexei dan Aria yang ada disana memeluknya dengan hangat, “Apapun itu, selama kamu baik-baik saja. Tidak ada yang perlu kami khawatirkan.” kata Aria, mengusap kepala Ilta.

     

    Dengan pemahaman baru tentang kemampuan mereka, Ilta dan Svetlana berjanji untuk menggunakan kekuatan ini dengan bijaksana. Mereka tahu bahwa tugas mereka belum selesai, tetapi dengan kemampuan baru ini, mereka lebih siap untuk menghadapi tantangan apapun yang datang.

     

    Mereka melanjutkan perjalanan mereka, membawa harapan dan cahaya kemanapun mereka pergi, memastikan bahwa kegelapan tidak pernah memiliki kesempatan untuk menguasai. Bersama, mereka adalah kekuatan yang tidak bisa dihentikan, siap untuk menjaga keseimbangan dan kedamaian di alam semesta mereka.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Tugas Alam Nadvore

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021