KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Tugasmu Telah Selesai

    Tugasmu Telah Selesai

    BY 31 Des 2024 Dilihat: 343 kali
    Tugasmu Telah Selesai_alineaku

    Engkau sosok Ayah yang tangguh, pekerja keras, tanpa lelah, banting tulang untuk menghidupi keluarga kecilmu.

    Setelah istrimu meninggal, engkau sendiri mencari nafkah untuk membiayai kedua anak-anakmu yang masih kecil. Anakmu yang pertama baru masuk pesantren, masih duduk di sekolah menengah pertama/MTs, sedangkan anakmu yang kedua baru kelas IV SD/MI.ketika istrimu dipanggil Sang Khalik.

    Maka, selama menjalani kehidupan kau tak pernah mengeluh. Kau selalu bekerja keras demi bisa mencukupi kebutuhan anak-anakmu, sampai-sampai dirimu tak pernah memikirkan kebutuhanmu sendiri.

    Pagi hari, engkau pergi ke sawah, mengolah sawah, kemudian pergi ke pasar untuk berjualan, sebagai ikhtiar untuk mendapatkan rezeki, demi anak-anakmu. Terkadang di sela-sela berjualan di pasar, kamu diminta tolong untuk mengantarkan orang atau rombongan, entah dengan tujuan silaturahmi, takziah, rekreasi, bahkan kebanyakan ada yang minta tolong untuk mengantarkan berobat, ke rumah sakit. Karena keikhlasanmu, kamu tidak pernah memasang tarif bagi siapapun yang membutuhkan jasa mobilmu, malah terkadang sekedar untuk ganti bensin pun tidak mencukupi, maka kamu harus mengeluarkan biaya dari kantongmu sendiri. Dan, ini kau lakukan dengan tulus, tak pernah sedikitpun mengeluh. Maka, tak heran banyak orang  yang senang meminta bantuanmu,untuk mengantarkan kemana mereka pergi, dan kapanpun kamu dimintai tolong pasti selalu bilang bisa atau siap dan jarang mengatakan “tidak bisa” atau menolak jika dibutuhkan.Inilah rutinitas yang kau jalani selama dalam perjalanan hidupmu. Driver selalu menerima carteran, kapanpun, siapapun dan kemanapun, tanpa mengenal lelah. Kau jalani dengan ikhlas demi mencukupi kebutuhan kedua anakmu. Bahkan, suatu hari kau sudah merasakan sakit. Katanya, sudah tidak enak badan, namun ketika ada saudaramu yang meminta tolong untuk mengantarkan ke rumah besannya untuk silaturahmi yang jaraknya lumayan jauh, kau pun menyanggupi dengan alasan tidak enak kalau menolaknya. Padahal, kondisimu sendiri sangat lelah.

    Sampai akhirnya, pola makanmu kau abaikan. Semenjak istrimu meninggal, sementara anak-anak sudah kau titipkan di pesantren, kau tak pernah memasak, makan seadanya, bahkan terkadang perutmu tak terisi nasi. Cuma minum kopi dan merokok. Kebiasaan ngopi dan merokok juga kurang istirahat ini kau lakukan bertahun-tahun sehingga badanmu kurus dan raut wajahmu kelihatan tua padahal usiamu masih muda. Banyak yang bilang aku adikmu, padahal akulah yang dilahirkan terlebih dulu.

    Suatu hari aku melihatmu kesakitan, jalanmu agak lamban, nafasmu tersendat-sendat. Kau hanya tiduran. Aku paksa engkau berobat karena selama ini kamu tidak pernah mau jika diajak ke dokter dengan dalih tidak mau merepotkan keluarga. Sampai akhirnya, kami paksa engkau untuk berobat dan akhirnya dirimu mau dengan catatan tidak dibawa ke rumah sakit. Kami pun mengiyakan. Dan, sore itu, kami membawamu ke klinik yang menjadi langganan kami. 

    Setelah berobat di klinik tersebut, karena kondisimu masih sesak nafas, maka kami disarankan untuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Akhirnya, kami membawamu ke salah seorang dokter penyakit dalam dan dari dokter penyakit dalam kami disarankan untuk ke dokter paru. Akhirnya, kami bawa ke rumah sakit paru-paru. Kata dokter, ini bukan paru-parunya yang kena, namun ada penyakit lainnya. 

    Sementara penyakitmu belum terdeteksi, kondisimu kian melemah, nilai hemoglobin dalam darahmu sangat rendah hingga akhirnya, mau tidak mau, kamu harus transfusi darah dan opname di rumah sakit. Di rumah sakit inilah akhirnya penyakitmu terdeteksi yaitu gagal ginjal.

    Kami semua juga sempat syok mendengar vonis dokter, namun kami berupaya menguatkan dirimu. Kami selalu ada untukmu, selalu mendampingimu, walau selama ini memang kami merasa bersalah karena tidak pernah mempedulikanmu, hanya sibuk dengan urusan keluarga kami masing-masing. Maafkan kakak dan adik-adikmu yang selama ini tak peduli dengan masalah-masalahmu. Keadaanmu lah yang akhirnya menyadarkan kami semua. Sepanjang hidupmu selalu ada untuk kami, sewaktu-waktu memintamu untuk mengantarkan kami, kamu tak sekalipun menolak. Sementara kami terlalu egois, tanpa memperdulikanmu.

    Setelah kamu di vonis gagal ginjal, maka kamu setidaknya dalam satu minggu dua kali harus menjalani cuci darah, dan Alhamdulillah setelah menjalani cuci darah, kondisimu semakin membaik. Namun, suatu ketika ada saudara yang menyarankan untuk berobat ke tabib agar penyakitmu bisa sembuh tanpa harus cuci darah dan dirimu pun mau menjalaninya, karena pada dasarnya kamu memang masih belum begitu ikhlas menjalani cuci darah.

    Setelah memutuskan untuk tidak menjalani cuci darah, kondisimu semakin hari semakin melemah, tubuhmu semakin tak berdaya dan lemas.

    Dan, pagi itu, belum masuk waktu subuh, kau menyuruh kami semua untuk segera menjalankan sholat subuh lalu segera mengantarkanmu ke rumah tabib. Sementara dirimu mengatakan, ”Saya sholat subuhnya Cuma lihurmatil wakti saja. Saya sudah tidak kuat.”

    Akhirnya, setelah menjalankan sholat subuh, kami pun berangkat ke tabib. Setelah itu, sesampainya di rumah, kamu minta diantar ke kamar mandi untuk berwudhu dan melepaskan celana dan pakaian yang sudah dari kemarin dipakai. Baru kemudian kamu menjalankan sholat dhuhur dengan berbaring. Setelah itu kamu memanggil-manggil nama kedua anakmu yang masih di pesantren. Maka, aku pun meminta suamiku untuk menjemput anak-anaknya karena sejak kemarin kamu tak memperbolehkan kami memberitahukan keadaan sakitmu kepada mereka. Bahkan Ketika waktunya sambangan ke pondok dan kamu masih terbaring di rumah sakit, kamu mengatakan biar adikmu yang sambang ke pondok anakmu.

    ”Katakan pada mereka kalau Bapak mereka baru ada carteran, mengantarkan orang ke Kediri,” ujarmu saat itu.

    Padahal, dirimu baru terbaring sakit di rumah sakit. Betapa kau sangat menjaga perasaan anak-anakmu agar mereka tetap semangat dalam belajar, tanpa harus terganggu dengan kondisi sakitmu. Bahkan ketika kamu dapat undangan dari pondok anakmu, kamu pun masih menyempatkan diri hadir walaupun kondisimu masih sakit, semata-mata kau lakukan agar anakmu tidak mengetahui keadaan Ayahnya yang sedang sakit.

    Sebelum kau hembuskan nafas terakhirmu, kau masih memanggil-manggil nama kedua anakmu, yang kebetulan belum sampai rumah.

    “Tunggu anak-anakmu dulu, ya.” kataku.

    ”Sak kersane Gusti Allah.” jawabmu lirih.

    Itulah kata-kata terakhirmu, sebelum akhirnya kau dipanggil Sang Khalik.

    Selamat jalan, Adikku. Mudah-mudahan kau ditempatkan di surganya Allah.

     

     

    Kreator : Siti Nok Muslikhah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Tugasmu Telah Selesai

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021