Oleh : Titie Moka
Sejak dibukanya warung cemilan dan sembako milik keluarga 17 Agustus 2022, 3 hari yang lalu, akulah yang menjaganya dari pagi sampai sore. Bahkan kalau tidak ada jadwal mengaji, aku bertahan di warung sampai malam.
Kadang aku ditemani Alna, anak ke limaku, kadang aku sendiri saja. Dua hari yang lalu Lala, anak bungsuku pulang dari pesantren dan dia mau menemaniku seharian, dari pagi sampai malam. Bisa kupastikan dia tidak akan merasa betah. Sebab memang warung kami belum dilirik pembeli. Sepi pi pi, tidak ada satupun pembeli yang datang. Seperti hari ini dari pagi, pembelinya hanya Hisyam anak sulungku yang datang bersama Dehan dan Diera, cucuku untuk jajan cemilan.
Sambil berharap ada pembeli yang datang aku memposting daganganku di Status WhatsApp milikku. Dengan bahasa yang sangat sederhana ku share promosi cemilan kekinian yang banyak diminati anak muda saat ini, seperti Cimol pedes, Macaroni Pedes, Chees Stick, bola-bola warna dan lain sebagainya. Alhamdulillah, tidak sampai lima menit setelah postingan iklan kukirim, pesanan pertama dan ke dua masuk. Daann ternyata hanya itulah orderan yang masuk hari ini dengan total belanja sebesar 49.700. Meski masih terhitung kecil, tetap kusyukuri.
Saat perintisan usaha seperti ini aku harus berusaha agar semangat juangku tidak kendor. Menanti pembeli selama berjam-jam sangat riskan mengundang rasa bosan dan ngantuk. Aku tak boleh kalah dengan situasi seperti ini. Aku berusaha agar waktuku dapat terisi secara efektif.
Aku bérsyukur, usaha warung cemilan ini adalah usaha keluarga kami sendiri. Sehingga aku tidak punya beban bila penjualan masih sepi. Dan aku pun bebas mau buka dan tutup jam berapa saja yang aku mau. Meskipun demikian karena alasan itu aku sangat bersemangat untuk buka warung lebih pagi dan tutup lebih malam. Selama 7 hari dalam seminggu.
“. Wow…luar biasa sekali,” Alna menggodaku.
Aku tertawa lucu menanggapinya. Sebab bila aku renungkan kembali, ternyata usaha inilah yang kudamba selama ini. Usaha yang dapat mengembangkan kreasi dan imajinasiku.
Aku bisa mendesain warung sesukaku. Tentu saja setiap ide yang aku lakukan, selalu meminta pendapat anak-anak terlebih dahulu. Sebab harus kuakui, ideku tidak selalu cemerlang.
Hari ini adalah hari ke enam warung buka. Seperti hari kemarin, sampai jam menunjukkan angka 16.06, tak satupun pembeli yang mampir. Untuk memanfaatkan waktu yang ada aku mengisi waktu dengan kegiatan menulis. Sedang asyik memainkan jari di atas key pad, tiba-tiba ada motor N Max berhenti di depan warung. Pengendaranya adalah seorang perempuan muda dan anak balita berparas ganteng. Ow ternyata Mbak Ade dan Kinan, putranya. Dia teman Bella,mantuku.
“Assalamualaikum Nek, Kinan mau jajan,” katanya sambil tersenyum sumbringah seraya menstandar motornya.
Tak lama kemudian Bella juga datang.
Kedatangan mereka sungguh membuatku senang sampai keubun-ubun.
Aku bersimpati pada kedua ibu muda ini sebab meski kelihatan mereka suka jajan, kenyataannya mereka sangat selektif ketika berbelanja, tidak boros. Mereka jajan seperlunya.
Total jajan mereka berdua hanya sebesar 20.500 rupiah saja. Jumlah yang wajar.
Dan hanya merekalah pelangganku hari ini.
Oya, aku lupa, tiga hari yang lalu, kunci motorku hilang. Aku sudah menggeledah semua sudut warung, tetapi tetap saja tidak ketemu. Bahkan halaman, tempat aku memarkir motor tak luput dari pencariannku dan sampai hari ke tiga ini, tetap tidak ketemu. Akibatnya aku merepotkan anak dan anak mantu untuk mengantar-jemput aku ke dan dari warung.
Hari ke empat, belum ketemu juga. Akhirnya dihari ke lima, teman kami pemilik bengkel yang buka dekat kios datang menjemput motorku untuk dibongkar dan diberi kunci baru.
Hari ini sangat menyenangkan. Ada 2 buyer yang mampir ke kios. Pertama, mbak Siska, putri bu Laksmi, tetangga sebelah rumah. Total belanjanya 50 ribu. Dan yang ke dua adalah bu Tyas, teman pengajianku. Beliau datang dengan Fina, putrinya. Belanjaannya cukup banyak. Total 60 ribu. Wow senangnya hati awakYang membuat senang sebenarnya bukanlah seberapa besar yang mereka belanjakan. Tetapi kerelaan mereka yang mau datang ke warungku ini meski jaraknya cukup jauh dari rumah mereka terlebih sikap mereka yang mau memaafkan pelayananku yang masih slow down. Itulah alasan aku merasa bahagia dengan kedatangan mereka itu.
Ada dua teman lain yang janji akan datang sore ini. Semoga mereka benar-benar datang.
Sambil menunggu pelanggan, aku memanfaatkan waktu yang tersedia dengan menulis. Ma shaa Allah, betapa Allah mahabijaksana menganugerahkan usaha ini padaku. Semua yang aku idam-idamkan tercapai lewat usaha warung ini.
Aku bisa mengekspresikan ide-ideku lewat mendesain warung. Aku bisa menulis tanpa gangguan. Aku bisa membaca Al Quran juga tanpa gangguan. Semuanya dapat aku kerjakan dengan perasaan senang. Aku pun merasa lebih dekat dengan Allah. Dalam kesenyapan di dalam warung dan hiruk pikuknya kendaraan yang lalu lalang di luar warung mengantar aku asyik berdialog dengan Tuhanku.
Jika pandai mensiasati keadaan, tak akan sempat rasa kantuk menyerang. Kenyataannya? Aku belum pandai mensiasatinya, kondisi “tak ada pembeli selama berjam-jam”, mengakibatkan rasa kantuk menyerangku tak terkendali. Aku terlelap sejenak sampai aku dibangunkan oleh seseorang yang memasuki warung. Dan ternyata yang datang adalah Bella dan Hisyam. Mereka datang dengan kostum olahraga yang apik.
Aku bahagia melihat anak dan mantuku itu terlihat mesra khas pasangan muda kekinian. Alhamdulillah.
Kembali Bella jajan kripik singkong dan kripik pisang manis.
Mereka ternyata sedang mengantar Dehan dan Dhira mengaji di TPA yang letaknya tidak jauh dari warung. Aku senang mereka menyempatkan “menengokku di warung”, sambil jogging sehat.
Meskipun aku berada di Warung, kebiasaanku membaca Surat Arrohman dan Al Mulk sebisa mungkin kulakukan setiap hari.
Sudah pukul 17.13, teman yang janji mau datang tak kunjung nampak batang hidungnya
Ya… Sudahlah. Tak perlu berharap terlalu besar.
Aku sedang ngepack cemilan ketika Alna muncul dengan sepeda motor dan berhenti tepat di depan warung. Pkl 18.30.
Hari ini ada jadwal kajian Al Qur’an di Masjid, jadi aku tutup warung lebih awal.
25 Agustus 2022
Alhamdulillah, pagi ini aku sudah bisa ke warung dengan mengendarai motor sendiri. Motorku sudah punya kunci baru. Meski Untuk itu aku harus merogoh kocek sebesar 60 ribu rupiah. Ya, tak apalah, itu sudah terhitung murah bila dibanding aku harus memanggil tukang kunci.
Mas Adi menyusul ke warung pada jam 10. Di rumah memang sedang tidak ada siapa-siapa. Alna sedang mengajar dan Lala sudah balik ke Pondok kemarin.
Kami berdua di warung menikmati hiruk-pikuk lalu-lalang kendaraan di depan warung. Belum ada seorang pun pembeli yang datang. Aku melirik angka di sudut kiri atas gadget yang sedang kupakai menulis, di situ tertera angka 10:52.
Mas Adi sudah terlelap di dipan yang memang sengaja aku siapkan buat istirahat di ruang belakang warung.
Hànya bertahan sekitar 2 jam, mas Adi sudàh tidak betah di warung. Kebetulan bu Laksmi memesan beras 2 zak @ 5 kiloan, jadi dengan alasan mau ngantar beras, suamiku itu sudah meninggalkan warung.
Pada pk 14.30, datanglah pembeli kami yang pertama hari ini. Bapak dan ibu Edi Susanto. Mereka membeli kacang atom 1/2 kg. Ma shaa Allah, senangnya dapat buyer.
Kalau aku pikir-pikir, volume rasa senang itu tidak bisa dilihat dari besarnya transaksi yang terjadi. Tapi rasa senang hadir ketika transaksi itu terjadi. Aku berhasil mendapatkan fee 5 juta sebagai mediator kontrakan, kadar rasa senangnya sama seperti ketika ada konsumen membeli cemilan 1/2 kg diwarungku yang baru buka ini. Dan juga ketika aku berhasil mendapatkan fee 20 juta sebagai broker tanah, seingatku rasa senangku waktu itu tidaklah lebih besar daripada ketika mendapat pelanggan yang loyal membeli beberapa macam cemilan dengan nilai transaksi tidak sampai seratus ribu. Begitulah… rasa senang tidak bisa diukur oleh besarnya nominal uang yang didapatkan.
Hari ini beras terjual 5 zak. Sedang Cemilan sampai pkl 18:48, hanya berhasil laku 20 ribu saja. Alhamdulillah. Apa pun adanya aku selalu bersyukur.
Rencana Aku masih di warung sampai pkl 19.10, sebab pkl 19.30, aku akan mengikuti kajian al Hadist di Pundungrejo yang jaraknya hanya sekitar 1 km dari warung ini. Jadi aku tak perlu pulang. Meski baju yang kupakai dari sejak pagi belum ganti, aku masih merasa nyaman. Cukup dengan sikat gigi dan cuci muka lalu dandan minimalis.
26 Agustus 2022
Senang banget, hari masih pagi, aku sudah kedatangan pelanggang sepasang muda mudi. Mereka berdua bingung mau pilih apa. Melihat yang mudi menghitung uang recehan ditangannya. Aku bisa menebak, uang mereka sangat terbatas. Benar juga setelah selesai belanja, dia meletakkan uangnya di atas meja kasir dan berkata, “tolong dihitung bu”. Entah mengapa, pikiranku mengatakan, uangnya kurang. Maka aku sengaja tak menghitungnya di depan mereka. “Anggap saja cukup,” kataku tersenyum, mereka pun tersenyum penuh arti.
Ketika mereka sudah pergi, aku menghitung setumpuk recehan yang diberikan tadi. Semuanya ada 28 ribu. Berarti kurang 2 ribu. Gak papalah, bathinku. Aku tidak rugi kok hanya keuntungannya saja yang sedikit berkurang.
Tetangga kiri-kanan yang juga membuka kios sudah mulai datang berbelanja kebutuhan mereka sehari-hari, seperti minyak dan minuman instan.
Alhamdulillah sampai pkl 19.40, uang yang masuk sudah 151 ribu. Lumayanlah buat warung pemula.
Tadi siang Mas Adi datang menemaniku sampai selepas Maghrib. Kemudian do’i pulang dan aku masih di warung menunggu mas Fatkhur, teman lama kami, yang janji mau datang. Rencananya dia mau jualan dawet di depan warung kami.
Tapi rasanya badanku sudah mulai letih. Maka aku kemudian membatalkan janjian itu.
27 Agustus 2021.
Aku menyempatkan waktu untuk membersihkan dapur dan menyiapkan sarapan buat keluarga sebelum ke warung.
Hari ini Alna ada job, ngendors 3 perusahaan. Dia tidak sarapan di rumah. Anakku ini masih kuliah tetapi buat menambah uang jajan dia nyambi mengajar anak Sekolah Dasar yang belajar secara home schooling dan menjadi seorang influencer.
Aku tiba di kios sudah pkl sembilan lewat sepuluh menit. Oya, aku merasa istilah warung buat usaha cemilan ini lebih cocok disebut kios. Jadi mulai hari ini aku akan menamainya dengan Kios saja bukan Warung.
Setelah membuka kios. Kegiatan pertama yang aku lakukan adalah menyapu dan memeriksa bagian-bagian sudut kios, memeriksa kalau-kalau ada wadah cemilan yang digigitin tikus. Dan…aku menjumpai sebungkus kacang telur berada disela-sela toples cemilan. Itu pertanda ada tikus yang sedang berpesta tadi malam. Inna lillahi wainna ilaihi roji’un. Allahumma’jurni fimusibati wa Akhlifli khoiron minha. Segera kubersihkan bagian-bagian yang nampak disatroni binatang fasik itu.
Aku tidak lagi berharap-harap kedatangan pembeli seperti hari-hari kemarin. Aku mulai santai menunggui kios ini. Aku toh, bisa mengerjakan banyak hal. Mengaji, menulis dan browsing banyak informasi di internet.
Aku juga bisa melatih bahasa Inggrisku lewat aplikasi gratis yang ada di gadgetku.
Dengan menerapkan target seperti itu, aku bisa merasa lebih bebas dan nyaman.
Ada seorang pengemis tua yang mampir. Aku memberinya uang 1000 rupiah, tetapi dia menunjuk masker merah putih yang tergantung di rak. Aku bertanya, apa dia mau beli? Dia balik bertanya berapa harganya. “Lima ribu, “jawabku. Dia mengangguk. Lalu aku memberi apa yang diinginkannya itu. Dia menerima dan…dia melenggang pergi begitu saja tanpa membayar. Aku tersenyum, merasa lucu melihat tingkah pengemis itu. Kuniatkan saja sebagai sedekah.
Pembeli pertama hari ini adalah tetangga kami sendiri yang buka kios buah-buahan. Total belanjanya 20.500, tetapi seperti biasa, aku bulatkan jadi 20 ribu saja.
Sampai jam di gadgetku menunjukkan angka14:26, belum lagi ada pembeli yang datang.Pkl.16.20, pembeli kedua datang, juga tetangga sebelah, belanjanya 21.500.
Dalam kesendirian aku berpikir, aku berada di kios ini selama hampir 10 jam, sebenarnya apa yang aku perjuangkan?
Ini semua adalah usaha kami untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Agar kami bisa mandiri tidak merepotkan anak-anak. Bukankah ini hanya memperjuangkan sesuatu yang sangat remeh? Aku membandingkan satu amalan, yang jika dikerjakan akan dijamin terlepas dari siksa kubur, apa itu? Rosulullah bersabda, “Barangsiapa yang membaca Surat Al-Mulk pagi dan Sore, maka dia akan terbebas dari siksa kubur.” Ma shaa Allah, amalan yang sedemikian ringan toh aku masih saja sering melalaikannya? Padahal, aku sadar-sesadarnya liang kuburku semakin mendekat. Astaghfirullah.
Maka aku tidak lagi risau ketika pembeli tak kunjung datang. Aku malah akan sangat risau sebab sampai pkl 16.38, aku belum juga membaca Surat keramat itu.
Break. Mengaji dulu.
28 Agustus 2022
Warung tutup hari ini tapi pembelanjaan tetap ada.
Hari ini aku mengundang saudara seiman kami dari Condong Catur untuk makan bubur Manado di rumah kami. Kegiatan mengundang makan ini aku anggap sebagai ajang silaturrohim dengan teman atau tetangga yang lama tidak berjumpa.
Suguhannya tentu saja bukan hanya bubur Manado saja. Teman pendamping seperti sambel, ikan kering, kue-kue dan buah-buahan kudu dipersiapkan juga. Tidak lupa minuman special. Seperti biasa aku membuat minuman air sereh + secang. Ini minuman andalanku bila menjamu tamu di rumah. Buat ole-ole pulang aku menyiapkan peyek kacang bulat yang aku beli di kios kami sendiri.
Agar kelihatan berkelas, peyek aku wadahin ke dalam standing pouch. Disarungi kantong plastik berlogo punya Ditekids pemberian Bella. Cukup pantas buat dijadikan buah tangan. Aku akan membagikan satu pouch ke setiap tamuku yang datang hari ini.
Alhamdulillah yang datang pada jam 9.30 ada 7 orang dan 2 orang di siang harinya. Pas banget memenuhi ruang tamu kami yang tidak begitu luas.
Alhamdulillah acara selesai dengan aman, selamat, lancar dan barokah.
Break ngaji dulu..
29 Agustus 2022
Aku sedang kedatangan mbak Hentri di kios ketika Aris, Rini dan Alia datang. Aris adalah anak ketigaku. Mereka tinggal di Prambanan. Datang ke kios semata-mata hanya belanja cemilan. Rini, istrinya langsung memilih aneka cemilan yang akan diperuntukkan buat pengajian di rumah mereka.
Belanja Rini 61.500. Tak lama setelah Aris sekeluarga pulang, bu Qodir pemilik kios datang berbelanja. Meski belanjanya hanya 10 ribu, aku sangat senang dibuatnya. Beliau sangat rajin belanja dikiosku.
Karena hari ini adalah hari Kajian al-Qur’an di Masjid, maka, aku pulang lebih awal. Ditambah lagi aku sedang berpuasa maka tepatlah kalau aku tak perlu berlama-lama di sini.
30 Agustus 2022
Rasa bosanku mulai mengintip ketika sedang menunggu pembeli yang tak kunjung jua datang.
Tadi pagi ketika Hisyam, Bella dan Dhira datang ada pembeli yang membeli slondok 50 ribu dan Subhanaallah pembeli kedua datang 6 jam kemudian. Bisa dimaklumi
Pembeli yang kedua adalah juragan material yang ada di depan kiosku. Aku sangat faham, beliau sangat jeli dalam hal jual-beli. Dan hal yang membuat aku agak shock, ketika dia mengabarkan bahwa semalam, beliaunya baru saja membeli onde2 wijen di warung sebelah utara seharga 32 ribu/kg, padahal di sini aku menjualnya 43 k/ kg. Aku berusaha untuk tidak percaya begitu saja, tetapi tidak bisa dipungkiri aku mulai bimbang dengan harga-harga yang kupakai untuk dagangan kami ini.
Aku melihat kembali harga kulakku. Kalau aku ikut2an menjual dengan harga 32 ribu, maka aku tidak untung. Jadi untuk sementara aku tidak mengubah harga yang sudah kulabel.
Satu pelajaran berharga yang sebaiknya segera kupraktekkan, aku harus survey harga barang disekitar warungku.
31 Agustus 2022
Alhamdulillah, mas Adi yang menggantikan aku jaga warung. Aku di rumah saja.
Mas Adi bisa membuktikan kalau dia sebenarnya sangat bertanggungjawab dalam urusan nafkah, hanya selama ini masih bingung, mau usaha apa. Dengan kondisi kaki yang sudah tidak normal sepertinya usaha warung ini adalah pilihan usaha yang paling tepat.
Aku sungguh sangat bersyukur akan anugerah hidup yang diberikan Allah kepada kami. Aku merasa kehidupan kami sangat sempurna. Hal inilah yang membuatku sangat hati-hati dalam berperilaku. Aku selalu berusaha agar setiap ucapan, ringkah lakuku tidak melanggar aturan Allah-Rasul.
Aku sadar, langkah kami ke liang kubur sudah semakin dekat. Ada perasaan was-was, jangan-jangan bekal yang aku siapkan tidak memadai untuk hidup sesudah matiku.
Ketika mas Adi pulang dari warung, aku menyambutnya di depan pintu dengan senyum lebar dan bertanya penuh antusias.
“Asyik kan, jaga warung?”
Suamiku itu hanya tersenyum, penuh makna. Dan Aku bisa menebak apa arti senyumannya itu.
“Wah, lapar sekali, ” katanya sambil meletakkan sebungkus nasi di atas meja tamu. Isinya pasti nasi Padang. Bathinku.
“Ada tempe goreng?,” Tanyanya.
” Gak ada. Adanya tahu goreng,” jawabku.
” Ya, gak papa.”
Aku kemudian menyiapkan piring kosong dan sendok. Tidak lupa satu gelas besar air hangat.
Aku menikmati pemandangan mas Adi makan dengan lahap. Alhamdulillah…Aku sangat lega akhirnya, suamiku mendapatkan kembali tali kendali sebagai pencari nafkah.
Hari ini warung kami tutup buku.
Sangat mengejutkan, meski pengunjung kelihatannya sangat sedikit, tetapi uang yang masuk cukup banyak, yaitu: 1.658.000,- Pemasukan sebesar itu terhitung mulai tanggal 17 Agustus 2022 sampai tanggal 31 Agustus 2022. Ma shaa Allah. Sangat membesarkan hati. Meski dari omzet sebesar itu keuntungannya hanya sekitar 2,5% tetapi itu sudah membuat aku sangat happy.
1 September 2022
Hari ini aku bagi shift sama mas Adi. Aku kebagian shift siang. Subhanallah, betapa berat menahan rasa penuh harapan akan datangnya pelanggan di warung tetapi toh selama 2 jam lewat, tak satupun orang yang mampir. Ya Allah, ada rasa frustasi terbersit di pikiranku, melihat kenyataan pahit yang kualami. Kupandangi warungku dari sudut ke sudut. Cukup memikat. Penataan dan variasi cemilan yang tersedia cukup komplit. Apa papan nama dan spanduk yang dipasang toko kurang menarik? Atau apa? Kuperhatikan orang yang lalu-lalang. Tak ada satupun diantara mereka yang melirik warungku.
Kata banyak teman sesama pelaku usaha, hal yang kualami adalah sudah biasa bagi warung baru buka. Jadi harus sabar, kata mereka.
Mungkin tak banyak yang sadar, kata ” sabar” itu sangat berat dan melelahkan. Juga sangat membosankan. Duduk berjam-jam tanpa pembeli sama sekali. Celakanya, waktu yang seharuskan kugunakan untuk menulis, malah aku alihkan dengan memandangi kendaraan yang ramai lalu-lalang. Ada rasa sedih, menyesal yang menyelinap di hatiku. Betapa beratnya mencari nafkah dengan membuka warung cemilan seperti ini. Mungkin lebih baik kalau aku membuka usaha Shop online saja. Tetapi mau bilang apa lagi. Warung ini sudah di buka dan sudah menghabiskan dana sebesar dua puluh lima juta. Mau tidak mau aku harus memeras otak, bagaimana agar warung ini bisa jalan dan laris manis.
Mas Adi wa, kalau dia buka puasa sendiri dengan emiticon menangis, seketika itu ada kepedihan yang mengiris ulu hatiku.
Ada sesal yang menyapa, kenapa pekerjaan ini kami lakoni ketika usia kami tidak lagi muda. Seharusnya kami bersama-sama berbuka puasa. Melakukan aktifitas berdua. Bukankah waktu kami tidak banyak lagi, bukan?
Aku tak tau, apakah aku yang terdahulu pergi atau aku yang akan ditinggal lebih dulu.
Ah! Tidak sepantasnya aku mengeluhkan ini. Bukankah usaha ini telah kami syukuri sebagai anugerah dari Sang mahapengasih?
Kembali aku menyabarkan hatiku. Aku hanya berusaha, Allah lah yang akan menentukan hasilnya. “Jadi bersabarlah hai diri,” bujukku pada diri sendiri.
Alhamdulillah, akhirnya pelanggan pertamaku datang juga kala waktu menunjukkan pkl.18.34. tak lama setelah aku selesai sholat Maghrib.
Efek dari datangnya pelanggan amat positif membangkitkan gairahku. Aku jadi sangat bersemangat. Hatiku tiba-tiba jadi ceria. Apalagi pelangganku yang pertama itu adalah pelanggan yang sudah tiga kali mengunjungi warung kami ini selama ini. Gundah gulanaku hilang tak berbekas.Yes…lupakan rasa bosan itu.
2 Agustus 2022
Putri, teman Alna, sejak dua hari ini menginap di rumah. Hari ini, dia akan masuk asrama dan harus tiba di sana jam 10 pagi. Alnalah yang berbaik hati mengantarnya jam 8 pagi ini. Sedang motor yang digunakan mengantar adalah motor mas Adi. Artinya pagi ini aku kebagian shift pagi. Oke, bagiku tidak ada masalah.
Aku baru saja selesai menunaikan sholat Dhuha 4 rokaat, ketika ada 2 orang pelanggan masuk ke warung. Alhamdulillah, senangnya.
Aku merasa Kekikukan melayani pembeli yang kualami sudah mulai berkurang. Aku sudah agak rileks ketika melayani mereka.
Ada seorang wanita gemuk tersenyum lebar, masuk ke warung. Sepertinya aku mengenalnya. Tapi aku tak mau sok kenal. Seperti biasa, aku mempersilahkannya untuk memilih-milih. Tak lama kemudian seorang putri belia kira-kira sebelas atau dua belas tahun diikuti oleh seorang laki-laki yang sangat aku kenal turun dari sedan putih yang diparkir di depan kios. Ala…mak, ternyata perempuan itu adalah mbak Ani, istri mas Amry. Mereka datang memenuhi janji mereka untuk berkunjung ke warungku ini. Ma shaa Allah… Girang nian hati ini menyambut kedatangan mereka. Ditambah lagi, mereka memilih cemilan yang belum pernah dibeli orang sebelumnya. Menambah happy aku melayani mereka. Padahal belanja mereka hanya 36 ribu rupiah.
Alhamdulillah.
Belum lagi rasa happy ku hilang, tiba-tiba ada anak perempuan kecil berambut panjang masuk ke warung, disusul mbak Hentri juga sedang menggendong anak kecil. Mungkin ponakannya. Yaa, mereka adalah pelangganku yang cukup royal. Mereka menghabiskan uang 43 rb untuk ditukar dengan cemilan warna-warni.
Hari ini adalah hari Jum’at, hari yang penuh berkah dimana keberkahannya juga memenuhi warungku. Alhamdulillah.
Mas Adi, kirim pesan via wa, katanya do’i gak bisa datang ke warung karena belum berenergi. Aku tersenyum membaca chat-nya itu dan itu berarti aku mau tidak mau stay di warung sampai malam. Seorang diri. Bagiku oke-oke saja. Gak masalah.
Waktu sudah menunjukkan angka 16:23. Aku belum merasa lapar. Tadi pagi aku sempatkan sarapan di rumah jam 8, dan sekarang seharusnya perutku sudah kemasukan makanan berat. Tapi karena tidak ada makanan yang bisa disantap aku lalu memesan nasi plus tahu tempe rebus tambah lalapan dan sambel di kios tetangga yang menjual penyetan. Menu yang sangat sangat sederhana. Tapi bagiku hal itu bukanlah masalah. Aku sudah terbiasa makan ala kadarnya.
8 September 2022
Aku menghubungi seorang teman yang biasa menangani hal-hal mistik. Aku curiga ada yang tidak beres dengan warungku. Kejadian dua teman yang mengatakan warungku tutup padahal tidak tutup, sungguh merupakan hal yang aneh tapi nyata.
Teman yang aku tanyai tadi menjawab, “Biasanya kalau hal seperti itu terjadi, ada pocong yang berdiri di sana.”
Aku kaget mendengar jawaban yang diberikan. Ada rasa tidak percaya dan sedih merengkuh batinku. Bagaimana mungkin ada sosok pocong yang berani menyambangi warungku ini? Aku rajin membaca Al Quran dan sholat tepat waktu serta dzikir hampir tiada putus. Kalaupun putus itu karena aku sedang menulis. Apa benar jawabannya itu?
Aku dianjurkan untuk sholat Hajat serta membaca do’a pamungkas yang khusus dibaca untuk mengusir jin. Sedang media fisik yang dipakai adalah air yang sudah disuwuk doa Pamungkas tadi. Aku belum mengerjakannya, aku hanya membaca do’a pengusir jin itu sesudah Sholat Dhuhur.
Percaya atau tidak, Alhamdulillah penjualan meningkat 2 x lipat. Itu akibat “penghalangnya” yang sudah hilang, atau memang tidak ada penghalang? Yang jelas, aku yakin itu semua karena Allah memang sudah memberikan rezki sebesar itu kepada kami.
Hari ini penjualan meningkat tapi ada masalah tak terduga.
Mas Adi melakukan kesalahan fatal. Ketika menghitung belanjaan seorang pembeli. Seharusnya harganya 60 ribu, dihitung hanya 6 ribu. Nolnya hilang satu. Dan yang kedua, seharusnya harganya 66 ribu, dihitung 6 ribu 6 ratus. Total belanjanya sebesar 143 rb, dihitung 30 rb. Subhanallah…”Orang tak akan percaya kalau bapak pernah jadi pegawai Bank.” Kataku ketika aku dikabari kejadian itu, seakan tak percaya.
Wah, kacau ini. Mas Adi belum bisa “dilepas”, jaga warung kalau begitu kerjanya.
“Ya, syukur, ada yang laku.” Katanya membela diri.
“Mending tidak usah laku, daripada rugi.” Bantahku sedikit jengkel. Gimana sih pemikiran suamiku ini. Gemmes aku dibuatnya.
Karena “kesalahan” itu kami agak malas bercakap-cakap. Setelah do’i pulang, barulah aku sadar. Astaghfirullah masalah keliru seperti itu saja, membuat kami saling dongkol satu sama lain.
Ya Allah, ampuni aku, masalah kecil itu telah merusak ketaqdhimanku kepada suamiku. Padahal akibatnya aku akan menemui masalah besar yang kelak akan kujumpai ketika dihadapkan dengan perkara Akhirat yang lebih dahsyat? Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah
Ketika aku cerita hal ini ke Alna, Alna langsung memberi solusi. “Bapak harus didampingi, bu. Ditraining sampai trampil barulah bisa menjaga warung seorang diri.”
Ya. Sepertinya demikianlah seharusnya.
9 September 2022
Hari Jum’at penuh berkah.
Bacalah Sholawat Nabi sebanyak-banyaknya.
Mas Adi mengirim pesan lewat WhatsApp. Aris dapat musibah. Dia menabrak mobil ketika pulang dari kantor. Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Allahumma’jurni fimusibaati wa akhlifli khoiron minha. Reflex aku beristirja’ dan berdo’a. Setelah itu rasa khawatir menguasai diriku. Semoga anakku tidak apa-apa.
Segera aku tanyakan ke Rini, istrinya. Aris hanya mengalami lecet sedikit dikaki. Tetapi motornya ringsek agak parah dan butuh biaya perbaikan. Syukurlah. Menabrak mobil dan kakinya hanya lecet, itu sudah sangat disyukuri. Allah masih melindungi. Mengenai perbaikan motor, kami akan membantu biaya perbaikannya. Alhamdulillah, kami masih punya dana buat itu.
Warung masih sepi. Sampai sesiang ini (14:05) belum ada penjualan sesen pun. Aku hanya kedatangan seorang pengamen dan bapak tua yang meminta sumbangan. Pengamen aku beri 1000 perak dan peminta sumbangan aku beri 2000 perak.
Ketika lelaki tua itu menyodorkan map berisi daftar list penyumbang, aku melihat angka sumbangan dengan nominal cukup besar. Ada yang tertulis 115 rb, ada yang 50 rb dan sempat juga aku lihat angka 10 rb. Tapi aku tak percaya kalau itu asli. Apalagi ketika aku tanya, bapak tua itu menjawab dengan tidak jelas. Apakah sumbangan itu buat anak yatim atau buat masjid.
Menurut pengakuannya, dia dari Jawa Timur. Semakin aku curiga padanya. Jangan-jangan dia adalah orang tidak jujur berkedok peminta sumbangan. Aku bisa saja menolak memberinya, tetapi hari ini Hari Besar, aku tidak boleh menolak seseorang yang datang meminta jadi aku memberinya seikhlasku saja.
Hari agak mendung. Maka aku perlu menyalakan lampu agar ruangan dalam warung tidak terlihat suram.
Baru saja aku duduk dan kembali menulis, ada motor yang berhenti di depan warung.
Rupanya ibu yang kemarin belanja dengan hitungan super murah dari suamiku, datang kembali. Untuk klarifikasi belanjaan kemarin yang ternyata beliau sendiri merasa tidak wajar.
Setelah ditimbang dan dihitung kembali. Data 60 rb dihitung 6 ribu tidak sesuai. Demikian juga hitungan 66 rb dihitung ulang juga tak ketemu ditimbangan. Akhirnya kami timbang ulang dan hasilnya ibu itu hanya perlu membayar 94 rb. Kemarin sudah titip 30 rb. Jadi dengan menambah 64 rb. Urusan “jual super murah” selesai sudah. Alhamdulillah.
Pelanggan yang baik hati itu kembali membeli camilan seperempat kilo dan satu pack keripik kaca, jadilah itu penjualan perdana kami dihari ini. Pukul 14:45.
Setelah sepuluh menit, pelangganku itu pergi, hujan turun cukup deras. Kuteliti setiap sudut warung, kalau-kalau ada yang bocor. Kuucap Alhamdulillah sekali lagi. Warung kami bebas bocor.
Satu hal yang tak kumengerti adalah kenapa suara hujan senantiasa memberi kesan sendu dihatiku? Dalam kesendirian seperti ini, aku selalu teringat akan kematian. Kehidupan abadi sesudah kehidupan di dunia ini perlu disiapkan matang-matang.
Suara tetes air hujan yang jatuh menyenggol daun sirsak lalu jatuh membasahi tanah hingga berlubang seakan menceritakan suatu cerita pedih yang tak kumengerti.
Terdengar suara gelegar guntur membelah angkasa laiknya sedang mengirim kabar yang hanya Allah lah yang tau isinya.
Anehnya, aku menyukai suasana seperti ini. Seakan suara hujan itu memelukku dan aku tenggelam dalam kenikmatan tak berwujud. Sesungguhnya aku sedang berdialog dengan Qolbuku.
Mengembara dalam angan. Memikirkan anak-anakku. Tiba saatnya aku “dipanggil pulang”, ketika aku sudah berada di alam sana. Bagaimana nasib anak-anakku? Ooo aku sedang mengkhawatirkan buah hatiku.
Aku tak tega berbicara negatif tentang mereka, tetapi bila melihat mereka malas beribadah, aku sungguh amat nelangsa. Aku menilai usaha kami memberikan pondasi keimanan yang kuat dengan menempatkan mereka di pesantren, kurang menampakkan hasil yang menggembirakan. Meskipun secara finansial mereka cukup mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tetapi itu tidaklah membuatku jadi bangga. Karena aku tau, kelak kami, orangtuanya akan dimintai pertanggungjawaban di Akhirat nanti. Dan aku sangat takut menghadapinya. Begitu banyak kesalahan dan kekurangan yang kami telah lakukan. Aku jadi mengerti, kenapa seorang hamba harus memperbanyak istighfar. Yaaa inilah sebabnya. Kesalahan kami terlalu banyak. Kami sangat pantas memohon ampunan Allah akan sejuta dosa yang tercipta dari hari ke hari.
Aku malu kepada Allah, bila memintakan ketetapan keimanan, keselamatan buat mereka sementara mereka kurang mengindahkan perintah Allah. Meski demikian, aku terus saja memohonkan semua itu untuk anak-anakku, untuk anak mantuku dan untuk anak cucuku ila yaumil qiyamah. Terus dan terus tanpa lelah tanpa bosan. Pagi dan sore. Siang dan malam. Terus kumohonkan kepada Allah. Aku mengandalkan kemustajaban do’a seorang ibu untuk anak-anaknya. Aku yakin semua do’aku itu tiadalah sia-sia.
Aku sangat tidak ingin ada orang lain yang menggangguku.
Tiba- tiba aku merasa warung ini adalah tempat yang aku idam-idamkan selama ini. Tempat yang Allah hadiahkan untukku.
10 September 2022
Mas Narimo, nama teman yang biasa mengusir para jin pengganggu datang ke warung. Katanya ada 2 sosok gaib yang nongkrong di depan warung. Itulah yang “menutup” warung kami sehingga terlihat nampak tertutup. Aku sebenarnya tidak yakin 100% akan penjelasannya, tetapi demi menghargai usahanya mau mengunjungi warung kami ini, aku manggut-manggut saja. Apalagi saran yang diberikan yaitu kami harus rajin membaca Istighfar dan Sholawat Nabi serta membaca ayat Kursi dan 3 Surah Al -Ikhlas, Al- Falaq, An-nas sangat bagus dikerjakan, bukan syirik, yaa kami ikuti saja. Padahal sebenarnya alasan kenapa warung kami masih sepi itu karena posisi pintunya terlalu ke dalam. Sehingga tidak nampak dari jalan. Apalagi jalan raya di depan warung adalah jalur cepat. Bila tidak benar-benar berhenti di depan, jualan kami ini tidak akan kelihatan. Jadi sebaiknya area teras depan juga diisi rak atau meja display. Agar kelihatan ramai dan terlihat dari jarak jauh.
Ini nampak dari dalam warung. Pengendara motor nampak jauh di sana.
Hari semakin beranjak siang. Pukul 13:15 saat ini. Masih belum ada pembeli.
Aku baru teringat akan rak yang aku pesan 2 minggu lalu. Janjinya 4 hari an selesai tetapi sampai hari ini belum juga selesai, 2 hari yang lalu, aku chat ownernya, “kira-kira selesainya kapan?” Tak dijawab juga sampai hari ini. Maka aku chat ulang, “kalau tidak sanggup mengerjakan, saya batalkan saja”. Dengan cepat dia menjawab, “ya, gak papa, buk.” Bukannya minta maaf, jawabannya malah seperti itu. Aku tiba-tiba jadi marah. Buset banget orang itu. Bengkel las kecil seperti itu saja sudah belagu. Meremehkan pesanan rak yang hanya senilai 1,2 juta.
Alasan awal, katanya pegawainya ada yang sakit, tidak masuk. Kedua, pesanannya lagi antri banyak. Ke tiga, katanya aku belum membayar DP, keempat, katanya, aku tidak sabar menunggu. Ini dia utarakan ketika aku menegurnya agar melayani pembeli dengan lebih profesional. Uh! Malas rasanya berdebat seperti ini.
Hujan turun lagi. Aku meredam kemarahanku terhadap pemilik bengkel itu. Sudahlah…aku tak mau membuang energi hanya masalah rak. Aku akan memesan di tempat lain saja.
Sudah pukul 14:50. Karena ruangan agak gelap, aku menyalakan lampu. Belum ada pembeli yang mampir. Aku terus menulis sambil menikmati suara hujan yang menimpa atap galvalum di teras depan.
Aku kembali merenungi kehidupan ini.
Entah berapa lama lagi, Allah memberiku waktu untuk hidup. Kucoba mengingat-ingat, adakah utangku yang belum terbayar? Derasnya hujan yang mengguyur membuat aku sudah tidak mengharap lagi ada pembeli yang datang. Aku hanya menghabiskan waktu dengan menulis di warung. Suasananya sungguh mendukung. Tidak ada gangguan. Irama suara hujan terdengar syahdu ditelingaku. Aku suka.
Aku merasa sedikit lapar. Tapi aku tidak punya makanan untuk dimakan. Aneka cemilan yang ada di warung sudah tidak menggiurkan lagi. Oya, tadi aku sempat membawa nasi putih dari rumah. Tapi lauknya tidak ada. Aku masih belum terbiasa makan nasi tanpa lauk, jadi aku menahan rasa lapar sambil menunggu warung penyetan sebelah buka.
Kupandangi cemilan yang ada disekelilingku. Sekilas aku mulai merasa bosan, tapi aku mengacuhkan perasaan itu. Itu tak boleh diteruskan. Tak boleh bosan, tak boleh capek, tak boleh mengeluh. Jalani saja. Mas Adi yang punya ide jualan Cemilan ini. Sedang aku sangat ingin punya warung sayuran segar. Tetapi mas Adi, anak-anak dan anak mantu lebih mendukung kalau kami buka kios cemilan. Alasannya, kami sudah terlalu tua untuk bangun jam dua malam dan kulakan ke pasar. Dan lagi resiko merugi jualan sayuran segar sangatlah besar. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuatku mundur. Aku khawatir karena kecapekan mengurus warung, aku tidak sempat lagi berlama-lama di Mushola. Kemungkinan aku tidak akan sempat lagi sholat Tasbih setiap hari. Alasan itulah yang membuatku akhirnya setuju untuk menghapus keinginanku untuk jualan sayuran segar.
Kami membuka usaha kecil seperti ini, semata-mata agar kami bisa mandiri memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak lagi mengandalkan pemberian anak-anak, bukàn untuk mengejar kekayaan. Cukup usaha Property kami sudah dijalankan Bagus, anak kedua kami di Lampung.
Benar juga. Dengan punya usaha, kami senantiasa punya uang dan bersikap lebih hemat. Hidup terasa lebih hidup. Dibanding ketika kami hanya mengandalkan kiriman anak-anak. Biasanya setelah mengerjakan pekerjaan rumah, sehari-hari kerjaku hanya pegang hp dan tidur 3-4 kali sehari. Sama sekali tidak bermutu. Demikian juga mas Adi. Kegiatannya tidak jauh berbeda denganku. Alhamdulillah, Allah masih memberi waktu kepada kami untuk punya usaha sendiri. Aku sangat menikmatinya.
Hujan sudah berhenti sejak tadi. Jalanan semakin ramai. Tapi tetap saja, tak satu pun dari mereka yang mampir ke warung. Waktu sudah menunjukkan pukul 16:53.
Perutku sudah mulai tak sabar minta diisi. Aku kembali menulis. Apakah hari ini penjualan nihil? Terngiang satu nasehat motivasi. Cukup engkau berusaha, biarkan Allah yang memberikan hasilnya. Oke, kalau begitu. Kami telah berusaha semampu kami, jika belum berhasil sale, artinya Allah belum berkehendak sale hari ini. Sesimple itu.
Tapi aku tak rela no sale today, maka aku membeli 1 ball kerupuk karak. Mas Adi memesan 2 ons kedelai goreng. Buat dibawa ke Teras Merapi, in shaa Allah , besok kami rencana akan piknik ke sana bersama Majlis Taklim.
11 September 2022
Piknic ke Teras Merapi.
Warung tutup hari ini. Refreshing sejenak, melepas rasa jenuh sambil menikmati alam bebas ciptaan Allah.
12 September 2022
Hari ini aku meletakkan meja display di teras warung. Di atasnya aku susun berderet 4 toples besar berisi camilan. Semoga dapat menarik perhatian orang yang lewat dan kemudian singgah untuk membeli.

Aku sedang dzikiran selepas sholat Dhuhur, ketika Pak Purba datang. Laki-laki tua yang sangat rajin itu adalah pembeliku yang pertama. Beliaunya hanya suka beli onde-onde goreng berselimut wijen.
Sambil menimbang pesanannya, aku memuji deponya yang ramai pembeli.
“Ternyata yang butuh bambu banyak juga ya, pak? Tanyaku simpati.
“Iya bu. Hari ini, saya sudah mengantar lebih dari 100 batang”. Jawabnya senang.
“Wah lumayan banget ya, pak?”
“Iya bu. Segitu itu, untungnya lebih dari 700 rb”.
Aku sedikit takjub mendengar besarnya laba yang diperoleh.
Trus tanpa kuminta, Pak Purba bercerita, bahwa, penghasilannya dari jualan bambu, rata-rata 7-8 juta sebulan. Belum dari pasir dan jual batako.
Sungguh mahaadil, Allah membagi rezeki kepada hamba-Nya.
Melihat kerjaan yang dilakukan pak Purba sangat pantas kalau dia mendapatkan hasil sebesar itu. Seimbang dengan tenaga yang sudah dikeluarkan.
Adzan Azhar sudah berkumandang dari jauh. Aku segera menghentikan aktifitas menulis, aku segera berwudhu dan sholat Azhar di awal waktu.
Aku sedang membaca Surah Ar Rohman, ketika ada dua motor berhenti di depan warung. Mereka adalah pembeliku yang ke dua. Alhamdulillah, apa yang dicari ada di warung.
Tadi pagi ada sedikit “insiden”, kunci warung ketelingsut. Mas Adi yang shift pagi, sedikit geram mencari kunci warung dan tidak ketemu. Akhirnya aku menyusul ke warung membawa kunci serep. Dan bisa ditebak kehadiranku di warung menjadi alasan bagi mas Adi untuk pulang lebih cepat dari biasanya. Alasannya mau beli jok motornya yang sudah sobek. Aku yang jadwalnya shift siang menggantikannya jaga pagi sampai sore. Aku akan pulang lebih awal, hari ini.
Aku perhatikan, kehadiran meja display di depan warung, sedikit banyak sudah mengundang yang lewat mau menoleh. Ini merupakan kemajuan. Semoga pelanggan akan mulai berdatangan melarisi warung kami.
12 September 2022
Hari ini aku akan kulakan aneka kerupuk sekaligus menambah ragam camilan yang sudah ada di Klaten. Bella sudah berjanji akan mengantarku.
Setelah mengantar sekolah Dehan dan Dira, kami langsung otw ke Klaten.
Kalau waktunya cukup, aku mau mampir di Pondok Pesantren, tempat Lala mondok. Dia mengabariku kalau kacamatanya patah akibat kena pukulan temannya. Aku tak menanyakan lebih lanjut, apakah sengaja atau tidak, temannya memukulnya, atau apakah temannya itu mau mengganti rugi. Biarlah…kami akan menggantinya sendiri.
Alhamdulillah kami ketemu home industri kerupuk yang kami inginkan. Ma shaa Allah, ternyata harga kerupuk sangat murah. Satu kilo hanya dihargai di sekitaran 21 ribu sampai 23 rb saja. Kami hanya membeli 17 kilo dengan 8 varian, tetapi semuanya sudah memenuhi back seat dan bagasi mobil.
Lanjut kami ke Pasar Wedi. Tiba di sana kami tidak menjumpai orang berjualan cemilan seperti yang diinfokan beberapa orang teman. Alhamdulillah kami dapat nomer telpon gudang Aneka Cemilan dari penjual cemilan di dalam pasar. Dengan senang hati dia memberi kami contact person, dimana dia kulakan. Ma shaa Allah, Allah sungguh menolong kami dengan mempertemukan kami dengan orang yang baik hati ini.
Dengan nomor hand phone di tàngan sangat memudahkan dan menghemat waktu kami.
Tiba di gudang yang ditunjuk, di sana sudah sangat ramai pelanggan yang berbelanja. Belanjanya dengan memakai mobil box. Dari sinilah kami menemukan harga yang lebih murah dibanding tempat kami kulakan di awal.
Kami membeli 21 ball cemilan dengan total harga 1.4 juta. Semuanya dijejal-jejalkan di bagasi dan ditempat duduk bagian tengah.
Kembali ke Jogja. Tidak ada waktu untuk mengunjungi Lala, Dehan dan Dira harus segera dijemput.
Saat menjemput Dehan, cucuku itu sudah berada di bawah terik matahari sambil menggambar di tanah, seorang diri di dekat tempat parkir. Subhanallah, aku trenyuh melihatnya. Apalagi mamanya, Bella dengan tergesa menjemput putra sulungnya itu dan menggendongnya masuk ke dalam mobil yang penuh cemilan. Sambil terus mengingatkan, kalau menunggu jangan panas-panasan seperti itu. Aku sangat memahami, apa yang yang dirasakan mantuku, saat ini.
Hari ini penjualan meningkat. Ini berkat Bella membantu promosi di grup online Karangmojo
13 September 2022
Bella kembali mendapat pesanan kerupuk dari temannya. Dan ternyata itulah orderan cemilan pertama dan terakhir hari ini. Padahal mas Adi menjaga warung dari 8.00-14:10. Sedang aku berada di warung dari 14:10-19:25. Subhanallah.
Aku bisa memahami betapa tak betahnya siapa saja yang menjaga warung ini.
Penjualan kembali sepi.
Tapi aku tak putus semangat. Warung ini sudah kujadikan tempat aku menulis. Jadi bisa jadi ketika aku sedang high mood dalam menulis, kedatangan pembeli justru menggangguku.
Hari ini adalah jadwal taklim di masjid, aku akan berangkat dari warung saja, sebab jarak ke masjid sangat dekat.
Aku tak perlu pulang ke rumah untuk ganti baju kecuali kalau mau datang terlambat.
14 September 2022
Kami memanggil tukang kayu untuk membuat rak, menambah atap tritisan dan membuat standing baliho.aku memperkirakan pengerjaannya 2 hari.
Bella datang beserta Dehan dan Dhira. Aku senang, mereka datang. Paling tidak sedikit banyak dapat memberiku semangat dan tidak lesu.
Meski mereka hanya jajan 15 ribu, bagiku sangat membahagiakan. Apalagi ditingkahi celoteh mereka yang ramai dan jenaka.
Aku sedang asyik menulis ketika ada motor matic berwarna merah berhenti di depan warung. Seorang anak muda tlingak-tlinguk antara warung penyetan dengan warungku. Karena penasaran aku menghampirinya dan menanyakan, sedang cari apa?
“Katanya di sini ada yang jual sayuran,” jawabnya acuh.
Oow yang jualan sayuran mateng sebelah sana, tunjukku ke arah Selatan.
Ooo, hanya itu jawabnya dan dia pergi begitu saja tanpa menoleh. Alih-alih mengucapkan terimakasih.
Subhanallah, gambaran anak muda jaman now, kurang bisa bersikap sopan. Tak tau tata krama.a
Waktu sudah meluncur diangka 14:48. Aku belum mendapatkan pembeli lagi.
Untuk pertama kalinya, ada sales cemilan menawarkan dagangannya. Ini pertanda spanduk dan papan nama warungku sudah bekerja. Kedatangan sales itu, membawa manfaat bagiku, sebab aku jadi tau kalau belanjaanku kemarin ada yang ketukar namanya. Yang Kemplang aku namai Tengiri dan yang Tengiri aku namai Kemplang. Ini cukup fatal karena harga diantara keduanya berbeda jauh. Kalau sales itu tidak datang aku menjual tengiri dengan sangat murah dan aku menjual kemplang dengan sangat mahal.
Pembuatan rak sudah selesai dengan hanya menghabiskan material 252 ribu. Ditambah Ongkos tukang 130 ribu rupah. Tinggal dipermanis dengan balutan karpet plastik. Harganya sekitar 70 rb. Bisa dihitung totalnya tidak sampai 500 rb.
Mungkin salah satu hikmah tukang bengkel las tidak mengerjakan pesananku. Ternyata rak kayu jauh lebih bagus dan murah. Alhamdulillah. Mungkin ini pula yang dimaksud rezeki itu.
Rezeki itu tidak harus berwujud uang semata. Membeli barang dengan harga murah, kualitas bagus juga termasuk bentuk dari rezeki. Dalam hal ini aku sudah berhemat sekitar enam ratus ribu rupiah lebih. Alhamdulillah.
Aku agak lemes hari ini. Mungkin karena tidak ada pembeli selain Bella dari pagi sampai sesore ini (17:02). Atau mungkin karena aku sedang berpuasa. Mungkin pula karena alasan kedua-duanya.
Aku jadi agak malas untuk menulis. Sehingga dalam beberapa jam ini aku hanya mampu menulis empat halaman.
Oya, aku mendapat undangan Reuni dari teman-teman kuliah dulu. Reuni akan diselenggarakan di kota Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebenarnya undangan itu adalah undangan yang tertunda hampir 2 tahun yang lalu. Namun ketika rencana itu dicetuskan, Pandemi Corona baru saja masuk ke Indonesia yakni dibulan Maret 2020.
Aku sangat tertarik untuk mengikuti, melihat sebahagian besar sahabatku akan ikut dalam reuni tersebut. Tetapi masalahnya saat ini, Alna sedang memerlukan laptop dan sepeda motor untuk menunjang kegiatan kuliahnya.
Kalau aku ikut reuni, pastilah akan menguras dana cukup besar. Meski selama 4 hari di Lombok, semua akomodasinya ditanggung oleh teman kami yang sudah jadi sultan. Tetap saja biaya tranportasi cukup memberatkan aku saat ini.
sebab biaya transportasi ditanggung masing-masing peserta.
Kehadiran rak baru di depan warung, membuat warungku jadi lebih semarak. Meski isinya belum penuh.
Aku baru saja selesai sholat Maghrib ketika Alna datang. Katanya dia dari Kampus.
Subhanallah, sudah sesore ini dia baru pulang dari kampus?
Aku maklum kesibukannya itu. Sebagai Wakil Ketua Senat, dia amat sibuk menyambut para Mahasiswa baru.
Tak disangka, malam ini pembeli cukup ramai. Meskipun mereka adalah tetangga kami sendiri. Alhamdulillah banyak ragam cemilan yang terbeli. Alna juga ikut meramaikan dengan membeli 5 macam snack yang dia sukai.
Malam ini kami menutup warung menjelang pukul 8. Sebelum pulang, aku mampir membeli nasi goreng, pesanan mas Adi.
16 September 2022
Hari ini aku dan Alna menjenguk Rini. Beberapa hari yang lalu, mantuku yang sangat pengertian itu mendapat musibah. Dia ditabrak ojek online tidak lama setelah menyeberang jalan. Ironisnya, Aris, suaminya yang diseberang jalan tidak melihat kalau istrinya ketabrak motor dan dikerumuni banyak orang. Yang lebih mengkhawatirkan adalah dia itu sedang hamil 5 bulan Ya Allah, semoga mantuku baik-baik saja.
19 September 2022
Penjualan hari ini sangat menggembirakan
20 September 2022.
Sampai pukul 15:03, tak satu pun orang yang datang. Baik pembeli, ataupun teman yang biasa berkunjung. Aku seorang diri di warung. Alhamdulillah mood menulisku sedang bagus-bagusnya. Jadi kesendirian ini sungguh sangat menyenangkan.
Aku sedang asyik mengetik, ketika ada motor berhenti di depan warung.
” Assalamualaikum”, seru pengendara motor itu dengan suara lantang.
Àha. Bu Junjung datang. Aku senang, ibu ini datang. Suasana pasti akan meriah kalau beliau datang. Inilah pembeli pertamaku hari ini. Pkl 17:10. Alhamdulillah. Dari info ibu Junjunglah, aku mengetahui harga-harga diwarungku termasuk tinggi. Perlu ada perubahan harga nih.
21 September 2022
Warung mulai ramai dikunjungi pembeli. Mas Adi yang menjaga pagi sudah melayani pembeli .
Aku agak malas-malasan hari ini. Kurang bersemangat. Tapi aku paksakan untuk tetap menulis.
Aku sudah positif akan mengikuti acara reuni Fakultas Sastra Unhas di Lombok. Bagus anak keduaku sudah mengirimkan uang tiket PP. Semoga semuanya bisa berjalan aman, selamat dan lancar penuh berkah.
Aku berencana reunian juga dengan Nani, sahabatku ketika di SMA YP PGRI dulu. Dia saat ini tinggal di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dari Dompu perjalanan 10 jam ke Lombok. In shaa Allah kami ketemuan tanggal 3 Oktober di Lombok.
Masrur teman kuliah yang ngebosi acara reuni tersebut, sudah mengizinkan aku nginap free di hotelnya sehari lagi. Sebab jadwal reunian dari 28 September- 2 Oktober.
21 September 2022.
Kunciku hilang lagi. Karena hari ini adalah jadwal ngaji, maka aku paksakan diriku berjalan kaki ke Masjid. Bukankah setiap langkah akan mendapat pahala dan 1 langkah lainnya menghapus dosa? Dengan motivasi itulah aku semangat berjalan kaki ke Masjid. Setibanya di Masjid bajuku sudah basah oleh keringat. Pulangnya aku diboncengkan Bella dengan motor.
22 September 2022
Aku berada di warung sebelum jam 8, aku nunut Alna yang akan berangkat ke kampus. Bagitu tiba di kios, aku segera membuka folding gate, dan mematikan lampu. Lampu di dalam memang sengaja tidak dimatikan, untuk menghindari tikus berpesta pora.
Aku kembali mencari kunci motor yang ketelinsut. Dan Alhamdulillah ketemu. Ketemunya di tempat yang sama sekali tidak wajar. Yaitu di dalam kantong kertas yang ada di dalam lemari. Seingatku aku tak mungkinlah meletakkannya di sana. Dan setelah kuteliti ternyata kunci itu adalah kunciku yang tempo hari hilang. Aneh. Sedang kunci baru yang kemarin hilang, belum ketemu. Ini benar-benar mengherankan.
Seharian ini aku asyik menulis tentang rencana Reuni Fakultas Sastra.
Pembeli baru sudah mulai berdatangan. Semoga warung kami tambah ramai pembeli.
23 September 2022
Aku ke Puskesmas untuk mengambil surat rujukan. Ketika hendak pulang aku mengambil kunci di dalam tasku dan anehnya kunci yang kemarin hilang ada di sana, di dalam tasku. Ha? Aneh…Aku penasaran dengan perihal kunci ini.
Lalu aku ke RSCC. lama tidak ke sana, mungkin aku ke sana tiga bulan yang lalu dan sekarang RSCC sedang di renov. Terpaksa aku bertanya -tanya letak tempat pendaftaran dan ruang lainnya.
Aku memilih akan periksa nanti sore . Aku pulang untuk makan dan sholat. Aku tidak ke warung.
Sesampainya di rumah, mas Adi menanyakan apakah kuncinya sudah ketemu? Kok kunci lama ada digantungan kunci? Subhanallah. Kok bisa sih? Tadi ketika aku ambil kunci di sana, aku tidak begitu perhatian apa itu kunci lama atau kunci baru sebab aku hanya menjumpai hanya ada satu kunci yang tergantung di sana. Aku baru sadar kalau itu kunci baru ketika aku hendak ke RSCC. Laa kunci lamanya mana? Aku tidak berpikir panjang lagi perihal kunci tersebut. Ya, sudahlah. Bagiku tidak masalah kunci baru atau kunci lama, yang penting motorku bisa jalan. Sudah. Selesai. Tapi ketika mas Adi menyampaikan kalau kunci lama ada di gantungan kunci, aku jadi bertanya-tanya ulang. Ini ada àpa sih dengan kunci motorku ini. Hilang ketemu hilang ketemu, silih berganti Dan sekarang dua-duanya sudah ketemu. Aneh. Benar-benar aneh.
Hujan turun cukup deras. Mas Adi sedang berada di warung. Sekarang pkl. 15:05. Semoga hujannya berhenti ketika aku akan ke RSCC.
Alhamdulillah, Allah mendengar do’aku. Ketika aku ke RSCC, hujan sudah reda. Aku berangkat dari rumah ketika jam 16.10 menit. Hanya sekitar duapuluh menit kemudian aku sudah sampai di RSCC dan….dokternya belum datang. Karena RS sedang direnov dan area kursi tunggu tergeser. Akibatnya pasien yang antri berdiri disepanjang koridor Rumah Sakit.
Seorang kakek berjalan tertatih-tatih dengan bertongkatkan pàyung dan kemudian berhenti dan berdiri di depanku. Aku menanyakan apakah beliau sedang antri poli mata? “Bukan, Syaraf,” nomer berapa pak? “16” jawabnya terbata-bata. Betapa teganya aku jika membiàrkan kakek tua itu berdiri bertelekan payung sedang aku duduk di kursi dengan nyaman. Maka segera kupersilahkan kakek itu untuk menggantikan tempat dudukku. Dan aku mencari kursi yang agak jauh dari Poli mata tempatku akan kontrol dan mulai siaga memasang telinga, agar ketika namaku dipanggil tidak terlewatkan.
Sudah pukul 17:02, Antrian sudah berjalan. Tapi aku tak tau sdh nomer brp.
Ketika sedang antri di Farmasi, ketemu dengan mbak Titik, anaknya mbah Sastro, ketemu mbak Ning, yang suaminya meninggal kena covid-19.
ketemu bu Kus dan Ira, temannya Alna di SDTI, wah aku sebenarnya sudah tidak mengenalnya. Yang aku kenali adalah bu Kus. Dia nya tidak mengenalku, sebab aku tidak lagi berkaca mata dan memakai masker. Setelah aku membuka masker, barulah dia mengenalku.
Jam 18:35, aku masih antri obat.
Setelah ini aku, mau ke Pamela Swalayan, untuk memperbaiki kacamata Lala yang patah.
Optiknya sdh tutup. Tadi pagi aku ke situ, optiknya belum buka, sekarang sudah tutup. Subhanallah. Dengan kecewa aku mengarahkan motorku untuk pulang menembus kemacetan kendaraan di sepanjang jalan Gebang dan jalan Tajem.
24 September 2022
Akihrnya aku melakukan vaksin booster hari ini. Aku berdua dengan Alna. Pengadaannya di laksanakan di Sleman City Hall. Alhamdulillah berjalan dengan aman dan lancar.
Hanya satu yang membuatku agak terganggu. Hak sandalku lepas perlahan dan akhirnya hampir lepas semuanya. Ketika aku membungkuk untuk melihatnya tidak sengaja aku melihat gelang karet tergelatak di lantai. Aku mengambilnya dan kupakai untuk mengikat sandalku agar haknya tidak lepas kesemuanya. Tapi kekuatan karet itu tidak bertahan lama ketika selesai disuntik, karet itu akhirnya putus. Apa daya? Alna menyarankan untuk memakai plastik bekas bungkus fotokopian yang syukurnya masih kusimpan dan Alhamdulillah aku bisa berjalan pulang dengan sandal yang sudah hampir lepas haknya. Tentu saja dengan kaki sedikit terseret-seret.
Sandal itu baru kupakai tiga kali. Tapi kenapa lemnya sudah lepas? Mungkin sandal itu stock lama sehingga lemnya sudah tidak lengket lagi. Puih! Aku gemmes kalau sudah bicara tentang sandal atau sepatu. Beli yang murah ataupun mahal, seringkali dapat barang mudah rusak. Aku sampai kehilangan akal bagaimana dan dimana beli sandal atau sepatu yang awet.
“Beli yang sekalian mahal.”
Kami singgah mengambil magic com yang aku serviskan beberapa hari yang lalu. Kemudian. Singgah untuk mengisi kampung tengah. Setelah itu pergi ketukang sol sepatu, untuk jahit sepatu.
Aku ke kios menjelang Azhar.
Mbak Seha yang punya kios peyetan di samping kiosku hari ini syukuran buat kehamilannya. Saat ini dia sedang hamil 7 bulan. Kami sederet penghuni kios mendapat berkat nasi besek dan snack box. Mas Dorman, suaminya mengantar ketika aku baru saja selesai sholat Azhar. Yang sebenarnya aku baru saja akan ke warungnya. Laaa, sudah dianterin. Aku lalu ke sana untuk mendoakan dan mengucap terima kasih atas berkat yang diberikan. Rupanya keluarga mbak Seha datang dari Batang, Jawa Tengah khusus mengadakan acara syukuran ini. Sekaligus bapaknya yang juga seorang tukang akan memperbaiki/merapikan bagian belakang warung mereka yang berantakan.
Malamnya mas Firzi, datang. Seperti biasa dia menggunakan sepeda.
Bella dapat pesanan 1 ball potato keju dan 1 kg Bastik ( stick bakso goreng)
6 Oktober 2022
13 Oktober 2022
Waktu berlari sangat cepat. Aku tak sempat lagi berhitung berapa banyak waktuku habis terbuang sia-sia. Astaghfirullah. Sekarang sudah pertengahan bulan Oktober.
Beberapa waktu yang lalu, yaitu dari tanggal 28 September sampai 6 Oktober warungku tutup. Ini dikarenakan tak ada yang bisa menjaganya sementara aku pergi ke Lombok dalam rangka reuni dengan teman-teman Fakultas Sastra Unhas angkatan 83.
Bertepatan hari keberangkatanku, mas Adi ambruk dari motor tepat di depan warung sesaat akan memulai membuka warung. Akibatnya kakinya bengkak dan tak bisa berjalan tanpa alat bantu. Bersyukur tidak terlalu parah dan mas Adi masih mengizinkan aku untuk tetap pergi ke Lombok. Meski sebab musibah kecil itu warung terpaksa tak ada yang jaga untuk sementara waktu.
Begitulah…begitu aku pulang dan membuka warung. Bau apek menyebar kemana-mana. Tampak kotoran tikus berserakan di lantai. Aku membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk bersih-bersih sebelum aku sholat Dhuha 4 rokaat.
Alhamdulillah pesanan sudah masuk dan hari pertama buka setelah tutup selama kurang lebih seminggu, cemilan yang laku sebesar 149.200. Patut disyukuri.
Kalau dihitung dari sejak aku kulakan awal sampai hari ini (kurang lebih dua bulan) ada beberapa cemilan masih utuh masih segelan. Terutama jenis pangsit. Aku khawatir kerenyahannya sudah mulai menurun. Tiba-tiba aku mempunyai ide untuk obral discount. Maka mulailah aku share di status wa-ku. Aku menunggu reaksi konsumen. Dannn… tetap kurang menggembirakan. Discount 10 % rupanya tidak begitu menarik.
Keesokan harinya barulah pesanan ada yang masuk. Alhamdulillah.
Dari pesanan yang ada aku menawarkan ke teman-teman yang ada disekitar wilayah pesanan yang akan diantar. Butuh waktu sehari baru pesanan mulai berdatangan. Lumayan, bila di total semuanya ada 4,5kg dengan harga 250 ribu.
Kusadari waktu terus berjalan tanpa peduli aku sudah berbuat sesuatu yang manfaat atau tidak.
Adzan Maghrib telah berkumandang. Itu adzan yang kesekian ribu kali mampir di telingaku. Seperti kemarin dan kemarinnya lagi. Hari ini dan semoga aku masih mendengarnya esok hari.
Ratusan orang hilir mudik setiap hari di depan kiosku. Aku hanya mampu melihatnya dan tak bisa berkomentar apa pun. Semua sibuk dengan aktifitasnya sendiri-sendiri.
Tak nampak orang itu sedang bermasalah atau sedang bahagia. Tak dapat kutangkap, apakah mereka itu sedang memendam marah atau kesedihan. Yang aku dapat amati ketika salah satu dari mereka itu mampir ke kiosku. Dari situlah aku baru dapat menebak, orang itu sedang bermuram durja atau sedang dipeluk rasa senang.
Sekarang sudah pukul 19:29. Pemasukan kios belum mencapai 100 rb. Aku berharap hari ini, pemasukan bisa mencapai 200 rb. Semoga bisa tercapai.
Ada seorang ibu dari Brastagi wapri barusan. Dia menanyakan apakah aku mau pesan sayur-sayuran? Aku tak mengenalnya. Maka wajar kalau aku menanyakan siapa beliau itu. Dia mengatakan baru saja lihat statusku. Padahal aku tidak menulis status hari ini. Tak lama kemudian foto profilnya dihapus dan dia tidak menjawab ketika aku mengatakan kalau aku berada di Jogja. Tak mungkinlah aku memesan sayuran ke Brastagi. Aneh.
Aku terus saja menulis, sembari menunggu pembeli. Semoga ada yang mampir ke kios ini dan memborong camilan, seperti kemarin malam dimana sesaat aku akan tutup kios ada dua orang, ibu dan anak datang membeli aneka camilan dengan total belanja 45.500. Lumayan buat nambah semangat juang usaha.
Seharusnya aku mengerjakan tulisan tentang reuni di Lombok, tetapi aku merasa malas-malasan disebabkan banyak data yang yang tak sempat aku catat, sehingga aku harus berpikir agak keras untuk mengingat kembali kejadian yang terukir saat reuni 2 minggu yang lalu.
Aku melihat kios penyetan yang ada di kanan kiosku dan kios buah yang berada di bagian kiri kiosku keduanya dikunjungi banyak pelanggan. Aku berusaha untuk tidak iri, sebab aku faham, rezeki, Allah lah yang membagi. Sabar saja. Kalau memang sudah rejeki, pasti akan dapat juga.
Aku menyerah. Pukul 19:50, aku menutup kios.
16 Oktober 2022
Aku ke kios jam sebelas kurang 10 menit. Setelah mematikan lampu belakang, aku lalu buka folding gate seraya mematikan lampu yang ada di dalam dan di teras kios. Lalu aku mengeluarkan kerupuk dalam kemasan bal ke rak depan.
Dengan agak tergesa segera aku sholat Dhuha 4 rokaat. Waktunya sudah dipenghujung Dhuha. Setelah itu barulah aku menyapu dan merapikan ruang dalam dan… makan siang sekaligus sarapan. Aku sengaja tidak sarapan untuk mengosongkan perut sementara. Cara ini sangat baik untuk mengganti sel-sel yang sudah rusak. Sebab menurut pendapat ahli yang pernah kudengar, bila perut dibiarkan kosong di waktu pagi maka enzim yang ada dalam tubuh kita akan memakan sel-sel yang sudah rusak maupun yang sudah mati.
Alhamdulillah meski ada satu konsumen tidak jadi beli dikarenakan kerupuk yg dipilih sdh melempem, pada sore tadi ada 3 konsumen yang belanja lumayan banyak. Sehingga dengan 3 konsumen itu saja penjualan sudah mencapai 167 ribu.
Pembeli lainnya mulai berdatangan sehingga omzet hari ini mencapai 211 rb.
Hari yang ceria.
17 Oktober 2022
Bella menyampaikan ingin jualan Tek Wan lagi dan aku menawarkan agar dia menyewa teras kiosku ini. Aku belum bisa memastikan dia mau atau tidak. Terserah dialah. Gimana baiknya.
Dari pagi, mendung merangkul bumi disekitar kios. Tak ada tanda-tanda akan ada pembeli yang datang dan benar saja sampai waktu menunjukkan angka 18:20, tak ada satupun pelanggan yang berkunjung. Hari ini penjualan nihil, no sale. Tetapi meskipun demikian aku masih berfikir stabil. No sale bukan berarti no sedekah. Aku memilih cemilan yang masih segelan dan membukanya kemudian sebagian aku bawa ke masjid. Hari ini adalah jadwal kajian Al-Qur’an. Semoga membawa berkah.
18 Oktober 2022
Seperti kemarin, hari mendung sejak pagi sampai sore. Matahari bersembunyi di balik awan. Aku harus menyalakan lampu untuk menghadirkan rasa hangat dan terang dalam kios.
Aku tak berharap banyak ada pembeli yang datang. Aku memanfaatkan waktu dengan menulis dan nonton youtube dan tentu saja tadarus Al Qur’an.
Alhamdulillah seiring senja menjelang, satu persatu pelanggan berdatangan. Aku yang yang tidak terlalu berharap tentu saja sangat senang. Sehingga meski pemasukan tidak sampai 100 rb aku merasa sangat bersyukur dan…efek dari rasa syukur itu Allah kemudian mendatangkan pesanan lewat wa seorang teman yang mengorder camilan 1 paket seharga 47 ribu. Alhamdulillah.
19 Oktober 2022
Aku menyiapkan pesanan pelanggan berupa 1 paket cemilan yang terdiri dari 1 pack stick sukun, 1 pack sus bulat dan 1 pack criping pisang. Setelah itu aku lalu sholat Dhuha. Begitu aku selesai sholat, yang memesan datang untuk mengambil paketannya.
Aku tak sengaja bertanya apakah dia punya info butik batik yang bisa dipesani seragam buat mahasiswi? Tak dinyana, butik yang kucari ternyata berada tak jauh dari kiosku ini. Jaraknya hanya 2-3 km.
Aku pun langsung minta diantar ke sana untuk mencari batik pesanan seorang teman di Makassar.
Batik yang diinginkan adalah 16 tunik buat mahasiswi dan 4 hem buat mahasiswa. Alhamdulillah, hanya butuh waktu 1 jam an, kesepakatan sudah deal. Tak sia-sia aku menutup kios beberapa saat untuk mendapatkan barang dagangan yang sudah jelas lakunya. Meski laba yang kuperoleh tak banyak, tetap saja menghadirkan rasa syukur yang nikmat bagiku.
Sementara kiosku masih enggan dihampiri pelanggan sampai saat aku menutupnya, pukul 18:10. Hari ini selain pesanan paketan tadi pagi no sale for cemilan anymore.
21 Oktober 2022
Setelah mendung dua hari berturut-turut, hari ini matahari bersinar terang. Kehangatannya terasa menempel diwajahku ketika aku on the way ke kios.
Aku sudah ngeset hatiku agar tidak terlalu berharap ada pembeli yang datang namun tetap saja ada kesedihan ketika waktu menunjukkan angka 13:41dan belum jua ada pelanggan yang datang.
Aku mengalihkan perasaan melow itu dengan menulis. Syukurlah, dengan menulis aku kemudian pelan-pelan melupakan harapan akan datangnya pelanggan.
Waktu merayap tanpa terasa. Aku semakin menikmati kegiatan menuangkan ide dan angan lewat tuts keypad ini.
Suara kendaraan yang bising tidak mengganggu konsentrasiku.
Tau-tau aku mendengar suara guruh dari atas sana. Hari sudah semakin panas. Apakah akan turun hujan? Aku tak tau harus berharap apa. Apakah aku berharap jangan sampai turun hujan atau apakah aku berharap agar semoga hujan turun? Ah! Bagiku sama saja. Kalau hujan, tak masalah bagiku. Bila tak hujan pun juga tak apa-apa.
26 Oktober 2022
Sudah tiga hari aku tak menulis diary.
Aku seharian di Kios, dan pemasukan sama sekali tidak.mencapai target.
Untuk mengontrak kios, aku harus menyisihkan min 20 rb/hari. Bila pemasukan seratus ribu, itu bisa dipastikan aku bisa menabung 20 ribu. Tetapi bila kurang dari itu bisa dipastikan secara ekonomi aku mengalami kerugian. Namun demikian aku akan berusaha mengejar keuntungan secara spritual semisal membaca Al-Qur’an, wiridan dan menulis.
Aku merasa kios ini adalah tempatku yang paling ideal buatku. Andai saja kamar mandi yang disediakan pemilik kios representatif menurutku, aku mau nginap di kios ini. Sayang sekali hal itu tidak seperti yang aku inginkan, kamar mandinya jauh di bawah standarku.
Sudah beberapa hari ini pengunjung kiosku sangat menyedihkan. Aku menungguinya dari jam 11 siang sampai jam delapan malam, pelanggan yang datang hanya 1 atau dua orang saja.
Aku heran bercampur bingung, apa sebab pengunjung kiosku demikian sepi. Padahal melihat lokasinya yang ditepi jalan Raya yang ramai, ditambah papan nama yang cukup besar, seharusnya kiosku ini ramai pengunjung. Melihat varian cemilan yang tersedia cukup banyak dan harga bandrol yang kupasang termasuk murah. Tetapi kenapa pengunjung tak jua kunjung ramai?
Tidak jarang aku duduk selama berjam-jam di belakang meja kasir hanya memandangi kendaraan yang lalu lalang. Kalau mood menulisku sedang bagus, aku tidak terlalu berharap kedatangan pelanggan. Tetapi nyatanya mood menulis berbanding lurus dengan datangnya pembeli.
Diam-diam aku mulai merasa bosan dan pelan-pelan rasa malas mulai menggoda hatiku. Tetapi tidak! Seketika itu juga segera kutepis pengaruh Setan itu. Kios ini adalah sumber penghasilan kami saat ini. Aku tak boleh menyerah. Meski dalam situasi seperti ini aku merasa mencari nafkah itu amat berat adanya.
Biasanya sesampainya di rumah, aku agak sedikit jengkel melihat suami yang dengan tingkat kepasrahannya yang sangat tinggi, memilih untuk tinggal di rumah saja dengan menggunakan alasan kakinya yang sakit sehingga dia tidak bisa mencari nafkah. Aku tak tahu, apakah aku pantas bersedih atau pasrah menerima keadaan ini dengan merayu egoku untuk menerima keadaan suamiku yang demikian “lemah”? Entahlah…
Yang jelas aku seringkali merasakan keduanya, sedih dan pasrah. Perasaan yang kucoba untuk tidak nampak dipermukaan. Aku berusaha menjaga emosi suamiku yang semakin kekanak-kanakan. Salah sedikit dia bisa berteriak dengan emosi lalu kemudian ngambek. Inilah yang membuatku makin capek dibuatnya. Akibatnya aku semakin kehilangan gairah terhadapnya.
Saat kita down, ada saja cara lainnya yang membuat semakin down.
Tetangga kios bakso yang kutitipi kacang bawang datang membawa kresek putih
berisinya kacang bawang yang aku titipkan beberapa hari yang lalu. Dia kembalikan sebab, katanya kacang bawang itu sudah berbau tengik. Itu hanya penolakan kecil tetapi efeknya cukup mengguncang hatiku. Aku langsung kehilangan selera makan dibuatnya.
Waktu sudah menunjukkan angka 17:29. Tak satupun pembeli datang ke kiosku ini. Tinggal beberapa menit lagi waktu Adzan Maghrib akan bergema.
Seperti biasa setelah Sholat Maghrib, aku biasanya lalu memgang gadget. Saat aku membaca pesan WA yang masuk. Di sana tertera pesan suami dan anakku. Mereka berdua memesan beberapa item barang yang ada di kios.
Baiklah, pembeli tidak harus orang lain. Suami dan anak juga adalah pelanggan meski yang bayar aku juga.
Aku lalu menyiapkan pesanan mereka dengan hati senang dan kemudian mencatatnya dibuku penjualan. Setelah itu, aku sholat Isyak dan membaca Al-Qur’an sampai pukul 19:30.
Pembeli tak kunjung datang seorang pun. Kios kututup dengan senyum. Menutup kios sendiri dengan cepat dan lancar adalah sesuatu yang perlu disyukuri. Kenapa? Sebab itu artinya aku dalam keadaan sehat jadi kenapa harus bersusah hati hanya karena tidak ada pelanggan yang datang?
Akupun pulang ke rumah dengan berusaha merasa bahagia. Dan rupanya usahaku itu berhasil adanya. Buktinya, ketika masuk rumah, rasa bahagia itu benar-benar membalut hatiku, melihat senyum lebar anak dan suamiku yang menyambut kedatanganku.
3 November 2022
Aku duduk di belakang meja kasir sambil menulis. Dua puluh menit lalu hujan turun cukup deras. Rumput ilalang yang tumbuh di halaman belakang kios masih nampak basah.
Sekarang sudah jam 16:02. Aku belum kedatangan seorang pembeli pun. Dari pagi sampai saat ini, kerjaku hanya mengedit tulisan saja. Sesekali aku membalas wa yang masuk.
Mas Adi mengingatkan untuk membelikan lem kertas buat Dehan dan membawa mi instan.
Aku sebaiknya membaca Al-Qur’an dulu. Sia-sia rasanya kalau waktuku habis hanya untuk urusan duniawi semata.
Oya, hari ini aku sedang berpuasa namun aku belum punya makanan buat berbuka. Enaknya makan apa, ya? Ada beberapa pilihan. Pecel Lele, Nasi Padang, Lotek dan Mie Ayam. Tinggal pilih saja. Kalau pecel lele enak juga. tapi yang membuat aku berpikir dua kali adalah ketika melihat minyak yang dipakai menggoreng, warnanya sudah hitam. Iiih… Kalau Nasi Padang harganya sangat murah tetapi rasanya nggak oke. Yaa namanya juga harga murah. Ada rupa ada harga, iya kan? Sedangkan kalau aku memilih lotek, aku harus berjalan sekitar 100 meter ke arah Selatan. Itu berarti aku meninggalkan kios dalam keadaan kosong, tidak ada yang menjaga. Dengan pertimbangan-pertimbangan itulah akhirnya aku memilih mi ayam sebagai menu berbuka puasa. Aku tinggal keluar kios dan memesan ke kios sebelah yang letaknya hanya 10 meter dari ruang usahaku ini.
Aku sedang menyantap makananku ketika ada motor yang berhenti di depan kios
Aku mengira ada pembeli yang datang, maka aku bersiap-siap meletakkan mangkuk yang ada di tanganku tetapi kemudian urung sebab ternyata yang datang adalah Alna.
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Tulisan tanpa judul
Sorry, comment are closed for this post.