KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Tulisan Tanpa Nama

    Tulisan Tanpa Nama

    BY 27 Des 2022 Dilihat: 158 kali

    Oleh : Nurkaisah Moka

    Kusadari waktu terus berjalan tanpa peduli aku sudah berbuat sesuatu yang manfaat atau tidak.
    Adzan Maghrib telah berkumandang. Itu adzan yang kesekian ribu kali mampir di telingaku. Seperti kemarin dan kemarinnya lagi. Hari ini dan semoga aku masih mendengarnya esok hari.
    Ratusan orang hilir mudik setiap hari di depan kiosku. Aku hanya mampu melihatnya dan tak bisa berkomentar apa pun. Semua sibuk dengan aktifitasnya sendiri-sendiri.
    Tak nampak orang itu sedang bermasalah atau sedang bahagia. Tak dapat kutangkap, apakah mereka itu sedang memendam marah atau kesedihan.  Yang aku dapat amati ketika salah satu dari mereka itu mampir ke kiosku. Dari situlah aku baru dapat menebak, orang itu sedang bermuram durja atau sedang dipeluk rasa senang.
    Sekarang sudah pukul 19:29. Pemasukan kios belum mencapai 100 ribu rupiah. Aku berharap hari ini, pemasukan bisa mencapai 200 ribu rupiah. Semoga bisa tercapai.
    Ada seorang ibu dari Brastagi wapri barusan. Dia menanyakan apakah aku mau pesan sayur-sayuran? Aku tak mengenalnya. Maka wajar kalau aku menanyakan siapa beliau itu. Dia mengatakan baru saja lihat statusku. Padahal aku tidak menulis status hari ini. Tak lama kemudian foto profilnya dihapus dan dia tidak menjawab ketika aku mengatakan kalau aku berada di Jogja. Tak mungkinlah aku memesan sayuran ke  Brastagi. Aneh.
    Aku terus saja menulis, sembari menunggu pembeli. Semoga ada yang mampir ke kios ini dan memborong camilan, seperti kemarin malam dimana sesaat aku akan tutup kios ada dua orang, ibu dan anak datang membeli aneka camilan dengan total belanja 45.500. Lumayan buat nambah semangat juang usaha😁.
    Seharusnya aku mengerjakan tulisan tentang reuni di Lombok, tetapi aku merasa malas-malasan disebabkan banyak data yang yang tak sempat aku catat, sehingga aku harus berpikir agak keras untuk mengingat kembali kejadian yang terukir saat reuni 2 minggu yang lalu.
    Aku melihat kios penyetan yang ada di kanan kiosku dan kios buah yang berada di bagian kiri  kiosku keduanya dikunjungi banyak pelanggan. Aku berusaha untuk tidak iri, sebab aku faham, rezeki, Allah lah yang membagi. Sabar saja. Kalau memang sudah rejeki, pasti akan dapat juga.
    Aku menyerah. Pukul 19:50, aku menutup kios.

    16 Oktober 2022


    Aku ke kios jam sebelas kurang 10 menit. Setelah mematikan lampu belakang, aku lalu buka folding gate seraya mematikan lampu yang ada di dalam  dan di teras kios. Lalu aku mengeluarkan kerupuk dalam kemasan bal ke rak depan.
    Dengan agak tergesa segera aku sholat Dhuha 4 rokaat. Waktunya sudah dipenghujung Dhuha. Setelah itu barulah aku menyapu dan merapikan ruang dalam dan… makan siang sekaligus sarapan. Aku sengaja tidak sarapan untuk mengosongkan perut sementara. Cara ini sangat baik untuk mengganti sel-sel yang sudah rusak. Sebab menurut pendapat ahli yang pernah kudengar, bila perut dibiarkan kosong di waktu pagi maka enzim yang ada dalam tubuh kita akan memakan sel-sel yang sudah rusak maupun yang sudah mati.
    Alhamdulillah meski ada satu konsumen tidak jadi beli dikarenakan kerupuk yg dipilih sdh melempem, pada sore tadi ada 3 konsumen yang belanja lumayan banyak. Sehingga dengan 3 konsumen itu saja penjualan sudah mencapai 167 ribu.
    Pembeli lainnya mulai berdatangan sehingga omzet hari ini mencapai 211 rb.
    Hari yang ceria.

    17 Oktober 2022


    Bella menyampaikan ingin jualan Tek Wan lagi dan aku menawarkan agar dia menyewa teras kiosku ini. Aku belum bisa memastikan dia mau atau tidak. Terserah dialah. Gimana baiknya.
    Dari pagi, mendung merangkul bumi disekitar kios. Tak ada tanda-tanda akan ada pembeli yang datang dan benar saja sampai waktu menunjukkan angka 18:20, tak ada satupun pelanggan yang berkunjung. Hari ini penjualan nihil, no sale. Tetapi meskipun demikian aku masih berfikir stabil. No sale bukan berarti no sedekah. Aku memilih cemilan yang masih segelan dan membukanya kemudian sebagian aku bawa ke masjid. Hari ini adalah jadwal kajian Al-Qur’an. Semoga membawa berkah.

    18 Oktober 2022
    Seperti kemarin, hari mendung sejak pagi sampai sore. Matahari bersembunyi di balik awan. Aku harus menyalakan lampu untuk menghadirkan rasa hangat dan terang dalam kios.
    Aku tak berharap banyak ada pembeli yang datang. Aku memanfaatkan waktu dengan menulis dan nonton youtube dan tentu saja tadarus Al Qur’an.
    Alhamdulillah seiring senja menjelang, satu persatu pelanggan berdatangan. Aku yang yang tidak terlalu berharap tentu saja sangat senang. Sehingga meski pemasukan tidak sampai 100 rb aku merasa sangat bersyukur dan…efek dari rasa syukur itu Allah kemudian mendatangkan pesanan lewat wa seorang teman yang mengorder camilan 1 paket seharga 47 ribu. Alhamdulillah.


    19 Oktober 2022


    Aku menyiapkan pesanan pelanggan berupa 1 paket cemilan yang terdiri dari 1 pack stick sukun, 1 pack sus bulat dan 1 pack criping pisang. Setelah itu aku lalu sholat Dhuha. Begitu aku selesai sholat, yang memesan datang untuk mengambil paketannya.
    Aku tak sengaja bertanya apakah dia punya info butik batik yang bisa dipesani seragam buat mahasiswi? Tak dinyana, butik  yang kucari ternyata berada tak jauh dari kiosku ini. Jaraknya hanya 2-3 km.
    Aku pun langsung minta diantar ke sana untuk mencari batik pesanan seorang teman di Makassar.
    Batik yang diinginkan adalah  16 tunik buat mahasiswi dan 4 hem buat mahasiswa. Alhamdulillah, hanya butuh waktu 1 jam an, kesepakatan sudah deal. Tak sia-sia aku menutup kios beberapa saat untuk mendapatkan barang dagangan yang sudah jelas lakunya. Meski laba yang kuperoleh tak banyak, tetap saja menghadirkan rasa syukur yang nikmat bagiku.
    Sementara kiosku masih enggan dihampiri pelanggan sampai saat aku menutupnya, pukul 18:10. Hari ini selain pesanan paketan tadi pagi no sale for cemilan anymore.
    21 Oktober 2022
    Setelah mendung dua hari berturut-turut, hari ini matahari bersinar terang. Kehangatannya terasa menempel diwajahku ketika aku on the way ke kios.
    Aku sudah ngeset hatiku agar tidak terlalu berharap ada pembeli yang datang namun tetap saja ada kesedihan ketika waktu menunjukkan angka 13:41dan belum jua ada pelanggan yang datang.
    Aku mengalihkan perasaan melow itu dengan menulis. Syukurlah, dengan menulis aku kemudian pelan-pelan melupakan harapan akan datangnya pelanggan.
    Waktu merayap tanpa terasa. Aku semakin menikmati kegiatan menuangkan ide dan angan lewat tuts keypad ini.
    Suara kendaraan yang bising tidak mengganggu konsentrasiku.
    Tau-tau aku mendengar suara guruh dari atas sana. Hari sudah semakin panas. Apakah akan turun hujan? Aku tak tau harus berharap apa. Apakah aku berharap jangan sampai turun hujan atau apakah aku berharap agar semoga hujan turun? Ah! Bagiku sama saja. Kalau hujan, tak masalah bagiku. Bila tak hujan pun juga tak apa-apa.


    26 Oktober 2022


    Sudah tiga hari aku tak menulis diary.
    Aku seharian di Kios, dan pemasukan sama sekali tidak mencapai target.
    Untuk mengontrak kios, aku harus menyisihkan min 20 rb/hari. Bila pemasukan seratus ribu, itu bisa dipastikan aku bisa menabung 20 ribu. Tetapi bila kurang dari itu bisa dipastikan secara ekonomi aku mengalami kerugian. Namun demikian aku akan berusaha mengejar keuntungan secara spritual semisal membaca Al-Qur’an, wiridan dan menulis.
    Aku merasa kios ini adalah tempatku yang paling ideal buatku. Andai saja kamar mandi yang disediakan pemilik kios representatif menurutku, aku mau nginap di kios ini. Sayang sekali hal itu tidak seperti yang aku inginkan, kamar mandinya jauh di bawah standarku.
    Sudah beberapa hari ini pengunjung kiosku sangat menyedihkan. Aku menungguinya dari jam 11 siang sampai jam delapan malam, pelanggan yang datang hanya 1 atau dua orang saja.
    Aku heran bercampur bingung, apa sebab pengunjung kiosku demikian sepi. Padahal melihat lokasinya yang ditepi jalan Raya yang ramai, ditambah papan nama yang cukup besar, seharusnya kiosku ini ramai pengunjung. Melihat varian cemilan yang tersedia cukup banyak dan harga bandrol yang kupasang termasuk murah. Tetapi kenapa pengunjung tak jua kunjung ramai?
    Tidak jarang aku duduk selama berjam-jam di belakang meja kasir  hanya memandangi kendaraan yang lalu lalang. Kalau mood menulisku sedang bagus, aku tidak terlalu berharap kedatangan pelanggan. Tetapi nyatanya mood menulis berbanding lurus dengan datangnya pembeli.
    Diam-diam aku mulai merasa bosan dan pelan-pelan rasa malas  mulai menggoda hatiku. Tetapi tidak! Seketika itu juga segera kutepis pengaruh Setan itu. Kios ini adalah sumber penghasilan kami saat ini. Aku tak boleh menyerah. Meski dalam situasi seperti ini aku merasa mencari nafkah itu amat berat adanya.
    Biasanya sesampainya di rumah, aku agak ngelus dodo melihat suami yang dengan tingkat kepasrahannya  yang sangat tinggi, memilih untuk tinggal di rumah saja dengan  alasan kakinya yang sakit sehingga dia tidak bisa mencari nafkah. Aku tak tahu, apakah aku pantas bersedih atau pasrah menerima keadaan ini dengan merayu egoku untuk menerima keadaan suamiku yang demikian “lemah”? Entahlah…
    Yang jelas aku seringkali merasakan keduanya, sedih dan pasrah. Perasaan yang kucoba untuk tidak nampak dipermukaan. Aku berusaha menjaga emosi suamiku yang semakin kekanak-kanakan. Salah sedikit dia bisa berteriak  dengan emosi lalu kemudian ngambek. Inilah yang membuatku makin capek dibuatnya. Akibatnya aku semakin kehilangan gairah terhadapnya.
    Saat kita down, ada saja masalah lain yang datang dan membuat semakin down.
    Tetangga kios bakso yang kutitipi kacang bawang datang membawa kresek putih
    berisi kacang bawang yang aku titipkan beberapa hari yang lalu. Dia kembalikan sebab, katanya kacang bawang itu sudah berbau tengik. Itu hanya penolakan kecil tetapi efeknya cukup mengguncang hatiku. Aku langsung kehilangan selera makan dibuatnya.
    Waktu sudah menunjukkan angka 17:29. Tak satupun pembeli datang ke kiosku ini. Tinggal beberapa menit lagi waktu Adzan Maghrib akan bergema.
    Seperti biasa setelah Sholat Maghrib, aku biasanya lalu memegang gadget. Saat aku membaca pesan WA yang masuk. Di sana tertera pesan  suami dan anakku. Mereka berdua memesan beberapa item barang yang ada di kios.
    Baiklah, pembeli tidak harus orang lain. Suami dan anak juga adalah pelanggan meski yang bayar aku juga. 
    Aku  lalu menyiapkan pesanan mereka dengan hati senang dan kemudian mencatatnya dibuku penjualan. Setelah itu, aku sholat Isyak dan membaca Al-Qur’an sampai pukul 19:30.
    Pembeli tak kunjung datang seorang pun. Kios kututup dengan senyum. Menutup kios sendiri dengan cepat dan lancar adalah sesuatu yang perlu disyukuri. Kenapa? Sebab itu artinya aku dalam keadaan sehat jadi kenapa harus bersusah hati hanya karena tidak ada pelanggan yang datang?
    Akupun pulang ke rumah dengan berusaha merasa bahagia. Dan rupanya usahaku itu berhasil adanya. Buktinya, ketika masuk rumah, rasa bahagia itu benar-benar membalut hatiku, melihat senyum lebar anak dan suamiku yang menyambut kedatanganku.


    Bagikan ke

    Comment Closed: Tulisan Tanpa Nama

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021