KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ulang Tahun di Punggung Bapak

    Ulang Tahun di Punggung Bapak

    BY 29 Jul 2025 Dilihat: 17 kali
    Ulang Tahun di Punggung Bapak_alineaku

    Hari ini adalah hari ulang tahunku yang kelima.  Sejak pagi sebelum subuh, rumah terasa lebih sibuk dari biasanya. Semua orang di rumahku sibuk menyiapkan pernak pernik pesta kecil untukku di sekolah.  Aku adalah si anak tengah dari   tiga bersaudara.  Sekarang ini aku masih sekolah di TK Bhayangkari kelas nol besar.  Mas Rudi, kakakku, sudah kelas 5 SD, dan Amin, adikku, masih bayi.  Pagi – pagi sekali, Ibu  sudah memasak nasi kuning lengkap yang diletakkan dalam wadah – wadah plastik mika kecil. Bapak juga menyiapkan tentengan tas kertas lucu yang isinya berbagai snack kecil kegemaran anak-anak saat itu. Ibu juga sudah menyiapkan kue tart ulang tahun mungil untukku. Aku ikut membantu dengan semangat, membayangkan betapa serunya nanti meniup lilin, berbagi kue, dan bermain bersama teman-teman.

    Namun, saat semuanya hampir siap, langit tiba-tiba berubah makin gelap. Dari pagi memang sudah mendung, dan matahari tampak sedang enggan menyapa bumi. Angin berhembus kencang, dan suara gemuruh terdengar di kejauhan. Tak lama kemudian, hujan turun dengan derasnya. Aku berlari ke jendela, melihat tetesan air menghantam tanah dengan begitu kuat. Hujan ini bukan rintik biasa, melainkan hujan lebat yang seakan enggan berhenti. Jalanan mulai basah, dan genangan kecil terbentuk di halaman depan.

    “Ibu, bagaimana kalau kita tidak bisa ke sekolah?” tanyaku dengan wajah cemas.

    Ibu menatap ke luar dengan raut khawatir. “Hujannya deras sekali, Nduk.” katanya sambil melirik Bapak. Aku merasa sedih. Aku sudah membayangkan betapa menyenangkannya hari ini, tetapi hujan sepertinya akan menggagalkan rencana kami. Apakah ulang tahunku akan batal?

    Bapak yang sejak tadi diam, tiba-tiba tersenyum.

    “Tenang saja, pesta ulang tahun ini tetap berjalan. Hujan tidak akan menghentikannya.” katanya dengan yakin. 

    Aku menatap Bapak dengan bingung. Bagaimana caranya? Jalanan sudah tergenang, dan aku pasti akan basah kuyup jika berjalan ke sekolah.

    Lalu, Bapak mengambil jas hujan besarnya dan mendekatiku. Ia juga mengeluarkan jas hujan kecil berwarna kuning dan memakaikannya padaku. Setelah itu, ia jongkok, lalu tersenyum lebar.

    “Naik ke punggung Bapak. Bapak akan mengantarkanmu ke sekolah supaya tidak basah.”

    Bapak sudah memanggil Pak Amat, tukang becak langganan kami, untuk membawa makanan dan barang-barang ulang tahunku ke sekolah. Bapak dan ibu izin datang dinas ke tempat kerja agak siang pada  hari itu untuk mengurus ulang tahunku. Bapak melangkah keluar rumah, menembus hujan deras dengan langkah tegap, dan aku digendong di punggungnya sementara salah satu tangannya juga memegang payung memastikan kepala kami tidak basah oleh hujan. Ibu berjalan di samping Bapak sambil menenteng kue tart ulang tahunku di dalam kotak plastik dan memakai payung untuk melindunginya dari hujan. Pak Amat dengan becaknya sudah mendahului kami menuju sekolah.

    Jarak sekolah dari rumah sebenarnya hanya sekitar 500 meter, namun hujan begitu deras membuat jalanan licin, dan genangan air semakin tinggi di beberapa tempat. Aku menggigit bibir, sedikit takut kalau-kalau Bapak terpeleset. Namun, langkah Bapak tetap kokoh. Aku merasa aman di punggungnya. Sesekali, Bapak menoleh ke belakang dan berkata, “Sudah hampir sampai, Nduk. Jangan khawatir.” Aku mengangguk dan tersenyum.

    Setelah beberapa menit yang terasa lama, akhirnya kami tiba di sekolah. Dari gerbang, aku melihat teman-temanku berkerumun di depan kelas. Begitu mereka melihatku, mereka langsung bersorak.

    “Ayo, ayo, dia sudah datang!” seru salah satu teman.

    Bu Guru tersenyum hangat melihat kedatanganku.

    “Wah, hebat sekali! Kamu tetap datang meskipun hujan deras.” katanya sambil membantuku turun dari punggung Bapak dan melepas jas hujan yang aku pakai. 

    Bapak juga segera melepas jas hujannya. Saat sampai di sekolah, aku melihat ujung bagian bawah celana Bapak tampak basah walaupun tadi saat jalan kaki bagian itu sudah digulung. Bapak hanya memakai sandal jepit karena hujan, namun semangatnya tetap tidak surut, begitu besar kasih sayangnya yang membuat segala tantangan menjadi ringan.

    Di dalam kelas, semuanya sudah siap. Balon-balon yang dibawa masih utuh dan sudah ditata Bu Guru. Makanan di kardus yang dibawa Pak Amat juga sudah tersedia di meja besar, dan kue ulang tahunku yang dibawa ibu tetap aman. Ibu dibantu Bu Guru menyiapkan lilin di atas kue itu dan siap dinyalakan. Aku berdiri di tengah-tengah teman-temanku, merasa sangat bahagia. Ketika lilin dinyalakan, semua orang bernyanyi untukku.

    “Selamat ulang tahun dan bahagia, selamat panjang umur, kita kan doakan…” suara mereka menggema di ruangan.

    Aku menoleh ke pintu kelas, melihat Bapak berdiri di sana dengan senyum lega. Aku tahu, tanpa Bapak, aku tidak akan bisa sampai ke sini hari ini.

    Aku meniup lilin dengan penuh semangat, lalu bertepuk tangan bersama teman-teman. Pesta kecil ini terasa begitu istimewa, bukan hanya karena perayaannya, tetapi karena aku merasakan betapa besar kasih sayang Bapak dan Ibu kepadaku.

    Setelah acara selesai, Bapak dan Ibu berpamitan untuk kembali ke rumah. Sebelum pergi, Bapak mengelus kepalaku dengan lembut. “Selamat ulang tahun, Nduk.  Semoga selalu Bahagia dan sehat.” Aku mengangguk dan tersenyum lebar. “Terima kasih, Pak.”

    Hari itu, aku mendapat hadiah ulang tahun yang paling berharga. Bukan hanya kue, balon, atau pesta kecil di sekolah, tetapi juga perjalanan penuh kasih di punggung Bapak, menembus hujan lebat demi membuat hariku tetap istimewa. Hujan ternyata bukan penghalang, justru menjadi bagian dari kenangan yang akan selalu kuingat sepanjang hidupku. Bertahun – tahun sudah beliau meninggal, aku masih tetap terkenang momen itu di setiap hari ulang tahunku. Al Fatihah selalu untuk almarhum Bapak.

     

     

    Kreator : Indriyati Rodjan

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ulang Tahun di Punggung Bapak

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021