Umroh atau Belanja? kisah nenek yang umroh untuk membeli titipan dari keluarga
Banyak jamaah yang berangkat umroh melalui usaha yang keras. Namun ada juga yang diberangkatkan, hadiah, atau karena sekedar menunaikan. Cerita ini, diambil dari kisah seorang ibu yang diberangkatkan umroh oleh menantunya. Awalnya ibu ini tidak ingin pergi, karena ia takut naik pesawat dan mati di udara. Ibu ini bernama Tini (63 th), seumur hidup belum pernah naik pesawat karena takut. “InsyaAllah selamat mih, gak perlu takut,” kata Bu Tina. “Mamih gak mau sendirian. Kalo mati di pesawat gimana?” ujarnya. “Nanti ada yang nemenin, mama saya dan om saya.” Ujar sang menantu.
Walau sering pergi ke majelis taklim, Ibu Tini memang belum tergerak umroh. Walau sudah pernah ditawarkan, hingga akhirnya ada yang menemani barulah ia mau pergi. Itupun setelah keluarga besarnya mendiring agar bersyukur dan menerima untuk berangkat. “Mau cari apa lagi Mih? Alhamdulillah rezeki dari Allah ada yang memberangkatkan,” Ujar kakak tertuanya saat meyakinkan Tini lewat telepon.
Sebelum berangkat, Bu Tini mendatangi kakak dan keluarga besarnya untuk pamitan. Pulang dari kampung, Bu Tini banyak dapat uang titipan. Ternyata masih banyak budaya “titip” kepada jamaah umroh. Keluarga memberikan uang, agar dibelikan sesuatu. “Kakak mamih banyak yang titip dibelikan minyak wangi, jilbab, sejadah,” ujar Tini. Tapi Mih, ke sana itu untuk ibadah, bukan belanja. “Ah, kan bisa sekalian,”ujarnya.
Sayangnya sebelum berangkat, uang yang dititipkan itu terpakai untuk kebutuhan lain. Bu Tini nampak berat hati berangkat. “Gimana nih, uangnya kepakai, mamih takut gak bisa beliin oleh-oleh,” ujarnya kepada sang menantu. “Mih, tolong diluruskan lagi niatnya, ibadah dulu. Sayang udah jauh-jauh hanya mikirin oleh-oleh.”
Akhirnya hari yang dinanti tiba. Setelah sebelumnya hampir gagal berangkat karena ada dokumen yang kurang, Ibu Tini dan jamaah lainnya berangkat ke Mekah. Sesampainya di Mekah, yang dipikirkan Ibu Tini, hanya membelikan pesananan keluarganya. Ini membuat muthawif dan rombongan lain kebingungan. Ia juga sempat sakit dan tidak bisa ke Masjidil Haram. Sayangnya, dengan uang saku seadanya, banyak oleh-oleh yang tidak bisa ia beli. Walaupun sudah diingatkan, agar fokus ibadah, yang dilakukan sehabis sholat menghitung oleh-oleh buat sanak keluarga di kampung. Hal ini membuat teman sekamar tidak bisa ikut campur.
Pulang dari Mekah, ternyata masih ada oleh-oleh yang belum bisa dibeli karena uangnya kurang. Kepada anaknya yang memberangkatkan umroh, ia mohon ditambahkan uang untuk beli oleh-oleh di pasar. “Yah, mami gak enak, udah dikasih uang masa tidak dibelikan,” ujarnya. Ketika ditanya, sebetulnya uang titipan itu dipakai apa? Ia tidak mau mengaku dan memilih menghindari membahasnya. Sebagai anak, tidak mau memaksa tetapi juga tidak mau memberikan begitu saja permintaannya, terlebih lagi, jika Bu Tini diperalat oleh orang lain.
“Jadi mih, kalau ada rezeki, mau gak berangkat lagi? Tanya cucunya. “Engga ah, sekali aja, takut, hehehe” ujarnya. Hingga saat ini, jika ditanya di Mekah apa saja yang dilakukan, Ibu Tini hanya bisa menyebutkan sholat di Ka’bah, makan kurma dan belanja.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: Umroh atau belanja
Sorry, comment are closed for this post.