Sepuluh tahun berlalu,
bayang wajahmu samar di cermin waktu,
aku mencari jejakmu, Mama …
Mama yang mana yang kini kujumpai?
Apakah masih sama, ataukah telah berubah rupa?
Masihkah kau berjuang, jadi ibu yang ideal?
Atau lelah menghadang badai yang tak kenal akal?
Masihkah dapurmu harum aroma masakan sehat?
Atau kau menyerah pada godaan instan yang lezat?
Masihkah kau membacakan dongeng sebelum tidur?
Atau gawai telah merebut peran itu, Mama tercinta?
Masihkah kau guru homeschooling yang sabar?
Atau kurikulum dunia telah membuatmu tak sabar?
Masihkah kau berpegang pada jadwal yang ketat?
Atau fleksibilitas zaman mengikis aturan yang kuat?
Masihkah kau dampingi anak-anak belajar online?
Atau kau biarkan mereka berselancar sendiri di dunia maya yang tak terkendali?
Masihkah kau marahi kakak dan adik yang bertengkar?
Atau kau biarkan mereka belajar sendiri menyelesaikan masalah antar saudara?
Masihkah kau rempong siapkan baju couple keluarga? Atau kesederhanaan telah menjadi pilihan di hari tua?
Masihkah kau hias rumah untuk setiap perayaan?
Atau rutinitas telah menggerus semangat kegembiraan?
Masihkah kau abadikan setiap momen dalam bingkai kenangan?
Atau jejak digital telah menggantikan album usang di tangan?
Masihkah kau idola akademis bagi buah hatimu?
Atau mereka temukan panutan baru di dunia yang baru?
Masihkah kau jadi kebanggaan yang mereka ceritakan?
Atau kisahmu tergantikan oleh idola yang lebih berkilauan?
Masihkah kau berkreasi dan bermain bersama mereka? Atau kesibukan telah mencuri waktu berharga?
Masihkah kau mengabdi jadi dokter di pedalaman Papua?
Atau kau rindu rumah, memilih kembali ke kota?
Masihkah kau lanjutkan pendidikan S2, bahkan S3?
Atau kau rasa cukup, ilmu dunia tak lagi kau cari?
Masihkah kau menulis, menumpahkan isi hati?
Antologi, blog, diary, cerita bersambung, atau novel baru yang kau tulis untuk diterbitkan?
Adakah impianmu yang terwujud nyata?
Atau lebih banyak kekecewaan yang kau rasa?
Masihkah kau punya waktu bercengkrama dengan suami?
Atau komunikasi hanya sebatas pesan singkat yang sunyi?
Masihkah kau dan suami mesra seperti dulu?
Atau romansa telah pudar, tergerus waktu?
Masihkah rumahmu riuh tawa, tangis, dan teriakan?
Atau kesunyian telah jadi teman setia di setiap ruangan?
Masihkah anak-anak tinggal bersamamu?
Atau mereka terbang jauh, mengejar mimpi di negeri seberang?
Masihkah kau tiang doa bagi keluarga tercinta?
Atau kau lelah bersimpuh, merasa doa tak lagi bermakna?
Masihkah kau layani Tuhan di gereja?
Atau kau temukan cara baru untuk beribadah pada-Nya?
Masihkah kau aktif berdonasi, ulurkan tangan pada sesama?
Atau kau memilih fokus pada diri, merasa itu sudah cukup berguna?
Masihkah kau hidup dan sehat sentosa?
Atau sakit telah merenggut kebahagiaanmu, Mama?
Masihkah kau gendut, atau sudah ideal?
Atau… pertanyaan ini tak lagi relevan, karena kau telah tiada?
Ah, Mama…
Sepuluh tahun berlalu, begitu banyak pertanyaan
Akankah aku menemukan jawabannya di masa depan?
Ataukah semua ini hanya misteri yang tersimpan?
Yang ku rindukan adalah …
MAMA yang lebih baik dari hari dimana ku ketikkan tulisan ini untuk diriku 10 tahun mendatang.
Hanya waktu yang tahu,
Mama yang mana yang akan kutemukan nanti.
Kreator : Vidya D’CharV (dr. Olvina ML.L. Pangemanan, M.K.M.)
Comment Closed: Untukku Sepuluh Tahun Mendatang
Sorry, comment are closed for this post.