Waktu sudah menunjukkan jam tiga dini hari, tapi seorang remaja masih saja membolak-balikķan badannya di tempat tidur. Gelisah, begitulah yang dia rasakan saat ini. Dia selalu memikirkan bagaimana hasil pengumuman SNBP nanti sore. Badannya terasa lemas, hatinya tidak tenang, kepalanya berisik dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dia merasa ketakutan akan hasil yang diperolehnya nanti, apalagi jika mengecewakan.
Namanya Nebula Permata Putri Alexander. Teman-teman sekolah biasa memanggilnya Bula. Dia adalah anak tunggal. Ayahnya bernama Jonathan Alexander, saat ini bekerja sebagai Direktur Utama sekaligus pemilik kantor di salah satu kantor besar di kota mereka. Sedangkan Ibunya bernama Jessica Aurelda, seorang desainer baju yang karyanya cukup dikenal di kalangan masyarakat kota. Bula termasuk anak yang tidak kekurangan dalam hal finansial maupun kasih sayang orang tua, karena apapun yang dia butuhkan untuk keperluan sekolah, Ayah dan Ibunya selalu memberikannya dan sesibuk-sibuknya mereka bekerja pasti tetap memprioritaskan Bula terlebih dulu.
Meskipun ayahnya seorang pemilik kantor yang cukup besar di kota dan Ibunya seorang desainer, Nebula tidak ada minat untuk meneruskan profesi yang sama dengan kedua orang tuanya. Nebula memiliki cita-cita yang sangat mulia, ingin menjadi seorang dokter. Dia ingin membantu orang-orang yang sakit namun tidak memiliki uang untuk biaya pengobatan.
Bula kembali mencoba untuk tidur, menata bantal guling dan menarik selimutnya. Empuknya kasur dan hangatnya selimut tidak mampu membuat tidurnya nyenyak. Pikirannya masih tertuju pada hasil pengumuman SNBP nanti sore. Setiap kali membuka media sosial, SNBP lah yang menjadi trending topik. Hal itulah yang membuat dadanya selalu terasa sesak, gelisah, cemas, tak enak hati, semuanya bercampur menjadi satu.
Udara pada pagi hari masih terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Tapi, Bula harus tetap berangkat sekolah meskipun dia baru merasakan tidur hanya dua jam. Dia segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, dan turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama Ayah dan Ibu di meja makan.
“Anak Ayah sudah siap berangkat sekolah? Sini sarapan dulu.” ucap Ayah menyapa Bula.
“Iya, Yah. Ini Bula sudah siap.” jawab Bula.
“Mata kamu kenapa Bula? Kelihatannya kok kayak kurang tidur. kemarin malam tidurmu tidak nyenyak?” tanya Ibu khawatir.
“Hehehe. Iya, Bu. Aku kepikiran terus soal pengumuman SNBP nanti sore. Rencananya nanti mau dibuka di sekolah bareng-bareng sama teman yang lainnya.” jawab Bula.
“Tidak usah terlalu dipikirkan, Bula. Rezeki sudah diatur sama Tuhan, jadi jangan terlalu dibawa pusing, ya. Takutnya, nanti kamu yang sakit. Apapun hasilnya, terima dengan hati yang lapang. Ayah dan iIu hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu. Jika kamu gagal dalam jalur SNBP, masih ada jalur yang lainnya untuk bisa masuk PTN favorit kamu. Jangan menyerah dan harus tetap semangat!” ucap Ayah menyemangati.
“Baik, Yah.” jawab Bula mencoba tenang.
Setelah selesai sarapan, Bula pun berangkat ke sekolah. Bula berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda, karena jarak sekolah cukup dekat dari rumahnya. Meskipun Bula berasal dari keluarga yang berada, tapi dia tidak pernah memamerkan kekayaan yang dia miliki.
Di tengah perjalanan, Bula selalu menyempatkan waktunya untuk membelikan sarapan dan memberikannya kepada orang yang kurang mampu, bahkan orang ini sudah sangat akrab dengan Bula, Bula sering menceritakan masalah yang dihadapi kepada beliau, beliau adalah Mbok Suminem. Mbok Suminem sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh Bula. Setelah memberikan sarapan kepada Mbok Suminem Bula cepat-cepat pergi ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Bula bergegas masuk ke kelasnya.
“Hai, Bul. Hari ini kenapa berangkatmu agak siang?” sapa Nadia. Dia Nadia Azzahra, biasa dipanggil Nadia, adalah sahabat Bula di sekolah.
“Iya, Nad. Soalnya tadi masih ada urusan sebentar.” jawab Bula.
“Untung saja kamu tidak telat, Bul,” sahut Nadia. “Oh ya, kamu sudah siap buat pengumuman SNBP nanti sore?”
“Sebenarnya aku belum siap, Nad. Aku takut hasilnya mengecewakan. Aku takut hasilnya tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Aku takut mengecewakan orang tuaku.” jawab Bula sedih.
“Tidak apa-apa, Bul. Pasti kamu lolos. Kamu kan paralel 1 di jurusan kita. Toh, kalau tidak berhasil, pasti kedua orang tua kamu tidak akan merasa kecewa kepadamu. Mereka juga tahu kerja kerasmu selama ini untuk mendapatkan kuota SNBP ini tidak mudah. Percaya saja sama Tuhan. Kalau Tuhan mengizinkan kamu bisa lolos, kamu akan lolos, Bul.” ucap Nadia menenangkan.
Nebula termasuk orang yang pintar di sekolahnya. Dia selalu mendapatkan paralel 1 di jurusannya. Dia mendapatkan itu dari kerja kerasnya seperti mengikuti bimbel online maupun offline. Meskipun begitu, tidak sedikit juga orang yang tidak menyukai Nebula. Banyak yang menganggap bahwa nilai Nebula adalah hasil dari sogokan orang tua kepada gurunya. Padahal sebenarnya, nilai itu murni karena hasil kerja keras Nebula. Tetapi, Bula tidak pernah menghiraukan ucapan orang-orang itu. Toh, kenyataannya tidak seperti itu.
“Itu belum menjamin, Nad. Soalnya kan yang daftar SNBP banyak, tidak dari sekolah ini saja.” sahut Bula.
“Iya juga, tapi kita berdoa saja semoga kita nanti lolos SNBP.” kata Nadia optimis.
“Aamiin..” jawab Nebula mengamini.
“Ya, sudah. Ayo siap-siap, sebentar lagi gurunya pasti datang!”
Nebula dan Nadia mulai mengikuti pembelajaran hingga bel pulang sekolah berbunyi, mereka segera bergegas menuju aula dikarenakan pengumuman SNBP akan dibuka bersama di aula sekolah dengan murid lainnya. Di tengah-tengah perjalanan menuju aula, Nebula mendengarkan banyak yang sedang membicarakannya.
“Nilai hasil sogokan aja bangga, kalau masuk eligible sih tidak heran, ya. Nilainya memang bagus-bagus, tapi sayangnya hasil sogokan. Upss!!” sindir Vania.
Vania Camelia adalah salah satu orang yang selalu menyebarkan hoax mengenai Nebula, salah satunya membicarakan nilai Nebula yang didapatkan dari hasil sogokan orang tua. Biasanya, Nebula akan mengabaikan apabila dibicarakan seperti itu. Tapi kali ini, rasa sabar Nebula sudah habis. Dia menghampiri Vania dengan perasaan memendam amarah yang sudah dia tahan dari dulu.
“Sebenarnya mau kamu itu apa sih Van?! Dari dulu kamu selalu bicara seperti itu! Aku sudah bilang berapa kali ke kamu, orang tuaku tidak pernah menyogok guru buat naikin nilaiku, ya!” hardik Nebula.
“Kamu pikir dengan kamu jawab seperti itu, aku percaya gitu?!” jawab Vania menertawakan Nebula.
“Heh, Vania! Kamu tidak boleh begitu! Kamu tidak kasihan sama Nebula?!” sahut Nadia.
“Sudahlah, Nad. Kamu tidak usah ikut-ikutan ini masalah aku sama Vania,” cegah Nebula. “Ya Sudah kalau kamu tidak percaya sama omonganku, Van. Toh, itu hakmu mau percaya sama omonganku atau tidak. Tapi, aku mau tanya satu hal kepadamu, sebenarnya manfaatnya buat kamu itu apa sih ngejelekin aku terus? Kamu merasa puas dengan adanya orang yang tidak suka padaku karena cerita darimu itu? Iya?” tanya Nebula menekankan suaranya.
“Iya, kenapa? Kamu tidak suka? Kamu selalu mendapatkan nilai tertinggi, kamu punya banyak teman, kamu selalu dibangga-banggakan sama guru, kamu punya semua, aku merasa iri dan tersaingi Nebula!” seru Vania.
“Van, aku mendapatkan itu juga dengan usaha, aku mendapatkannya tidak semudah yang kamu lihat, Van. Kamu tidak tahu kan pengorbananku untuk mendapatkan semua ini. Kalau kamu merasa tersaingi, seharusnya kamu berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan hasil yang kamu mau, bukan malah ngejelek-jelekin aku!” sahut Nebula.
“Aku tidak peduli tentang itu. Kamu tidak tahu kan setiap hari aku selalu dibanding-bandingkan sama kamu. Bahkan yang membandingkan itu orang tuaku sendiri! Kamu tahu tidak sih sakitnya seperti apa?! Mereka bilang aku tidak bersungguh-sungguh dalam belajar makanya aku kalah sama kamu! Aku sudah belajar mati-matian, Bul! tapi aku tetap kalah sama kamu!” seru Vania.
Akhirnya, Vania menceritakan alasan kenapa selama ini dia selalu menjelek-jelekkan Nebula, dia iri sama Nebula karena Nebula memiliki semua yang diinginkan. Nebula selalu menjadi topik pembicaraan ketika keluarga Vania sedang makan bersama di meja makan, tak lain dan tak bukan adalah membicarakan prestasi yang dimiliki Nebula dan selalu membandingkan dengan prestasi yang dimiliki Vania.
Nebula simpati dengan apa yang diceritakan Vania, dia juga bisa merasakan apa yang dirasakan Vania begitu menyakitkan. Sebelumnya, Nebula berpikir mau melaporkan Vania atas omongannya tadi ke BK, namun setelah mendengarkan cerita dari Vania langsung, dia mengurungkan niatnya karena merasa simpati kepada Vania. Meskipun Vania suka menjelek-jelekkan Nebula, Vania juga termasuk siswa yang pintar di sekolahnya. Dia juga memiliki banyak prestasi, tapi kepintaran dan prestasinya masih belum bisa menyaingi Nebula, bahkan Vania juga termasuk ke dalam siswa eligible.
Setelah itu, Vania meminta maaf kepada Nebula atas kesalahannya. Vania sadar atas kesalahan yang dia lakukan selama ini bisa menyakiti perasaan Nebula. Dia melakukan itu karena rasa irinya kepada Nebula, bahkan kebenciannya terhadap Nebula semata-mata hanya karena dia sering dibanding-bandingkan dengan Nebula. Vania pun juga mengakui bahwa Nebula memang benar-benar siswa yang memiliki prestasi yang banyak di bidang akademik maupun non akademik dan Vania juga mengakui jika Nebula ini juga terkenal sebagai orang yang memiliki sifat ramah, mudah bergaul dan tidak membeda-bedakan teman.
Akhirnya mereka saling memaafkan dan bersama-sama menuju aula untuk melihat pengumuman SNBP. Mereka bertiga termasuk siswa eligible. mereka menantikan pengumumannya bersama-sama sambil berbicara dan saling bercerita mengenai universitas impiannya. Pengumuman yang dinanti-nantikan akhirnya sudah keluar hasilnya, mereka bertiga lolos SNBP semua di universitas impiannya masing-masing.
Kreator : Lely Farida W (Farasya)
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Usaha Tidak menghianati hasil
Sorry, comment are closed for this post.