Waktu berlari begitu cepat. Aku tak sempat lagi menghitung berapa banyak waktuku habis terbuang sia-sia. Astaghfirullah. Sekarang sudah medio Oktober 2022. Bila dihitung sejak warung mulai dibuka yaitu 17 Agustus yang lalu, warung kami itu sudah berumur kurang lebih 2 bulan.
Beberapa waktu lalu, yaitu dari tanggal 28 September sampai 6 Oktober warungku tutup. Ini dikarenakan tak ada yang bisa menjaganya sementara aku pergi ke Lombok dalam rangka reuni dengan teman-teman Fakultas Sastra Unhas angkatan 83. Ini terjadi sebab bertepatan hari keberangkatanku, mas Adi, suamiku, ambruk dari motor tepat di depan warung sesaat akan membuka warung. Akibatnya kakinya bengkak dan tak bisa berjalan tanpa alat bantu. Namun demikian aku masih bersyukur sebab lukanya tidak terlalu parah dan mas Adi tetap mengizinkan aku untuk pergi ke Lombok. Meski sebab musibah kecil itu warung terpaksa tutup untuk sementara waktu sebab selain mas Adi dan aku tak ada yang bisa menjaganya.
Begitulah…ketika aku pulang dan membuka pintu warung, bau apek dan pengap menerpa penciumanku tanpa bisa dihindari. Tampak beberapa butir kotoran tikus terlihat di lantai. Bergegas aku menyingkirkannya. Aku membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk bersih-bersih sebelum aku sholat Dhuha 4 rokaat dan ready untuk menyambut para pelanggan.
Dan…selama berja-jam aku menanti, tak satu pun yang masuk ke dalam ruang berukuran tiga kali empat meter persegi ini.
Itulah efek dari tutup sekian hari. Sebenarnya aku sudah bisa memprediksi sebelumnya. Jadi aku tak perlu galau dan bersedih hati.
Hari semakin siang, pembeli tetap tak kunjung datang jua. Aku mulai bosan. Kuraih gadgetku dengan lesu dan mulai menulis.
Aku sedang menulis ketika tiba-tiba aku mempunyai ide untuk obral discount. Kutinggal tulisanku dan mulailah aku share di status wa-ku. Aku menunggu reaksi konsumen. Dannn… hasilnya kurang menggembirakan. Discount 10 % rupanya tidak begitu menarik.
Keesokan harinya, barulah pesanan ada yang masuk. Alhamdulillah.
Meskipun yang pesan cemilan tidak terlalu banyak yaitu hanya sebesar 149.200 rupiah, tetap patut disyukuri.
Kalau dihitung dari sejak aku kulakan awal sampai hari ini (kurang lebih dua bulan) ada beberapa cemilan masih utuh, masih segelan, belum berkurang. Terutama jenis pangsit. Aku khawatir kerenyahannya sudah mulai menurun. Ini adalah PR yang mesti dicarikan jalan keluarnya.
Oke, aku fokus dulu ke pesanan yang masuk.
Dari pesanan yang ada aku kemudian menawarkan lagi ke teman-teman yang ada disekitar wilayah pesanan yang akan diantar. Butuh waktu sehari baru pesanan mulai berdatangan. Lumayan, kalau di total semuanya ada 4,5 kg dengan harga 250 ribu rupiah. Bila ditambahkan dengan orderan awal maka jumlah penjualan kami mencapai kurang lebih empat ratus ribu rupiah. Sungguh jumlah yang cukup besar dan ini mendorong semangatku ke titik paling tinggi hari itu. Alhamdulillah.
Setelah semua pesanan masuk, aku kemudian mengatur waktu untuk tekhnis pengiriman barang. Sedang aku berpikir-pikir apakah aku mengantar barang dulu sebelum buka warung atau aku buka warung dulu lalu sore harinya aku mengantar pesanan tiba-tiba Dina, putriku menawarkan jasa untuk mengantarkan semua pesanan tersebut ke konsumen. Alhamdulillah serasa dapat angin surga, aku langsung mengiyakan dan berterima kasih pada putri kelimaku itu.
“Terima kasih ya, sayang,” sambutku dengan suka cita. Dina hanya tersenyum lebar dan bersiap-siap berangkat kuliah.
“Tapi aku kuliah dulu, ya. Pesanannya aku bawa ke kampus.” Katanya sambil menyalami tanganku dan menciumnya penuh takdhim.
“Laaa, itu tasnya besar, apa kamu tidak kerepotan membawanya ke kampus?” Tanyaku, heran. Masak iya ke kampus bawa tas besar seperti mau piknik?
“Nggak papa, daripada balik lagi? Ngirit tenaga dan bensin.” Katanya seraya melangkah ke luar rumah sambil meletakkan tas berisi cemilan itu di depan sadel motor matic putih yang akan dikendarainya.
Baiklah, kalau memang itu keinginannya. Dia pasti sudah punya cara bagaimana agar dia tidak kelihatan aneh oleh teman-temannya.
Aku lalu mengabari para pemesan cemilan bahwa pesanan mereka, in shaa Allah akan di antar nanti sore.
Aku bangga kepada anak gadisku itu. Sebagai wakil Ketua Senat di kampusnya, dia tidak malu mengerjakan sesuatu yang mungkin malu dikerjakan oleh anak gadis sebayanya. Ketika dia nyambi kerja di resto wisata, dia juga tidak segan menitipkan cemilanku yang dikemas dalam standing pouch kecil di sana.
Sekali dalam sebulan dia membawa pulang hasil penjualan dari menitipkan cemilan itu sekaligus membawa lagi titipan yang baru. Itu sudah berlangsung hampir setahun.
Setelah jadwal kuliahnya mulai padat, pekerjaan di resto itu dilepas, tetapi kegiatan menitip cemilan masih berlangsung. Bahkan ketika dia sudah mulai kerjaan baru sebagai Influencer, kegiatan menitipkan cemilan itu masih terus berlanjut sampai saat ini. Bedanya kalau dulu dia yang sering mengingatkan aku untuk menitipkan cemilan baru, sekarang akulah yang sering mengingatkan dia untuk mengantar titipan baru. Apa pun itu aku tetap bangga padanya.
Comment Closed: Warung Cemilan
Sorry, comment are closed for this post.