KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » We VS World

    We VS World

    BY 27 Sep 2025 Dilihat: 12 kali
    We VS World_alineaku

    Tantangan tak berkeputusan adanya dalam hidup masing-masing manusia. Perjuangan senantiasa menjadi keseharian dalam menjalani kehidupan. Demikian pun kami yang tinggal di Pedalaman Pegunungan Papua yang permai ini. Alam yang indah senantiasa mendekatkan dan mengingatkan kami betapa dahsyatnya kemahakuasaan Sang Empunya kehidupan.

    Bagaimana kami tidak bersyukur, hujan yang turun hampir setiap hari memberi kami cukup air bersih untuk kebutuhan harian serumah. Matahari yang sinarnya hanya dapat dihitung beberapa jam dalam sehari, sudah cukup memenuhi kebutuhan listrik dalam rumah. Bangun pagi disambut hembusan angin yang kelewatan segar karena suhunya bisa sampai 5-6*C. Serasa tinggal di negara bersalju padahal realitanya tinggal di kaki Gunung Cartenz, yang terkenal dengan salju abadinya. Makanan ada di sekitar rumah, mulai dari ubi sebagai makanan pokok, bumbu-bumbu dapur, sayur dan buah-buahan yang tumbuh subur di pekarangan rumah. Ikan segar tersedia di kolam belakang rumah. Ayam pun berkembang biak dengan subur, membantu memenuhi kebutuhan protein keluarga. Pemenuhan gizi keluarga tercukupi dengan makanan organik yang terjaga kualitasnya karena ditanam, dirawat dan dipelihara dengan tangan sendiri.

    Alam mencukupkan kebutuhan dasar keluarga kami untuk hidup. Waktu berlalu, berkat yang melimpah dan anugerahNya pun datang mengisi hari. Sang Empunya kehidupan  mempercayakan anak-anak hadir ditengah  keluarga kami. Membawa rahmat dan sukacita yang tak terkira. Mereka bertumbuh dan berkembang di alam yang indah, udara bersih dan segar, makanan organic melimpah, jauh dari berbagai bentuk polusi. Entah itu polusi udara, air, tanah, kebisingan maupun gempuran modernisasi. Anak-anak tumbuh optimal dengan gizi seimbang yang tercukupi dari halaman rumah.

    Berdomisili di pedalaman pegunungan Papua membuat kami terisolir dari hiruk-pikuk dunia luar namun juga mengisolasi kami dari perkembangan peradaban  manusia. Dengan belum adanya akses darat ke tempat ini, pesawat perintis sekelas Pilatus, cessna dan twin otter lah alat transportasi yang memungkinkan, namun tidak selalu tersedia. Kebutuhan pokok, kebutuhan harian dan kebutuhan untuk pekerjaan yang tidak disediakan oleh alam, mau tidak mau harus kami beli di kota terdekat dengan mencarter pesawat dengan harga yang tidak murah. Selain harga transportasi yang mahal, faktor cuaca dan ketersediaan armada serta pilot yang handal merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap penerbangan ke wilayah ini.

    Hari berganti minggu, bulan dan tahun. Anak-anak bertambah besar dan bertambah pula keperluannya. Namun, ada hal yang tak bisa alam penuhi. Kebutuhan anak-anak untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan kebutuhan akan pendidikan demi masa depan mereka, menjadi perjuangan tersendiri untuk kami taklukkan.

    Awalnya, kami berusaha mengadakan perangkat sendiri untuk Internet satelit. Walaupun mengorek dalam tabungan kami, namun sepadan dengan manfaat yang kami rasakan. Berkomunikasi setiap saat dengan orang tua yang berada di seberang pulau, berinteraksi dengan teman dan sahabat dengan media sosial, bahkan mengikuti kelas pengambangan diri dan karakter berbasis online. Anak-anak pun akhirnya belajar online di rumah. Kebutuhan akademis mereka masih bisa terkejar dengan belajar dari berbagai sumber secara daring dan juga kami orang tua yang menjadi guru bagi mereka.

    Mungkin ada yang berpikir, mengapa anak-anak tidak dimasukkan ke sekolah untuk kebutuhan pendidikan, interaksi dan sosial mereka? Bukannya kami tidak mau, namun walaupun proyek pembangunan sekolah untuk daerah pedalam ada banyak yang sudah dinagun, namun tenaga pengajarnya yang tidak memadai. Perekrutan dan penempatan guru di pedalaman juga sebenarnya banyak, bahkan di tunjang dengan insentif yang tinggi. Namun, apa mau dikata, jika biasa hidup di kota besar dengan segala kemudahan dan kenyamanannya, pastinya guru yang di baru ditempatkan di pedalaman seperti ini akan mengalami culture shock, homesick bahkan tak jarang langsung bali kanan ke daerah asal.

    Kami juga sangat mengerti dan memaklumi jika guru-guru yang ditempatkan didaerah merah seperti tempat tinggal kami ni, tidak akan merasa betah untuk berlama-lama bertugas jika bunyi tembakan sudah mulai terdengar. Siaga 1 di berlakukan, pendatang diungsikan sementara, karena situasi dan kondisi keamanan yang tidak kondusif. karena kami juga merasakan hal yang sama. Sangat manusiawi jika guru-guru bahkan kami pun juga mencari aman  untuk keselamatan pribadi dan keluarga.

    Karena hal-hal seperti inilah yang membuat langkanya keberadaan guru bahkan tenaga profesional lain terjadi di daerah pedalaman pegunungan Papua. Itulah pula sebabnya, anak-anak akmi pada akhirnya menjalani apa yang kami sebut “Hybrid Schooling”. Ketika sekolah dibuka, anak-anak akan pergi belajar di sekolah dan bermain dengan riang menikmati sinar matahari dan kehangatan persahabatan dengan teman-teman sebayanya. Namuan, di hari yang lain, ketika sekolah ditutup karena ketidakhadiran sosok guru, makan kami org tua lah yang menjadi sosok guru di rumah.

    Namun walaupun demikian, kami sebagai orang tua merasa merampas hak anak-anak kami. Merampas hak mereka untuk bermain dengan aman, bermain dengan riang bersama teman sebaya mereka. Aktivitas persekolahan dalam 1 tahun bisa saja hanya 3 bulan yang aktif belajar, selebihnya libur. Bahkan, saat tulisan ini diketik, anak-anak sekolah sudah 2 tahun diliburkan karena situasi dan kondisi keamanan yang tidak kondusif. Bukankah itu merampas hak pendidikan mereka, 2 tahun terbuang tanpa ada kenaikan kelas dan ketambahan ilmu?

    Itulah sebabnya, Hybrid Schooling Life menjadi pilihan kami. Menjadi ayah dan ibu dirumah, menjadi ASN di kantor pemerintah, menjadi petani dan peternak untuk kebutuhan perut sekeluarga, menjadi pengelola UMKM untuk menopang ekonomi keluarga, menjadi guru berbagai macam mata pelajaran dan keterampilan, adalah bentuk perjuangan kami untuk masa depan anak-anak yang lebih baik kedepannya. 

    Tidak mudah membagi waktu, fokus dan energi untuk melakukan ini semua. Tidak mudah juga untuk menjalani komitmen pengabdian sebagai Abdi Negara, sebagai pemeluk agama yang berbeda dengan kepercayaan masyarakat asli, sebagai orang tua untuk anak-anak, sebagai suami/istri dalam kehidupan rumah tangga dan sebagai masyarakat pendatang di daerah yang asing yang bukan kampung halaman kami. Perbedaan bahasa, budaya, adat dan kebiasaan juga merupakan tantangan tersendiri bagi kami sekeluarga. 

    Namun, diatas semuanya itu, kami menulis ini bukan sebagai keluh kesah atas keterbatasan dan kesukaran yang dihadapi. Kami menuliskannya sebagai bentuk ucapan syukur, karena Sang Empunya kehidupan senantiasa menyanggupkan, memberi kekuatan dan selalu mengalirkan berkatNya pada kami. Tulisan ini hanyalah sebagai pengingat akan perjuangan yang kami lakoni, kami jalani dan kami usahakan dengan senang hati dan penuh sukacita menghadapi dunia. 

    We VS World, adalah perjuangan melawan Ego, melawan keinginan di atas kebutuhan, melawan tawaran hidup aman di kota dan melawan beberapa prinsipr hidup yang berbeda dengan orang lain. Perjuangan kami orang tua untuk memfasilitasi anak-anak agar kelak bisa menjadi apa yang mereka cita-citakan.  Menjadi orang yang membawa banyak kebermanfaatan bagi sesama, menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri sehingga senantiasa menjadi saluran berkat dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja,  mereka pergi, berada dan temui. 

    Inilah doa syukur, kenangan, harapan dan hal yang kami orang tua dan anak-anak perjuangkan bersama-sama di dunia yang fana ini.

     

     

    Kreator : Vidya D’CharV (dr. Olvina ML.L. Pangemanan, M.K.M.)

    Bagikan ke

    Comment Closed: We VS World

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021