KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Wudhu

    Wudhu

    BY 15 Jun 2024 Dilihat: 421 kali
    Wudhu_alineaku

    Di tengah kegelapan malam, Ustadz Hamdi mengendarai sepeda motor menuju rumah pak Guntur yang memintanya untuk datang malam setiap malam Sabtu. Sepanjang perjalanan ustadz Hamdi bertanya-tanya dalam benaknya, apalagi yang akan ditanyakan oleh pak Guntur di malam ini. Pekan lalu dia hampir kewalahan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai ada tidaknya azab dan nikmat kubur. “Apapun pertanyaan yang akan dilontarkan pada malam ini, aku harus bisa menjelaskan dan meyakinkanya.” Ucapkya dalam hati.

    Tidak terasa ustadz Hamdi sudah memasuki pintu gerbang perumahan dimana keluarga pak Guntur tinggal.

    “Assalamu alaikum !” ucap ustadz Hamdi setelah ada di depan pintu rumah pak Guntur.

    “Wa alaikum salam !” Jawab Lisa sambil membukakan pintu. “Silahkan masuk, pak !” Lanjutnya.

    “Papanya ada ?”

    “Ada….., silahkan duduk, pak.” 

    “Terima kasih !”

    “Nih…., Lisa sudah menyiapkan teh spesial buat Bapak.” Ucap lisa sambil menyodorkan segelas teh ke hadapan gurunya itu.

    “Luar biasa…., terima kasih, ya !”

    “Sama-sama, pak.”

    Saat itu pak Guntur keluar dengan mengenakan baju koko, sarung, dan peci. “Assalamualaikum !” Ucapnya.

    “Wa’alaikum salam warahmatullah wabarakaatuh” Jawab ustadz Hamdi, sambil menyodorkan tangan kanan nya untuk bersalaman.

    “Pak ustadz, pa…., Lisa ke dalam dulu ya… “ Ucap Lisa

    “Iyaaa… “Ucap pak Guntur dan Ustadz Hamdi bersamaan.

    “Bagaimana kabarnya, pak ? “

    “Alhamdulillah, baik … “

    “Apa yang akan kita bicarakan  malam ini ?” 

    “Ee…., malam ini saya ingin Bapak memperhatikan wudhu dan shalat saya. Saya ingin melaksanakan shalat, pak.”

    “Alhamdulillah…, !” Ucap ustadz Hamdi sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Apa sebelumnya, bapak pernah belajar shalat ?” Selidiknya

    “Dulu…, waktu saya sekolah di STM pernah belajar pada seorang tukang kuli bangunan. Tapi…, setelah lulus saya tidak pernah shalat lagi.“ Jelas pak Guntur.

    “Sampai sekarang … ?” Tanya ustadz Hamdi.

    “Iya…., sampai sekarang.” Jawab pak Guntur

    “Berapa usia bapak sekarang ?”

    “Lima puluh tahun, lewat sedikit.”

    “Berarti …., selama kurang lebih tiga puluh dua tahun bapak tidak pernah shalat ?”

    “Iya…., kecuali shalat idul fitri dan idul adha.”

    “Tapi di bulan Ramadhan, bapak puasa kan ?” 

     “Di depan istri dan anak, saya puasa.” Jawab pak Guntur sambil tersenyum.

    Ustadz Hamdi pun tersenyum, sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Baiklah…., darimana kita mulainya ?” Tanyanya.

    “Sekarang …., saya mau wudhu. Tolong perhatikan wudhu saya, dari awal sampai akhir. ! Kalau ada yang salah tolong nanti dibetulkan !“ Pinta pak Guntur.

    “Baik…..”

    “Mari ikut saya  ke tempat wudhu … !” Ajak pak Guntur sambil berdiri dari tempat duduknya lalu menuju tempat wudhu di samping rumahnya, diikuti oleh ustadz Hamdi.

    Pak Guntur menanggalkan baju, peci dan sarungnya, lalu berwudhu. Sementara ustadz Hamdi memperhatikanya, dan mencatat beberapa hal yang dianggapnya keliru atau kurang sempurna.

    Selesai wudhu pak Guntur mengangkat kedua tanganya sambil mengucapkan : “Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu warosuuluhu.”  Lalu mengusapkan kedua tangan nya ke mukanya.

    “Do’anya yang saya ingat hanya itu, ustadz.” Kata pak Guntur sambil membalikan tubuhnya ke arah ustadz Hamdi

    Tidak apa-apa…., itu sudah cukup. “ Ustadz Hamdi  meyakinkan.

    Bagaimana, Apa ada yang salah dalam wudhu saya barusan ? “ Tanya pak Guntur.

    “Ada tiga hal yang kurang sempurna dalam wudhu bapak, yaitu bagian mencuci hidung, membasuh muka, dan mencuci kedua tangan. “

    “Kalau begitu, tolong contohkan yang seharusnya !”

    “Bagian hidung bukan di colek dengan jari telunjuk dan jempol, tapi menghirup air dari telapak tangan.  Contohnya seperti ini….” Ustadz Hamdi menadangi air dengan telapak tangannya, lalu dihisapnya, kemudian dibuang ke arah sebelah kiri

    “Kalau membasuh muka ?”

    “Untuk membasuh muka, caranya begini ….” Ustadz Hamdi menadangi air dengan kedua telapak tangannya, lalu disiramkan ke mukanya. Diusapnya bagian atasnya, di mulai  dari tempat tumbuhnya rambut, di usapkan ke bagian samping telinganya, lalu diakhiri dengan mengusap dagu dengan kedua tanganya. 

    “Untuk mencuci kedua tangan, bagaimana seharusnya?”  

    “Untuk bagian tangan seperti ini….” Ustadz Hamdi menadangi air dengan kedua telapak tangan kanan nya, lalu disiramkan ke bagian atas tangan nya, dengan cara mengangkat telapak tangan nya ke atas, sementara telapak tangan kirinya mengusap bagian bawah tangan kanan nya dari bawah, mulai dari jari jemari sampai ke sikunya, lalu tangan kirinya dibalikan untuk mengusap bagian atas tanganya. Hal tersebut dilakukan tiga kali. Setelah itu, dia menadangi air dengan telapak tangan kirinya untuk mencuci tangan kirinya, caranya sama seperti saat mencuci tangan kanannya.

    “Kalau begitu,  saya akan mengulangi wudhu saya dari awal lagi… “

    “Silahkan… !”

    Pak Guntur mengulangi wudhunya dari awal, diawasi oleh Ustadz Hamdi, setelah itu dia tutup dengan do’a yang telah dibenarkan oleh ustadz Hamdi.

    “Alhamdulillah, sekarang gerakan wudhu bapak sudah benar, sesuai dengan ilmu yang saya tahu.” Ucap ustadz Hamdi setelah pak Guntur membacakan doa selesai berwudhu.

    “Alhamdulillah…., Mari kita kembali ke dipan !” Ajak pak Guntur.

    Keduanya kembali ke ruang tengah untuk melanjutkan pelajarannya di malam itu.

    “Silahkan diminum airnya, ustadz !” Pak Guntur mempersilahkan setelah keduanya duduk kembali di ruang tamu.

    “Terima kasih !”

    “Katanya, setiap ibadah ada niatnya.” Ucap pak Guntur setelah beberapa saat.

    “Iya, betul… “

    “Terus….., niat wudhu itu kapan ?”

    “Niat wudhu dilakukan ketika membasuh muka.”

    “Bunyi niatnya bagaimana ?”

    “Nawaitul wudhu-a lirof’il hadatsil asghori fardo lillahi ta’ala.” 

    Kening pak Guntur tampak mengkerut mendengar ustadz Hamdi melafalkan niat pakai bahasa Arab. 

    “Bahasa Indonesianya…., niat saya wudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena Allah.” Lanjut ustadz Hamdi

    “Kalau pakai bahasa Indonesianya saja, bagaimana ?”

    “Tidak masalah…”

    “Tolong tunjukan caranya ?”

    “Bapak tadangin air dengan kedua tangan bapak, lalu siramkan air tersebut ke bagian muka bapak. Pas air itu sampai di kepala bapak, disitu bapak ucapkan niat saya wudhu untuk menghilangkan hadats kecil fardhu karena Allah.” Jelas ustadz Hamdi

    “Apakah mengucapkan niat itu tiap basuhan ?” Tanya pak Guntur.

    “Cukup pada basuhan pertama saja.!”

    “Ooh….” Ucap pak Guntur sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Saya paham sekarang….!” Lanjutnya.

    “Alhamdulillah….” Ucap ustadz Hamdi. “Ada lagi yang ingin bapak tanyakan ?” Tanyanya.

    “Saya kira cukup, dan untuk shalatnya saya kira pekan depan saja. Bagaimana ?”

    “Tidak masalah. Tapi…, kalau boleh saya minta, selama sepekan ke depan bapak shalat saja dengan sudah bapak ketahui dari guru bapak.” Pinta ustadz Hamdi

    “Tukang kuli bangunan maksudnya ?” Tanya pak Gintur.

    “Sekalipun tukang kuli bangunan, menurut saya dia itu guru bapak. Dengan keikhlasanya dia berikan ilmunya sama bapak, sehingga sekalipun bapak tidak melaksanakannya dalam waktu yang cukup lama, ilmunya masih tetap melekat pada diri bapak.” Ustadz Hamdi mencoba menjelaskan.

    “Bukan karena kecerdasan saya ?” Tanya pak Guntur sambil tersenyum.

    “Kecerdasan bapak pun mendukung, tapi saya yakin  keikhlasan hati tukang bangunan itu yang menyebabkan melekatnya ilmu yang dia berikan kepada bapak.” Ustadz Hamdi kembali menegaskan.

    “Saya sering mendengar kata ikhlas. Sebenarnya ikhlas itu apa ?” Pak Guntur mulai melebarkan pertanyaanya.

    “Ikhlas itu melakukan sesuatu semata-mata karena Allah, bukan karena ingin mendapatkan pujian, imbalan, atau hal-hal lain yang datangnya  dari manusia.” Papar ustadz Hamdi.

    “Contohnya …. ?”

    “Contohnya begini…” Ustadz Hamdi sedikit berpikir, memutar otaknya agar dia bisa memberikan contoh yang kira-kira bisa diterima oleh pak Guntur. “Suatu ketika bapak naik bis kota, tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang sedang hamil naik. Ibu-ibu itu berdiri disamping tempat duduk bapak. Bapak berdiri, dan persilahkan ibu-ibu itu duduk. Ibu ibu itu pun duduk, tanpa tersenyum, dan tanpa berkata sepatah katapun. Perasaan apa yang ada pada benak bapak saat itu ?” Tanya ustadz Hamdi.

    “Kesal, lah….” 

    “Dalam hati bapak ngedumel, kan ?”

    “Iya, lah… sudah dikasih jasa, terima kasih pun tidak.”

    “Kalau dalam hati bapak ngedumel karena sikap orang itu, itu artinya…., bapak mengharapkan sesuatu dari perbuatan bapak terhadap ibu-ibu itu. Dan itu artinya bapak tidak ikhlas.”

    “Lalu yang dikatakan ikhlas itu yang bagaimana ?” Tanya pak Guntur penasaran.

    “Bapak akan tercatat sebagai orang yang ikhlas jika apa yang bapak lakukan semata-mata tuntutan hati nurani, bahwa sebagai manusia kita harus saling tolong menolong, dan itu adalah perintah Allah. Sehingga apa yang bapak lakukan semata-mata karena Allah.”

    “Terus bagaimana caranya agar kita selalu ikhlas dalam beramal ?”

    “Jangan mengharapkan kebaikan dari orang yang kita beri kebaikan. Berharaplah kepada Allah yang Maha Baik !”

    Mendapatkan keterangan seperti itu pak Guntur mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu berpikir sejenak sambil meresapi ucapan terakhir ustadz Hamdi “Kalau begitu, susah juga untuk jadi orang ikhlas.” Katanya setelah beberapa saat.

    “Tidak ada yang sulit kalau kita terus berjuang dan berlatih.”

    Pak Guntur kembali tertegun atas ucapan ustadz Hamdi. “Terima kasih, atas ilmunya di malam ini.” Ucap pak Guntur sambil menyodorkan tangan kanan dan menyalami ustadz Hamdi

    Ustadz Hamdi pun menerima jabatan tangan pak Guntur, dengan senyuman khasnya. Dalam hati kecilnya dia mengucapkan rasa syukur kepada Allah, karena malam itu dia sudah diberikan kemudahan dalam memberikan arahannya kepada pak Guntur.

     

    Kreator : Baenuri

    Bagikan ke

    Comment Closed: Wudhu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021