Masih kuingat dengan baik, betapa Mama pernah bercerita padaku, saat aku sudah membaringkan badan di pembaringanku dan Mama duduk di tepi tempat tidurku. Mama bercerita bahwa Mama dan Papa memiliki hobi yang berbeda tetapi bisa jadi sumber kegembiraan bersama. Aku senyum-senyum sendiri waktu itu, membayangkan hobi kedua orang tuaku ini.
“Papamu hobinya makan. Kalau Mama, senengnya nonton film bioskop,” begitu kata Mama.
”Hehe, asyik dong Maa. Sesekali bisa nonton dan sesekali bisa ngandhok makan,” timpalku.
Lalu, ingatan itu pun kembali datang. Masa-masa saat Papa dan Mama mengajak kami (aku, mas Eko, dan adek Erry) menikmati kuliner favorit di lokasi-lokasi tertentu. Salah satunya, Soto Ayam Lamongan di Pasar Keputran, tepat di gang belakang Hotel Olympic Urip Sumoharjo. Walau kadang antre dan harus menunggu beberapa saat, kami sabar menunggu demi bisa menikmati nikmatnya Soto Ayam langganan keluarga ini.
Semangkok penuh porsi yang biasa kami pesan. Dengan kuah panas yang memenuhi mangkok dan hiasan irisan tipis daging ayam, bihun juga daun seledri menutupi bagian atas nasi. Plus, koya kerupuk udang yang selalu bikin rasa kuliner favorit kami ini menjadi semakin sedap saja. Betapa aku senang meracik rasa sotoku ini. Kutambah kecap manis sedikit, juga kecap asin, sambal secukupnya, dan tentu saja perasan jeruk nipisnya. Ehm, sungguh nikmat rasanya. Selalu tandas tanpa sisa semua mangkok soto kami. Aku juga masih ingat, Papa pernah juga beberapa kali mengajak kami makan Soto Ayam Lamongan di jalan Simpang Dukuh dekat Hotel Ina Simpang. Soto Ayam Lamongan memang sudah menjadi kuliner terfavorit keluarga deh.
Kuliner langganan kami lainnya adalah Gado-Gado Gelora Pancasila. Biasanya, Papa mengajak kami makan Gado-Gado ini saat dalam perjalanan pulang dari sekolah kami di SDN Trunojoyo II (sekarang bernama SDN dr. Soetomo VI Surabaya). Papa tahu banget, betapa aku juga suka menu enak ini. Papa selalu bilang pada ibu penjual, “Yang ini, bumbunya dibanyakin ya bu.” Yaa, aku memang senang jika bumbu Gado-Gado yang kental itu sampai penuh menutupi permukaan sayur dan lontong serta tahu goreng. Plus menutupi kerupuk udang dan kerupuk melinjo yang bertebaran di bagian paling atas piring. Rasanya nikmat sekali, makan kerupuk yang sudah kena bumbu kacangnya yang delicious ini.
Lain Soto Ayam Lamongan Keputran dan Gado-Gado Gelora Pancasila, lain pula Bakso Taman Surya. Kami juga sering diajak Papa makan Bakso ini. Biasanya, jika kami sedang bersilaturahmi ke rumah Eyang Ondomohen. Maklum, rumah Eyang kan pas di depan Balai Kota Taman Surya. Tepatnya di jalan Walikota Mustajab 74. Bagian barat rumah Eyang, menghadap Gereja Maranatha dan bagian utaranya menghadap ke Taman Surya ini.
Papa pun sukses menularkan kesenangan makan Bakso Taman Surya ini pada kami bertiga. Bukan tanpa alasan. Semata karena rasanya yang memang enak dan khas. Pentol baksonya halus dengan rasa yang krius-krius. Pelengkapnya hanya bihun, tahu, dan gorengan. Enaknya kalau dimakan masih panas-panas lalu dibikin agak pedas dikit. Wah , pilek-pilek yang sudah mau datang menghampiri bakalan pergi menjauh. He he he, inilah obat yang enak lagi manjur namanya. Hm, mantab dah pokoknya!
Ada satu lagi menu favorit kami. Aku masih mengingat Allah di kala malam sepulang kerja, masih menyempatkan menyenangkan kami. Seperti tak mengenal lelah, pulang jelang Maghrib dan setelah sholat Isya sudah berangkat lagi menuju Pasar Pakis. Tidak dengan tangan kosong tetapi enggan membawa sebakul nasi putih.
“Hahhh!!! Emangnya, mau diapain nasinya Paa?” tanyaku padamu saat awal-awal engkau melakukan ritual ini.
Ternyata oh ternyata, sebakul nasi itu engkau bawa ke Pasar Pakis ke tempat langganan Papa yang berjualan Nasi Goreng. Nasi putih sebakul itu akan digoreng sampai siap. Ada campuran rajangan halus kubis dan irisan sedang daging ayam. Sesampai di rumah, langsung kami berlima santap bersama dengan kondisi masih kebul-kebul uap panasnya. Sungguh terasa nikmat makan bareng-bareng dalam kebersamaan yang sederhana ini. Terlebih jika turun hujan setelahnya. kesyahduan saja yang makin mewarnai.
Paa … terima kasih … telah memperhatikan kami dengan caramu yang ora umum tapi indah. Sungguh, menjadi pengalaman bermakna untuk selalu mensyukuri segala karunia yang telah dilimpahkan … kebahagiaan keluarga dalam kesederhanaan.
Kreator : Maryam Damayanti Payapo
Comment Closed: Yang Hobi Makan Itu, Papaku
Sorry, comment are closed for this post.