Cerita Rakyat Bali
(Cerita termasuk kategori legenda)
Kebo Iwa adalah seorang raksasa yang bertubuh besar. Tubuhnya gendut dan doyan makan. Makin hari tubuhnya bertambah besar, makannya banyak sekali. Ia suka membantu penduduk desa membuat rumah, mengangkat batu besar dan membuat sumur. Ia tidak meminta imbalan apa-apa, hanya saja penduduk desa harus menyediakan makanan yang cukup untuknya.
Jika sampai dua hari Kebo Iwa tidak makan maka ia akan marah. Jika marah ia akan mengamuk dan merusak apa saja yang ada di depannya. Tidak peduli rumah atau pura akan dirusaknya. Kebun dan sawah juga akan dirusaknya. Karena tubuhnya yang sangat besar, makannya pun sangat banyak. Porsi makan Kebo Iwa sama seperti menyiapkan makanan seratus orang. Walaupun penduduk desa sudah tidak membutuhkan tenaganya, mereka harus tetap menyediakan makanan untuk Kebo Iwa. Karena jika Kebo Iwa lapar ia akan marah dan menghancurkan apa saja.
Hingga tibalah musim kemarau, semua lumbung padi milik penduduk mulai kosong. Beras dan bahan makanan lain mulai sulit diperoleh. Setelah sekian lama, hujan tidak kunjung datang. Penduduk mulai khawatir keadaan Kebo Iwa. Sebab, jika sampai Kebo Iwa lapar pasti ia akan mengamuk dan menghancurkan semuanya yang dilihatnya.
Benar yang dikhawatirkan penduduk. Suatu hari, Kebo Iwa merasa lapar, tapi makanan belum siap karena persediaan penduduk desa sudah habis. Jangankan untuk Kebo Iwa, untuk mereka sendiri saja sudah tidak ada.
Kebo Iwa pun marah dan mengamuk, ia menghancurkan rumah-rumah milik penduduk desa. Pura sebagai tempat ibadah juga tidak luput dari amukan Kebo Iwa. Penduduk desa melarikan diri ke desa tetangga. Akan tetapi, Kebo Iwa terus mengejar sambil berteriak-teriak, “Mana makanan untukku! Atau kalian semua lebih suka aku hancurkan.!”
Kebo Iwa semakin ganas. Ia tidak hanya menghancurkan bangunan, tetapi juga memakan hewan-hewan ternak milik penduduk desa. Para penduduk pun juga menjadi korban keganasan Kebo Iwa.
Melihat kerusakan yang ditimbulkan oleh Kebo Iwa maka penduduk desa menjadi kesal dan marah. Mereka mengatur siasat untuk membunuh Kebo Iwa. Mereka mengajar berdamai dengan Kebo Iwa. Dengan segala macam cara akhirnya mereka bisa mengumpulkan makanan yang banyak lalu mendekati Kebo Iwa.
Pada saat itu Kebo Iwa baru saja menyantap seekor kerbau. Ia kekenyangan dan berbaring di atas rumput.
“Hai Kebo Iwa….!” tegur Kepala Desa.
“Ada apa? Mau apa kalian mendekatiku?” Tanya Kebo Iwa dengan curiga.
“Sebenarnya kami masih membutuhkan tenagamu. Rumah-rumah dan pura banyak yang kau hancurkan. Bagaimana kalau mau membantu kami membangun kembali. Kami akan menyediakan makanan yang banyak untukmu sehingga kau tidak akan kelaparan lagi.” Kata Kepala Desa.
“Makanan….? Kalian akan menyediakan makanan yang enak untukku?” Mata Kebo Iwa berbinar-binar mendengar kata makanan.
“Aku setuju…aku akan membantu kalian?”
“Tapi kau juga harus membantu kami membuatkan sumur besar, karena kebutuhan air penduduk semakin meningkat.” Ucap Kepala Desa.
“Tidak masalah, aku akan buatkan sumur untuk kalian, yang penting kalian menyiapkan makanan yang lezat untukku.!” Ucap Kebo Iwa
Kebo Iwa sangat senang dan tidak curiga sedikit pun. Esok harinya, Kebo Iwa mulai bekerja. Dengan waktu yang terhitung singkat, beberapa rumah selesai dikerjakan Oleh Kebo Iwa. Sementara itu, penduduk desa mengumpulkan batu kapur dalam jumlah yang sangat banyak. Kebo Iwa merasa bingung mengapa para warga sangat banyak mengumpulkan batu kapur. Padahal kebutuhan batu kapur untuk rumah dan pura sudah cukup.
“Mengapa kalian mengumpulkan batu kapur begitu banyak?” Tanya Kebo Iwa
“Ketahuilah Kebo Iwa. Setelah kamu selesai membuat rumah dan pura milik kami, kami akan membuatkanmu rumah yang besar dan sangat indah,” ucap Kepala Desa.
Kebo Iwa sangat senang mendengarnya. Tidak ada rasa curiga sedikitpun di hatinya. Ia semakin semangat membantu warga, hanya dalam beberapa hari, rumah-rumah dan pura milik penduduk selesai dikerjakan. Pekerjaannya hanya tinggal menggali sumur besar. Pekerjaan itu memakan waktu cukup lama dan memerlukan lebih banyak tenaga. Kebo Iwa menggunakan kedua tangannya yang besar dan kuat untuk menggali tanah sampai dalam. Semakin hari lubang yang dibuatnya semakin dalam. Tubuh Kebo Iwa pun semakin turun ke bawah. Tumpukan tanah bekas galian yang berada di mulut lubang pun semakin menggunung. Karena kelelahan, Kebo Iwa berhenti untuk beristirahat dan maka. Ia makan sangat banyak dan sangat lahap karena ia habis bekerja. Karena kelelahan dan kekenyangan setelah makan ia mengantuk, ia pun tertidur dengan mengeluarkan suara dengkuran yang sangat besar.
Suara dengkuran Kebo Iwa terdengar oleh para penduduk yang sedang berada di atas sumur. Akhirnya, para penduduk segera berkumpul di tempat lubang sumur tersebut. Mereka melihat Kebo Iwa sedang tertidur pulas di dalamnya. Pada saat itulah Kepala Desa memimpin warganya untuk melemparkan batu kapur yang sudah mereka siapkan sebelumnya kedalam sumur. Karena tertidur lelap, Kebo Iwa tidak menyadari dirinya dalam bahasa.
Ketika air di dalam sumur yang bercampur kapur sudah mulai meluap dan menyumbat hidung Kebo Iwa, barulah raksasa itu sadar. Namun, lemparan batu kapur dari para warga semakin banyak, Kebo Iwa tidak dapat berbuat apa-apa. Meskipun memiliki badan yang sangat besar dan tenaga yang sangat kuat, ia tidak mampu melarikan diri dari tumpukan batu kapur dan air sumur yang kemudian menguburnya hidup-hidup. Kebo Iwa menggelepar-gelepar selama beberapa saat, gerakannya menimbulkan gempa sesaat tapi kemudian reda dan diam. Akhirnya Kebo Iwa tewas terkubur di dalam sumur itu.
Sementara itu air sumur semakin lama semakin meluap. Air sumur itu membanjiri desa dan membentuk danau. Dan Danau itu kini dikenal dengan nama Danau Batur, sedangkan timbunan tanah yang cukup tinggi itu membentuk bukit menjadi sebuah gunung dan sekarang dikenal dengan Gunung Batur.
Pesan dan pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah jangan mengikut hawa nafsu, karena hawa nafsu selalu membawa kepada keburukan dan kebinasaan. Sekian terimakasih semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah ini.
Kreator : Nadya Putri
Comment Closed: Asal Mula Danau Batur
Sorry, comment are closed for this post.