Sandra sedang rebahan di tempat tidurnya, scrolling media sosial tanpa henti. Samuel, kakaknya, datang menyambangi kamarnya dan menyapa.
“Hai, sibuk apa tuh?”
Tanpa menoleh, Sandra menjawab,”Lagi scrolling nih. Lihat deh, ada berita terbaru tentang seleb favoritku.”
“Eh, tapi kamu gak capek apa tiap hari lihat handphone terus? Coba deh keluar, main ke taman atau ngobrol sama orang tua. Tuh, kucing, kasih makan! Kamu yang minta, malah aku yang mengurus. Kita udah susah payah nyarinya, Dek, harus keliling seluruh penjuru Bandung. Tanggung jawab dong, Dek. Urus tuh kucing!”Samuel menekannya.
“Ah, gak seru, Kak. Lebih seru liat dunia online daripada dunia nyata. Irit modal!”
Untung saja Samuel termasuk kakak yang dewasa, jadi dia cukup mampu mengendalikan emosi menghadapi sikap membantah adiknya. Ia mencoba bicara sambil mengambil posisi di sudut ranjang,”Interaksi langsung itu lebih berbobot, Dek, lebih bermakna, lebih berisi. Kamu gak kangen sama keluarga dan teman-teman nongkrong kamu? Kamu bisa kontak mereka buat ngumpul di sini kan?”
“Kakak gak ngerti. Mereka pasti sedang sibuk online juga kok di medsos,”kilah Sandra.
Samuel menghela nafas,”Baiklah kalau begitu. Tapi hati-hati ya, Dra. Kalo kelamaan begini, kamu bisa kesambet FOMO loh,” Samuel baru saja akan beranjak pergi ke luar kamar dengan ekspresi sedikit kecewa ketika Sandra bertanya penasaran,“FOMO? Apaan tuh, Kak?”
“Fear of Missing Out,”
“Apaan tuh?”
“Ketakutan ketinggalan momen seru di dunia nyata gara-gara sibuk di medsos,”jawab Sam tegas sembari ke luar dan pergi.
“Ah, masa sih? Aku gak bakal kayak gitu kok,”balas Sandra dalam hati sambil melanjutkan scrollingnya.
Beberapa hari kemudian, di kamarnya Sandra lagi-lagi sedang asyik scrolling media sosial, dan tiba-tiba tampak mengalami mood swing tak lama setelah melihat siaran langsung teman-temannya sedang mukbang ASMR di taman perumahan dekat rumah. Akibat video siaran langsung itu Sandra langsung merasa kecewa, dan iri bercampur marah. Ujarnya,”Astaga, mereka kok begitu sih? Gak ngajak-ngajak aku? Sialan mereka. Aku sama sekali udah gak dianggap.”
Melihat tayangan itu, Sandra segera menutup handphonenya dengan kesal dan pergi keluar kamar, berniat menemui Bu Novi, mamanya, yang sedang membaca novel di ruang tamu.
“Ma, aku sedih. Teman-temanku lagi ngumpul gak ngajak-ngajak aku. Mereka pengkhianat, Ma,”Sandra mengeluhkan kemarahannya.
“Lho, ada apa, Sayang? Kan kamu bisa ajak mereka main bareng di sini. Telepon saja mereka,”Bu Novi merespon memberi solusi.
“Gak ah, gak berani, Ma. Mereka pasti gak mau. Lagian, mereka lagi sibuk banget ngonten’kan?”
“Nah,’kan? Betulkan kejadian juga kan?”respon mamanya, lanjutnya,”Itu dia. Kalo kamu terus-terusan main medsos, kamu gak bakal punya waktu buat ngobrol dan main sama teman-temanmu secara langsung. Coba deh kurangi main gadgetnya, dan ajak teman-temanmu main ke luar.”
Ternyata Sandra luluh di hadapan ibunya, ia menjawab,”Iya, Bu. Aku coba.”
Keesokan harinya, Sandra memutuskan untuk tidak membawa handphone ke sekolah. Awalnya, dia merasa cemas dan was-was, tapi lama-kelamaan, dia mulai menikmati suasana interaksi langsung dengan teman-temannya. Mereka bermain, bercanda, dan saling bercerita. Sandra merasa senang dan bahagia, dalam hatinya ia berkata,”Kakak dan Mama ternyata benar. Bermain bersama teman-teman secara langsung itu jauh lebih seru daripada main di media sosial.”
Sejak hari itu, Sandra mulai mengurangi kecanduan medsosnya. Dia lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-temannya secara real di dunia nyata. Handphone hanya digunakannya untuk membuka pesan-pesan penting dan untuk menggali informasi-informasi yang benar-benar penting. Dia tak lagi menggunakan itu untuk kesenangan semata. Sekarang Sandra merasa lebih bahagia dan bebas dari FOMO. Dia menjadi lebih berguna, tak hanya buat dirinya, kakak, ibu dan ayahnya, bahkan kucing-kucingnya juga. Mereka tak ada yang terlantar lagi.
Pesan Moral:
Kecanduan media sosial dan FOMO (Fear of Missing Out) bagaikan racun manis yang perlahan menggerogoti kehidupan. Alih-alih menghubungkan, media sosial justru menjerumuskan kita ke dalam jurang kecemasan, perbandingan sosial yang tak sehat, dan rasa kehilangan yang tak berdasar, yang terwujud dalam berbagai bentuk, di antaranya:
- Kesehatan mental terganggu: Kecemasan, depresi, stres, dan insomnia menjadi teman setia bagi para pecandu media sosial;
- Produktivitas menurun: Terlalu fokus pada dunia maya membuat kita lupa dengan dunia nyata, menghambat pekerjaan, dan mengorbankan waktu berharga bersama orang terkasih;
- Hubungan sosial renggang: Interaksi tatap muka yang minim akibat terpaku pada layar gadget memicu kesalahpahaman dan renggangnya hubungan dengan orang-orang di sekitar;
- Kehilangan jati diri: Terlalu terobsesi dengan citra diri di media sosial membuat kita lupa dengan siapa diri kita sebenarnya, kehilangan rasa percaya diri dan terjebak dalam pencitraan diri yang semu.
Memutuskan rantai kecanduan media sosial dan FOMO memang tak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:
- Batasi waktu penggunaan media sosial: Tetapkan aturan tegas untuk diri sendiri, seperti hanya 30 menit per hari atau hanya boleh mengakses media sosial di jam-jam tertentu.
- Gunakan media sosial secara bijak: Pilihlah konten yang positif dan bermanfaat, hindari mengikuti akun yang memicu kecemburuan atau perbandingan sosial;
- Beralih ke aktivitas lain: Isi waktu luang Anda dengan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti berolahraga, membaca buku, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman;
- Berinteraksi secara langsung: Luangkan waktu untuk berbincang-bincang, bersosialisasi, dan membangun hubungan yang nyata dengan orang-orang di sekitar Anda;
- Bersyukur atas apa yang dimiliki: Fokuslah pada hal-hal positif dalam hidup Anda, alih-alih membandingkan diri dengan orang lain di media sosial;
- Cari bantuan profesional: Jika Anda merasa kesulitan untuk mengendalikan kecanduan media sosial, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau terapis.
Ingat, kebahagiaan sejati tidak ditemukan di layar gadget, melainkan dalam interaksi nyata, dalam koneksi yang bermakna dengan orang-orang di sekitar Anda.
Mari ciptakan kehidupan yang lebih seimbang, bebas dari kecanduan media sosial dan FOMO, dan penuh dengan momen indah yang tak tergantikan di dunia nyata!
Kreator : Adwanthi
Comment Closed: CANDU MEDSOS
Sorry, comment are closed for this post.