KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » CELOTEH BOCIL

    CELOTEH BOCIL

    BY 03 Sep 2025 Dilihat: 8 kali
    CELOTEH BOCIL_alineaku

    Pagi itu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas Kelompok Bermain baru memasuki minggu pertama dalam hitungan pemberian materi pada kurikulum semester ganjil ini.

    Alhamdulillah, suasana kelas cukup kondusif. Berbeda dengan hari kemarin yang masih menyisakan PR buat bu guru untuk mengajak murid-muridnya bisa mandiri. 

    Kelompok yang masuk hari kemarin masih ada yang cengeng dan terlalu manja. Ditambah lagi neneknya yang gabut kurang kerjaan terlalu memanjakan cucu satu-satunya. Sehingga cucunya yang memang sudah manja tidak bisa segera lepas dan mau ditinggal pulang oleh neneknya. Cucunya yang dari rumah tidak pernah dibiasakan berinteraksi dengan tetangga atau teman-teman seumurannya masih merasa canggung dan takut kehilangan neneknya. Setiap bergerak panggil nenek sambil nangis. Setiap berbicara diikuti dengan nangis dan panggil nenek.

    Neneknya pun demikian terlalu memanjakannya dan tidak tega untuk meninggalkannya barang sebentar. Cucunya yang diam didatanginya. Cucunya yang duduk diam tidak mencarinya didekatinya dan dipeluknya serta diusap-usap badannya. Sehingga cucunya pun sangat tergantung dengan neneknya.

    Bagaimana mau segera bisa mandiri, setiap gerakan apapun dilayani neneknya. Misalnya mengusap ingus yang seharusnya tisu diberikan kepada cucunya dan dilatih anaknya berusaha sendiri semampunya untuk mengusap ingusnya sendiri malah neneknya yang selalu mengusapnya. Mengusap air mata yang seharusnya tisu diberikan kepada cucunya untuk belajar mengusap air mata sendiri dan belajar mengatasi kepentingan diri sendiri malah selalu diucapkan. Sehingga tidak ada kesempatan cucunya untuk belajar. Tangannya tidak dilatih untuk rajin dan terampil. Sehingga anak semakin manja dan tidak segera mandiri, lepas dari orangtua. 

    Keadaan yang demikian mempengaruhi ketertiban dalam kelas dan kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Padahal sang nenek gabut sudah diingatkan dan ditegur oleh gurunya, namun ketidakrelaan meninggalkan cucunya membuat cucunya semakin ngalem alias cengeng.

    Namun, pada hari ini berbeda dengan keadaan hari kemarin ketika cucu si nenek gabut ada jadwal masuk sekolah. Berkat tidak ada nenek gabut dalam kelompok hari ini keadaan kelas menjadi tenang dan kegiatan belajar mengajar menjadi kondusif dan berjalan lancar.

    Semua anak yang termasuk dalam kelompok ini tidak ada satupun yang ditunggui neneknya ataupun pengasuhnya. Anak-anak ini semua sudah dilepas dan direlakan belajar dan bermain bersama bu guru. Nanti sewaktu jadwal pulang sekolah semua anak ini dijemput oleh orang tua atau nenek masing-masing. Tidak berarti mereka tidak punya nenek. Mereka semua punya nenek juga, tetapi nenek mereka tidak ada yang gabut.

    Pada saat komunikasi dan tanya jawab guru dengan murid pada kelompok yang tergolong sudah mandiri ini berjalan seru dan interaktif. Komunikasi dua arah sudah bisa tercapai.

    Ketika ibu guru membawa foto seorang tokoh pendiri persyarikatan Muhammadiyah yang sudah tampak berusia lanjut seorang anak yang cukup bagus vokalnya langsung bertanya kepada gurunya. 

    “Bu guru, itu fotonya mbah kakung ya?” tanyanya sambil mengambil gambar yang sedang dipegang bu guru. 

    “Iya itu fotonya mbah kakung. Kamu tahukah siapa nama mbah kakung itu?” jawab bu guru kembali bertanya. 

    “Aku gak tahu namanya, Bu.” Jawab si Darren anak yang cukup bagus vokalnya.

    Bu guru segera memberi beberapa penjelasan untuk mengenalkan tokoh tersebut. Sesuai dengan rencana materi hari itu adalah mengenal tokoh pendiri Muhammadiyah.

    “Mbah kakung ini namanya Kyai Haji Ahmad Dahlan. Coba anak-anak sebutkan ulang. Siapa namanya mbah kakung ini? ayo tirukan ucapan bu guru ya, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Tirukan per-kata coba. Kyai, Haji, Ahmad, Dahlan.” Bu guru mengeja nama dan mengajak murid-muridnya untuk menirukan dan kembali menyebutkan namanya.

    Seorang murid perempuan yang mungil dan sudah mandiri bernama Zizi celetuk bertanya kepada gurunya. “Bu guru, sekarang mbah kakung itu kerja ya?” tanyanya sambil mendongak ke arah bu guru penuh harap.

    “Ini mbah kakung Kyai Haji Ahmad Dahlan sudah meninggal dunia. Sudah tidak bekerja lagi.” jawab bu guru sambil memandang Zizi yang komunikatif itu.

    Mendengar jawaban guru si Darren tidak mau kalah aktifnya. Dengan suaranya yang keras dan lantang tiba-tiba dia bertanya kepada gurunya. “Bu, kuburannya di mana?” tanya si Darren dengan serius. 

    Mendengar pertanyaan Darren yang tak terduga, bu guru tersenyum dan segera menjawabnya. “Kuburannya di Yogyakarta.” Jawab bu guru singkat.

    “Wuiihh jauhnyaaaa.” Sahut si Darren dengan mata membelalak seolah kaget dengan apa yang didengarnya.

    “Wow, kok tahu kalau jauh. Memangnya mas Darren sudah pernah ke Yogyakarta?” respon bu guru.

    “Ya tahu lah. Aku kan sudah ke Jakarta.” Jawab Darren yang disambut tawa ringan oleh bu guru dan teman-temannya.

     

     

    Kreator : Endah Suryani

    Bagikan ke

    Comment Closed: CELOTEH BOCIL

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021