KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Cinta di Era Digital: Antara Likes dan Realita

    Cinta di Era Digital: Antara Likes dan Realita

    BY 06 Jul 2024 Dilihat: 58 kali
    Cinta di Era Digital_alineaku

    Di era digital ini, media sosial bagaikan jendela dunia yang penuh warna. Di sana, kita disuguhkan dengan berbagai momen indah, termasuk kisah cinta yang tampak sempurna. Namun, di balik layar, terdapat realita yang mungkin berbeda jauh dari apa yang kita lihat.

    Bagi Gen Z yang tumbuh besar bersama media sosial, paparan terhadap gambaran idealis hubungan ini dapat menimbulkan ekspektasi yang tidak realistis. Hal ini dapat berakibat pada rasa kecewa dan frustasi ketika realita hubungan mereka tidak sesuai dengan ekspektasi.

    Dikisahkan dua orang Gen Z, Rara dan Bayu, di sebuah kafe kekinian di bilangan Jakarta Selatan. Rara dan Bayu sedang duduk santai, menikmati kopi, tampak sedang terlibat perbincangan serius.

    Seraya menghela napas, Rara mengeluh,”Duh, Bay, aku bingung banget deh sama hubungan zaman sekarang. Kayak semua orang di media sosial tuh punya gaya pacaran yang sempurna, ya? Liburan ke Bali mulu, makan di restoran fancy, selalu romantis-romantisan gitu. Scroll timeline tuh bikin bete banget. Liburan romantis, dinner di tempat instagramable, pokoknya sweet banget deh.”

    Bima, pasangannya, sambil tersenyum menimpali,”Ya wajar aja, Ra. Orang kan di media sosial pengen nunjukin sisi terbaik mereka. Nggak ada yang mau nge-share momen jeleknya. Maklum lah, media sosial itu kan panggung untuk pamerin kebahagiaan. Orang-orang tuh biasanya posting momen terbaiknya aja.”

    “Iya sih, tapi lama-lama jadi bikin insecure. Aku tuh sering ngerasa hubungan kita nggak sekeren hubungan orang lain.”

    “Nah, itu dia yang bahaya. Media sosial tuh gak ngasih gambaran yang utuh tentang hubungan. Kita gak pernah tahu apa yang terjadi di balik layar. Yang kita lihat cuma momen-momen indahnya aja. Hei, Ra, yang namanya hubungan itu nggak harus selalu Instagramable lho. Yang penting realistis dan cara yang kita pilih buat bisa saling ngerasa bareng-bareng. Ingat, cinta itu bukan tentang likes dan komentar. Kamu jangan banding-bandingin hubungan kita sama orang lain. Setiap hubungan itu unik dan punya tantangannya sendiri. Yang penting kita sama-sama bahagia dan nyaman.”

    Rara membalas,”Hmm, iya sih. Iya. Aku jadi gampang terjebak dalam perbandingan sosial. Aku lupa bersyukur atas apa yang aku punya. Tapi aku tuh kadang suka tergoda buat pamer kemesraan di media sosial juga.”

    “Inget Ra, apa yang kamu lihat di media sosial itu belum tentu realita. Banyak orang yang sengaja nge-filter kehidupan mereka supaya terlihat sempurna. Di balik foto-foto indah itu, siapa tahu ada banyak masalah yang mereka sembunyikan. Menurut aku nih, yang paling penting adalah komunikasi yang terbuka dan jujur di antara kita. Kita berdua perlu bicara tentang ekspektasi dan kekhawatiran masing-masing. Kayak begini. Jangan sampai media sosial yang ngatur, ambil alih hubungan kita. Coba deh kita ubah mindsetnya. Alih-alih pamer, gimana kalau kita fokus buat ngebangun hubungan yang autentik dan bermakna? Saling terbuka dan jujur, saling support, dan saling terima kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Bikin proyek yang berguna gimana gitu, yang orang lain gak bisa bayangin. Yang baik baik lho ya?”

    Rara bersemangat menjawab,”Wah, ide bagus tuh! Terus gimana caranya?”

    Bima menyampaikan gagasannya,”Kita bisa mulai dengan ngobrolin apa aja, tanpa filter. Ceritain apa saja yang lagi kamu rasakan, apa yang kamu suka dan nggak suka dari aku. Aku pun sama. Kita juga bisa bikin quality time bareng, ngelakuin hal-hal yang kita sukai tanpa harus pamer ke media sosial, tapi kita sendiri udah seru gitu lho.”

    “Wah, aku suka nih! Kayak lebih menantang dan berkesan ya daripada sekedar pamer kemesraan di media sosial,”ujar Rara menyimpulkan.

    “Tepat banget! Lagian, kebahagiaan yang hakiki itu nggak datang dari validasi orang lain, Ra. Tapi dari rasa nyaman, aman, dan bahagia saat kita jalan bareng sama orang yang kita sayang.”

    “Makasih ya, Bim, udah ngingetin aku. Aku jadi lebih semangat nih buat ngebangun hubungan yang lebih baik sama kamu. Yang lebih berkualitas.”

    “Sama-sama, Ra. Kita sama-sama belajar ya, untuk mencintai dengan cara yang realistis dan lebih bermakna. Deal! Let’s make some real memories, not just social media stories.”

    Rara dan Bima pun tersenyum dan saling berjabat tangan.

     

    Pesan Moral:

     

    Fokuslah pada membangun hubungan yang autentik dan bermakna dengan pasangan. Kenali dan berhenti mengusung ekspektasi tidak realistis sebab dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Sikap kritis terhadap pasangan dengan selalu mencari kekurangan dan ketidaksempurnaan akan menyebabkan pertengkaran, kesalahpahaman, hingga memicu putusnya hubungan. Hargai momen-momen indah yang diciptakan bersama.

    Mereka yang berusaha keras mempertahankan citra ideal di media sosial cenderung merasa cemas dan rentan merasa tidak aman dalam menjalani hubungan personal mereka sendiri. 

    Sangatlah penting untuk memahami bahwa apa yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kondisi sesungguhnya. Hubungan yang sehat memiliki situasi pasang surut, tidak selalu penuh dengan momen-momen indah. Alih-alih terpaku pada ekspektasi yang tidak realistis, fokuslah pada upaya membangun hubungan yang autentik dan bermakna melalui sikap saling terbuka dan jujur, saling mendukung, serta saling menghargai kekurangan dan kelebihan satu sama lain.

    Batasi waktu penggunaan media sosial sebab terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial dapat memperburuk efek negatifnya terhadap kesehatan mental dan hubungan Anda. 

    Fokuslah pada kualitas suatu hubungan, bukan pada sisi kuantitas, sebab jumlah likes and comments sama sekali tidak mencerminkan kebahagiaan suatu hubungan. Berkomunikasilah dengan pasangan, bicarakan hal-hal terkait ekspektasi sekaligus kekhawatiran Anda dengan pasangan. Syukuri apa yang Anda miliki dengan mencintai pasangan Anda apa adanya.

    Media sosial memang alat yang bermanfaat untuk terhubung dengan orang lain dan berbagi momen spesial. Namun, penting untuk menggunakannya secara bijak dan tidak membiarkannya mengendalikan ekspektasi serta kebahagiaan Anda dalam hubungan. 

    Cinta sejati tidak butuh filter. Media sosial seringkali menampilkan gambaran cinta yang idealis dan dibesar-besarkan, yang dapat menimbulkan ekspektasi tidak realistis hingga rasa kecewa. Penting untuk diingat bahwa cinta sejati tidak membutuhkan validasi dari orang lain dan tidak selalu terlihat sempurna di media sosial.

    Komunikasi terbuka dan kejujuran adalah kunci hubungan yang sehat. Komunikasikan kepada pasangan tentang ekspektasi, kekhawatiran, dan perasaan Anda. Sebaliknya, dengarkan dengan seksama dan upayakan memahami sudut pandang pasangan. 

    Hubungan yang sehat dibangun atas dasar sikap saling mendukung dan menghargai. Dukunglah pasangan Anda dalam mencapai mimpi dan tujuan mereka, dan hargailah apapun yang mereka bawa ke dalam hubungan. 

    Syukuri semua yang Anda miliki, alih-alih membandingkan hubungan Anda dengan orang lain di media sosial, fokuslah pada hal-hal positif dalam hubungan Anda sendiri. Bersyukurlah atas momen-momen indah yang Anda bagikan bersama pasangan dan hargai cinta yang Anda miliki.

    Jangan terjebak dalam FOMO (Fear of Missing Out). Media sosial dapat membuat Anda merasa seakan telah melewatkan banyak hal menyenangkan. Ingatlah bahwa apa yang Anda lihat di media sosial hanyalah sebagian kecil dari kehidupan orang lain. 

    Fokuslah pada kebahagiaan Anda sendiri dan jangan bandingkan diri Anda dengan orang lain. Gunakan media sosial secara bijak, jangan membiarkannya mengendalikan hidup Anda. Media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat agar kita tetap terhubung dengan teman dan keluarga, sekaligus menjadi alat untuk mempelajari hal-hal baru maka penting untuk menggunakannya secara bijak. Bangunlah kepercayaan diri. Jangan biarkan ekspektasi tidak realistis di media sosial membuat Anda merasa insecure. Percayalah pada diri sendiri dan hargai diri Anda apa adanya.

    Carilah kebahagiaan dari dalam diri Anda sebab kebahagiaan sejati tidak datang dari orang lain atau dari likes and comments di media sosial. Carilah kebahagiaan dari dalam diri Anda sendiri melalui melakukan hal-hal positif yang membuat Anda senang. Luangkan waktu berkualitas bersama pasangan Anda tanpa gangguan dari gadget. Lakukan aktivitas bersama yang Anda sukai. Berikan pujian dan penghargaan kepada pasangan Anda. Maafkan satu sama lain ketika terjadi kesalahan. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika Anda membutuhkannya. 

    Ingatlah, cinta sejati membutuhkan usaha dan dedikasi. Dengan menerapkan pesan-pesan dari kisah tadi, Anda dapat membangun hubungan yang kuat dan langgeng dengan pasangan Anda di era digital ini.

     

     

    Kreator : Adwanthi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Cinta di Era Digital: Antara Likes dan Realita

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021