KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Hai Lai

    Hai Lai

    BY 22 Jun 2024 Dilihat: 279 kali
    Hai Lai_alineaku

    Martabak itu seolah terus menggodaku. Harum aromanya, dan tampak krispi permukaan kulitnya. Penjualnya menatapku, tau aja dia apa yang kumau. Aku berhenti di depannya, menatap tajam martabak itu, mau ku ambil terus ku emplok kue yang empuk dan manis itu. Lalu aku merajuk ke bapakku. “Pak, beli martabak ya!” pintaku, sambil menggoyangkan tangan kanan bapak. Bapakku terdiam, lalu menggeleng. Tangannya menarikku untuk kembali berjalan. 

     

    Setelah berjalan sekitar 10 meter, bapakku berkata,”besok lagi ya, kita beli martabak, Saat ini duit bapak ga cukup,”  ujarnya, terdengar samar tersapu angin.

     

    Aku menapak di sisi bapak. Aku diam saja. Mosok 50 rupiah saja ga ada uang sih pak, batinku meronta (tahun 1974, martabak masih seharga itu). Aku ikuti bapak meneruskan perjalanan. Hatiku terasa teriris, sedih dan dongkol tak keturutan makan martabak. Martabak pun terlewat. Entah kapan aku keturutan makan martabak. Setelah bapak gajian, mungkin. 

     

    Aku terus melangkah mengikuti bapak menyusuri rel kereta api. Dari Pademangan Barat menuju Ancol, berjarak sekitar 3 kilometer. Kami melewati bebatuan kecil di antara dua jalur rel. Terasa geli di telapak kaki, walaupun aku memakai sepatu. Sepatunya tipis sih, bukan sepatu mahal seperti pilihan anak-anak sekarang. Kadang aku melompati kotoran kering  yang menempel di bebatuan. Sedang di kanan kiri rel, adalah permukiman padat. Lahan yang kosong berupa rawa atau empang, dimana anak-anak memancing ikan kecil-kecil di situ. 

     

    Seringkali aku ‘klayu’ memaksa ikut bapak ke tempat kerja. Walaupun tidak diperbolehkan karyawan membawa anak ke tempat kerja, namun Bapakku ga bisa mengelak. Aku ngamuk kalau tidak diperbolehkan ikut. Toh bos-nya bapak sangat baik. Dia memperbolehkan bapak membawaku ke tempat kerja. Saat itu aku masih kelas 1 SD, tidak pernah mau masuk sekolah, maunya ikut bapak bekerja. 

    Bapakku bekerja di salah satu tempat hiburan yang berlokasi di kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol. Gedung tempat bapak bekerja ini tampak dari jembatan yang melintasi sungai antara Jalan RE Martadinata dengan Kawasan Ancol. Air sungai ini keruh sekali. Masuk ke lingkungan gedung ini, aku disambut oleh beberapa pucuk pohon nyiur yang melambai tertiup angin pantai. 

     

    Di Hailai, inilah tempat  kerja bapakku.  Bapakku bekerja sebagai kepala taman, istilah kerennya: captain gardening. Ia bertugas mengkoordinir para juru taman, yang setiap hari menata taman, memelihara tanaman, dan mengatur agar selalu rapi, bersih, dan asri. 

     

    Salah satu pekerjaan bapak yang aku suka mengikutinya dari belakangnya adalah memotong rumput dengan menggunakan mesin pemotong rumput. Alat ini seperti alat pembasmi hama yang digunakan para petani di Jawa. Ada mesin  kecil yang digendong di punggung bersuara berisik. Tangan bapak memegang besi panjang seperti belalai gajah. Dan di ujung belalai itu terpasang pisau berbentuk lingkaran. Mesin menggerakkan pisau ini sehingga berputar cepat, weer …weer..weer, memangkas rumput-rumput liar menjadi rapi, seperti lelaki yang barusan cukur. 

     

    Aku mengintip dari belakang punggung bapak. Kuhirup aroma daun-daun rumput yang terpotong..woo segar sekali seolah membangkitkan semangat untuk melakoni hari itu dengan penuh suka cita dan kerja keras. Selain memotong dan merapikan rumput bapak juga merawat tanaman-tanaman hias yang tumbuh di pot-pot bunga yang besar dan bermotif keren. Pot-pot Bunga itu diletakkan di sudut-sudut gedung, sebagai penghias ruangan dan penyegar pandangan para pengunjung. 

     

    Pada setiap pukul 10, semua pekerja beristirahat. Bapak dan teman-teman pekerja mendapat semangkok bubur kacang hijau dan segelas susu. Jatah bapak sering diberikan ke aku. Dan aku menyantapnya dengan riang gembira. Setengah jam beristirahat  bapak dan para pekerja melanjutkan pekerjaan masing-masing, mengatur dan memelihara tanaman hias di seluruh area gedung.

     

    Di saat bapak bekerja, kadang aku bermain sendiri. Berkeliling area sekitar gedung. Di bagian belakang, ada seekor kera kecil bertengger di pagar tembok. Lehernya terikat ke satu tiang. Seringkali aku menggoda kera itu dengan melemparinya dengan beberapa butir kacang. Monyet itu menangkapnya dengan sigap, lalu meringis sambil menguliti kacang itu. Puas menggoda monyet aku blusukan ke dalam gedung. Melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. 

     

    Saat ini gedung Hailai sudah tidak ada lagi. Bangunan itu terbakar saat pembongkaran gedung pada 2022, lalu. Aku mempunyai kenangan akan gedung itu. Maka aku telusuri, mencoba mencari informasi mengenai gedung Hailai itu apa dan ada apa di dalamnya? 

     

    Maka aku temukan sebuah artikel di Kompas.com, yang tayang pada 19 Oktober 2022. Dari isi artikel itu, aku jadi tahu bahwa di dalam gedung itu terdapat hall yang luas, dan tempat bermain bowling, serta tribun penonton. Yang ini aku pernah melihatnya waktu sering bersama  bapak ke situ pada tahun 1975-an. Dari artikel itu juga, terungkap data bahwa gedung Hailai berdiri di atas tanah seluas 5 hektar, dan dibangun pada 1970 oleh pelaksana proyek PT Philindo Sporting Amusement and Tourism Corporation, yang merupakan kerjasama antara PT Pembangunan Jaya Ancol dengan Hong Kong Seven Seas Finance and Trade Corporation Manila.

     

    Dijelaskan juga bahwa Hailai merupakan salah satu tempat perjudian yang diijinkan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, selain kasino, pacuan kuda di pulomas, dan pacuan anjing (canidrome) di Senayan. Hailai, dari kata jai alai yang merupakan bahasa Bosque di Spanyol.

    Direktur Proyek Ancol Ir. Ciputra menjelaskan, gelanggang olah raga Hailai dibangun dengan kapasitas 5000 penonton duduk, dan 1000 penonton berdiri. Di dalamnya terdapat kelab malam dan cafetaria. 

     

    Permainan Hailai dilaksanakan pada malam hari. Aku tak pernah melihatnya, jadi tidak mempunyai bayangan seperti apa keramaiannya. Namun pada waktu siang hari, aku sering melihat para pemain berlatih. Aku terpana menyaksikan permainan yang mirip dengan Squash itu. Dua pemain yang saling berlawanan melontarkan bola yang dinamakan pelota ke dinding gelanggang atau fronton. Fronton terdiri dari tiga dinding, yaki dinding belakang, samping dan depan. Tribun penonton terletak di satu sisi yang dibatasi dengan tembok strimin yang tinggi. Bola yang dilemparkan itu berbentuk seperti bola golf. Bapakku sering membawa pulang bola-bola seperti itu, dan aku jadikan alat permainan seperti bola bekel. 

     

    Pelota  yang dilontarkan ke dinding lalu memantul, harus ditangkap pemain lawan dengan raket khusus yang terbuat dari anyaman rotan berbentuk seperti paruh burung. Setelah tertangkap, pemain melontarkan kembali pelota ke dinding dengan sekuatnya agar lawan tidak dapat menangkap pelota itu. Sebelum tertangkap raket khusus, pelota boleh memantul di lantai sekali saja. 

     

    Daya tarik permainan ini dapat dilihat pada kegesitan para pemain. Bagaimana pemain dengan gerakan super cepat melontarkan bola itu, dengan tipu muslihat sehingga tidak dapat diterima kembali oleh lawan. Terkecohlah lawan itu. Tubuh pemain yang meliuk indah saat menangkap dan mengayunkan pelota itu sungguh sangat memikat. 

     

    Pada suatu siang saat aku menonton pemain berlatih seorang lelaki mendatangiku. Dia meminta tolong ke aku untuk membeli kartu-kartu. Oo, kemudian aku tahu, itu adalah kartu-kartu taruhan, dengan menebak siapa juara pertama dan kedua dari pertandingan hari itu. 

     

    Ya,aku tidak paham apa maksud lelaki itu, karena dia menyuruhku dengan menggunakan bahasa Inggris. Menurut bapakku, di situ banyak sekali orang dari Spanyol dan Filipina. Dan benarlah, di Kompas.com disebutkan, karena permainan Hailai masih baru bagi publik Jakarta, para pemain hailai didatangkan dari Spanyol dan Filipina, dimana di kedua negara itu permainan hailai sudah sangat dikenal dan banyak kaum lelaki yang lihai memainkan permainan ini. Dan aku sangat bangga manakala bapakku pulang ke Jogja membawakan aku satu buah raket dari rotan itu dan beberapa bola golf. Tapi raket khusus itu terlalu besar sehingga tanganku terlalu kecil di dalamnya. Raket itu sering diayun ayun saja, sedangkan bola golf aku mainkan seperti main bola bekel.  

     

    Bapak bekerja di Hailai dari tahun 1970-an hingga 1980. Hailai ditutup, seiring dengan larangan judi oleh pemerintah. Semua karyawan di PHK, termasuk bapakku. Bapakku mendapatkan pesangon yang dipergunakan untuk membangun rumah di Jogja. Dengan tidak berakhirnya pekerjaan di Hailai, berakhir pula kunjunganku ke sana. Namun jika sekarang aku masuk ke Kawasan Ancol, melewati bekas gedung Hailai, aku masih melihat peninggalan atau karya bapakku. Di sana tumbuh banyak pohon kelapa gading, dan sebagian dari pohon nyiur itu bapakku yang menanamnya, waktu itu.

     

    Kreator : Breska

    Bagikan ke

    Comment Closed: Hai Lai

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021