KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Hangatnya Wisma Mungil

    Hangatnya Wisma Mungil

    BY 02 Jun 2024 Dilihat: 255 kali
    Hangatnya Wisma Mungil_alineaku

    Jesi, seorang anak perempuan biasa, lahir pada tanggal 25 Juni 2005 dalam keluarga yang harmonis di sebuah desa kecil bernama Ranomeeto di Sulawesi Tenggara. Ayahnya, Bapak Edy, dan ibunya, Ibu Mar, adalah seorang guru SMP yang penuh dedikasi dalam memberikan pendidikan yang baik kepada siswanya. Bapaknya adalah guru Bahasa Inggris sedangkan Ibunya adalah guru Bahasa Indonesia. Mereka adalah pasangan yang saling mendukung dan mencintai satu sama lain, menciptakan lingkungan keluarga yang hangat dan penuh kasih. Bapaknya adalah seorang yang tegas dalam memimpin keluarganya. Selalu menjadi imam di rumah, dan selalu memimpin yasinan di rumah orang yang sedang mengadakan acara menjadikan Bapak Edy seorang tokoh masyarakat yang dikagumi oleh masyarakat desa Ranomeeto. Tak jarang, jika ingin ke sekolahnya untuk mengajar, Bapak Edy sering membonceng siswa dengan motor butut kebanggaannya itu. Lain halnya dengan Ibu Mar, karena sekolah tempatnya mengajar cukup dekat dari rumah maka ia hanya cukup untuk berjalan kaki menuju sekolahnya itu. Di sekolah, Ibu Mar dikenal dengan sosok yang tegas dan akan menghukum siapa saja siswa yang melanggar peraturan, tidak pandang bulu maupun itu anak guru atau anak biasa.

     

    Jesi adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dia memiliki dua kakak laki-laki yang selalu melindunginya dan menjadi teman bermainnya. Kakak tertua, Galang, adalah seorang pemuda yang cerdas dan penuh perhatian. Namun, kakak pertamanya itu tidak terlalu suka untuk bermain bersama di luar rumah. Dia lebih memilih memainkan game di rumah atau menonton TV di rumah dibandingkan harus bermain kotor (tanah/lumpur) bersama kedua adiknya itu. Sedangkan kakak keduanya, Adit, adalah seorang yang berjiwa petualang dan selalu mengajak Jesinta berpetualang di sekitar desa. Kadang bermain lari-larian, kadang juga bermain layangan. Adit selalu mengajak Jesi jika dia ingin bermain. Adit juga memiliki banyak teman untuk diajak bermain bersama. Seperti bermain sepak bola atau sepak takraw. Tak jarang, Adit bermain bola sampai malam, sampai-sampai Ibu Mar turun tangan untuk menjemput Adit di tempat bermain. Wajarlah, namanya juga anak laki-laki. 

     

     

    Namun, ada satu hal yang membuat Jesi merasa kurang percaya diri, yaitu rambutnya yang pitak. Rambutnya tidak tumbuh dengan subur seperti anak-anak lainnya. Karena itu, teman-temannya dan tetangganya di desa sering memanggilnya “profesor cilik”. Meskipun Jesi mencoba untuk tidak memperdulikan ejekan tersebut, tetapi kadang-kadang dia merasa sedih dan ingin memiliki rambut yang panjang seperti teman-temannya. Tak jarang juga, Ibu Mar menenangkan anak perempuan kecilnya itu. Kadang-kadang Ibu Mar memberi uang kepada Jesi untuk jajan es lilin 500 perak di warung. Ibu Mar melakukan itu agar Jesi berhenti menangis dan melupakan ejekan yang dilontarkan oleh teman-temannya itu. Jesi terkadang memakai hijab untuk menutupi rambut pitaknya itu. Dan berlagak bahwa rambutnya telah panjang. Sambil mengatur model hijab itu seperti seolah-olah menjadi rambut yang tergerai indah.

     

    Kehidupan Jesi diwarnai dengan kebahagiaan dan cinta dari keluarganya. Meskipun kakeknya telah meninggal setelah 2 tahun sejak Jesi lahir, dia sering mendengar cerita-cerita indah tentang kakeknya dari ayah dan ibunya. Jesi sedikit menyesal karena dia tidak sempat mengingat apapun dari kakeknya. Bahkan suara kakeknya pun tidak tersimpan di dalam memori Jesi kecil. Meskipun tidak pernah bertemu langsung, Jesi merasa dekat dengan kakeknya melalui cerita-cerita tersebut. Karena Ibu Mar adalah guru Bahasa Indonesia, pastilah pandai dalam merangkai cerita untuk anak perempuan kecilnya itu. Jesi merasa kakeknya adalah sosok yang gagah berani karena kakeknya adalah seorang tentara.

     

    Jesi adalah seorang siswa yang rajin dan cerdas. Dia selalu bersemangat dalam belajar dan memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dosen yang profesional di masa depan. Dia terinspirasi oleh ayahnya yang juga seorang guru dan ingin membantu orang lain melalui profesi yang dia pilih.

     

    Di luar sekolah, Jesi aktif dalam kegiatan sosial dan lingkungan. Dia sering ikut dalam kegiatan gotong royong seperti membantu memasak jika ada yang pesta dan membantu menyebarkan undangan pernikahan dan kegiatan lingkungan yang diadakan oleh desa. Dia percaya bahwa dengan berkontribusi pada masyarakat, dia dapat membuat perbedaan positif dalam kehidupan orang lain.

     

    Meskipun kadang-kadang merasa tidak percaya diri karena rambutnya yang pitak, Jesi belajar untuk menerima dan mencintai dirinya apa adanya. Dia mengubah pola pikirnya dan menjadikan kata-kata “profesor cilik” itu sebuah pujian. Karena jika dipikir-pikir, profesor itu adalah julukan untuk orang yang cerdas dan pintar. Walaupun kebanyakan profesor itu pitak sih. Dia belajar bahwa kecantikan sejati tidak hanya terletak pada penampilan fisik, tetapi juga pada kebaikan hati dan kecerdasan yang dimiliki seseorang.

     

    Kisah kehidupan Jesi adalah cerminan dari keluarga yang harmonis dan penuh kasih. Dukungan dari orang tua dan kasih sayang dari saudara-saudaranya memberikan kekuatan dan keyakinan kepada Jesi untuk mengejar impian dan menjadi pribadi yang baik. Dia tumbuh menjadi sosok yang tangguh, penuh semangat, dan siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depannya.

     

    Kreator : Jesinta Dewi Srikandi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Hangatnya Wisma Mungil

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021