KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ibu, Kami di sini!

    Ibu, Kami di sini!

    BY 21 Nov 2022 Dilihat: 231 kali

    Oleh Irma Muthiah

     

    Dua anak kecil berusaha mengintip dari balik sekat pembatas berukuran setinggi kurang lebih satu setengah meter yang memisahkan ruang tamu dan ruang kepala sekolah. Mereka berdua asyik bermain di ruang tamu, namun entah mengapa tiba-tiba mereka kemudian berusaha melihat ke ruang kepala sekolah yang berada di sebelah tempatnya bermain.  Dengan bersusah payah mereka menjejakkan kakinya ke atas sandaran sofa di ruang tamu.  Setelah beberapa saat tampak oleh mereka ibu kepala sekolah yang sedang fokus dengan tumpukan kertas di depannya. Salah satu dari anak tersebut adalah putri dari kepala sekolah.

    Mudah saja sebenarnya jika mereka ingin masuk ke ruangan tersebut karena memang tidak berpintu sehingga cukup turun dari kursi dan masuk ke ruangan.  Namun itulah anak kecil selalu berusaha untuk mencoba hal-hal baru yang bahkan tidak terpikirkan oleh orang dewasa. Yah, anak kecil dengan segala keluguan dan kepolosannya namun kadang kala mengeluarkan sebuah ujaran yang sarat makna. Seperti laku dari dua anak kecil yang sejenak sempat mengintip lewat sekat ruang itu dan mengamati sosok yang ada di baliknya.

     

    Lamat-lamat terdengar salah seorang dari mereka berujar, “Alya! coba ibu kita bukan guru ya.” Bu Anita, kepala sekolah yang sedang sibuk dengan tumpukan pekerjaannya, tersentak. Dia sadar betul jika suara yang baru didengarnya adalah suara dari buah hatinya sendiri. Ada rasa bersalah menjalar menusuk-nusuk naluri keibuannya. Apakah dia sudah salah langkah? Apakah dia sudah terlalu jauh? Apakah rutinitas pekerjaannya telah membentangkan jurang antara dia dan putrinya?

    Sedih, merasa bersalah, merasa gagal. Mungkin itu yang berkecamuk dalam pikiran Bu Anita. Hal yang tidak pernah terbayangkan terucap dari bibir mungil putrinya. Kalimat sederhana namun membuatnya sangat terpukul. Kalimat yang seolah menghempaskan wibawanya sebagai seorang pemimpin yang selama ini berusaha dia bangun dan jaga.

    Berbagai prestasi yang diraih baik oleh sekolahnya maupun siswa-siswanya seolah tidak ada artinya lagi ketika kini dia mendapati kenyataan bahwa ada yang salah dalam langkahnya. Dia telah meninggalkan anak-anaknya berjalan sendiri. Dia terlihat hebat di luar dengan segala prestasi yang telah diraih. Namun satu sisi dalam dirinya kini terkoyak. Keluarganya butuh hadirnya. Anak-anaknya merasa kehilangan perhatiannya.

     

    Itulah fakta yang harus menjadi perhatian setiap ibu yang bekerja. Apakah dia sebagai guru, pegawai kantoran, pekerja perusahaan, pedagang, pengusaha dan pekerja publik lainnya. Kesibukan pekerjaan seringkali menyita waktu sedemikian banyaknya sehingga porsi untuk keluarga terabaikan.

    Begitu banyak anak yang salah jalan karena kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Ayah ibunya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.  Sibuk dengan urusan masing-masing sehingga hampir tidak ada waktu bersama dengan anak-anak mereka. Bersama dalam arti benar-benar melakukan aktivitas yang melibatkan orang tua dan anak. Diskusi bersama, mendengarkan cerita mereka, makan bersama bahkan untuk anak-anak yang masih kecil bisa bermain bersama.

    Jadi kebersamaan yang dimaksud benar-benar kebersamaan yang berkualitas. Karena di era sekarang ini banyak ibu yang tidak bekerja, tinggal di rumah tapi kualitas kebersamaan dengan anaknya kurang lebih sama dengan yang sibuk bekerja. Kenapa bisa? Yah, karena mereka sudah punya aktivitas sendiri.

    Mungkin saja mereka bersama, dalam sebuah rumah yang sama, di waktu yg sama, tapi orang tua larut dengan dunianya sendiri, asyik dengan dunianya sendiri. Dengan berbekal gadget di tangan, si ibu meskipun tidak kemana-mana tapi pergaulannya melampaui bilik-bilik rumahnya.

    Oleh karenanya berkaca pada obrolan ringan dua gadis mungil tadi, kita bisa sedikit merenung bahwa anak-anak kita butuh hadirnya kita dalam menemani hari-hari mereka. Menemani mereka dalam masa-masa indah usia dininya. Tidak sekedar fisik tapi kualitas kebersamaan bersama merekalah yang lebih penting. Tidak butuh waktu lama tapi disaat mereka butuh perhatian, kita ada untuknya. Ada bukan berarti hadir disisinya, tapi ada dalam arti yang lebih jauh bahwa kita peduli dengannya.

     

    Tidak sedikit ibu yang bekerja namun tetap mampu memberikan yang terbaik buat putra-putrinya. Masih punya waktu untuk berinteraksi dengan mereka baik langsung maupun melalui media handphone.  Masih punya waktu untuk bersantai dengan mereka. Karena sejatinya kualitas hubungan anak dan orang tua bukan dilihat dari seringnya mereka bersama tapi kualitas dari kebersamaan itu. Bukan dilihat dari lamanya waktu bersama tapi kualitas kebersamaan itu yang lebih utama.

    Maka mari para ibu yang bekerja dan tidak punya waktu sedikitpun yang tersisa untuk putra putrinya. Rehatlah sejenak dan tengoklah kebelakang. Adakah anak-anak kita merasa tertinggal di belakang dan tertatih menapaki jalan agar dapat menjajari langkah kita? Ataukah dia kini tetap hadir disisi kita berjalan bersama.

     

    Berbahagialah wahai ibu jika dari sekian banyaknya urusan dan padatnya pekerjaan, tidak membentangkan jarak antara kita dan putra-putri kita. Mereka tetap hadir berjalan bersama orang tuanya, dan bukan sebaliknya tertinggal dan tersesat.

    Bagikan ke

    6 Komentar Pada Ibu, Kami di sini!

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021