KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Izinkan Aku Bertaubat

    Izinkan Aku Bertaubat

    BY 21 Des 2022 Dilihat: 129 kali

    Oleh: Tri Setyawati

    Kesedihan mendera setelah mendengar diagnosis dari dokter. Tiba-tiba aku takut mati. Aku takut karena dosa yang telah kulakukan selama ini begitu banyak. Aku bertanya dalam hati “Apakah ini azab bagiku karena  telah banyak berbuat kemaksiatan selama ini?”.

    Pagi itu aku melamun di pinggir jendela kamar tempatku dirawat. Aku teringat kembali dosa dan kebohongan yang telah kulakukan. Perbuatan itu telah membuatku berpisah dengan suami dan kedua anakku. Aku tidak bisa menjadi istri yang setia dan ibu yang baik untuk buah hatiku. Hanya untuk mencari kepuasan diri dan kenikmatan dunia, aku pergi dan tega meninggalkan mereka.

    Awal aku menikah dan hidup bersama Mas Galih begitu menyenangkan. Mas Galih adalah seorang manajer di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta. Apalagi setelah kehadiran kedua buah hatiku. Terasa lengkap sudah kehidupan rumah tangga kami.

    Namun tidak selamanya kehidupan seseorang selalu di atas. Hari itu Mas Galih menelpon dan memberi kabar kalau dia baru di-PHK oleh pimpinan perusahaannya. Aku kaget dan syok mendengar kabar itu. Tidak bisa kubayangkan jika suami tidak punya pekerjaan, sementara aku sendiri tidak bekerja dan kami mempunyai dua anak yang masih kecil. Namun semuanya harus dihadapi dengan lapang dada dan besar hati.

    Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, akhirnya dengan uang tabungan yang ada, kami membuka konveksi kecil-kecilan di rumah. Karena modal belum mencukupi, kami mengajukan pinjaman ke salah satu Bank. Dengan bantuan tersebut, konveksi kami semakin maju. Awalnya kami mempekerjakan 10 orang. Karena banyaknya pesanan dari kantor-kantor, kami pun menambah pekerja 30 orang lagi. Namun tidak disangka terjadi krisis moneter yang membuat bahan baku menjadi mahal dan kami pun akhirnya menutup usaha itu, karena sudah tidak ada modal lagi untuk mengembangkan usaha.

    Berbekal ijazah kuliah, aku dan suami mencoba melamar pekerjaan ke unit usaha dan perusahaan-perusahaan. Sudah berapa banyak lamaran dibuat tapi belum juga ada jawaban diterima. Untuk kebutuhan sehari-hari kami hanya mengandalkan sisa tabungan yang ada. Aku sendiri menjadi pemarah dan sering menyalahkan suami. Pertengkaran sering terjadi di rumah tangga kami. Selain kepada suami, kemarahanku juga kulampiaskan kepada kedua anakku. Sehingga anak-anak menjadi takut dan tidak dekat lagi kepadaku.

    Siang itu sepulang dari pasar, saat menunggu bus kota, aku bertemu dengan seorang lelaki yang terlihat sangat rapi dandanannya. Dia pun menyapaku dengan sopan dan mengajakku berkenalan. Namanya Muhammad Rafi. Kemudian dia mengajakku makan di rumah makan, namun aku menolaknya. Sebelum kami berpisah, dia memberiku kartu nama. Ternyata dia bekerja di sebuah butik yang cukup besar di kota Bandung.

    Sejak pertemuan dengan lelaki itu, aku menjadi gelisah. Aku hubungi no hp yang ada di kartu namanya. Mas Rafi mengangkat telponku dan mengajak janjian di tempat kami pertama bertemu. Aku pun setuju dan segera bersiap-siap. 

    Pada Sabtu pukul 14.00 aku pamit ke suami untuk menginap di rumah temanku di Bandung. Kuceritakan bahwa temanku mempunyai Butik dan menyuruhku untuk bekerja di sana. Karena suamiku belum juga bekerja yang mapan, dia pun setuju saja. Aku pun segera menuju tempat biasa menunggu Mas Rafi. Tidak sampai lima menit, Mas Rafi datang dan segera mengajakku ke Bandung. Di tengah perjalanan, di pinggiran kota, Mas Rafi berhenti. Dia mengajak istirahat dulu di mobil. Entah mengapa, aku selalu menurut apa yang diinginkan lelaki itu. Aku telah lupa siapa diriku sebenarnya. Aku telah mengkhianati suamiku sendiri.

    Setelah dirasa cukup, Mas Rafi mengajakku melanjutkan perjalanan. Satu jam kemudian kami sampai di Butik tempatnya bekerja. Dia memperkenalkan aku dengan bosnya yang cantik. Mbak Mirna menerima aku bekerja di Butik itu. Kebetulan di sana sedang membutuhkan pekerja, maka aku pun diterima. Maka sejak saat itu aku bekerja di Butik tersebut.

    Tidak terasa sudah dua bulan aku bekerja di butik itu. Sepekan sekali aku pulang. Kubelikan baju, makanan dan kuberikan uang kepada mereka. Mereka bisa kembali ceria seperti saat ayahnya dulu menjadi manajer. Hidup kami pun tidak lagi kekurangan.

    Setelah lima bulan bekerja, tiba-tiba Mas Rafi mengajakku resign dari Butik itu. Dia mengajakku mendirikan usaha sendiri. Tidak hanya itu, dia pun mengajakku untuk hidup bersamanya. Lagi-lagi aku tidak berani menolaknya. Sejak saat itu, kami hidup bersama tanpa ikatan perkawinan, padahal stasusku masih sebagai istri sah Mas Galih. Sejak resign dan hidup bersama Mas Rafi, aku mulai melupakan keluargaku. Aku sudah jarang pulang ke rumah. Dengan alasan sibuk, aku hanya mengirimkan uang saja untuk keperluan kedua anakku. Sampai kemudian aku benar-benar melupakan keluarga.

    Usahaku bersama Mas Rafi awalnya maju, tapi seperti saat dulu buka konveksi, aku pun memerlukan tambahan dana. Mas Rafi menyuruhku meminjam modal kepada teman-temanku. Sudah lebih dari sepuluh orang yang kupinjam uangnya dengan alasan akan dikembalikan dalam satu bulan bersama dengan keuntungannya. Tapi ternyata semua bohong, Mas Rafi mulai berubah sifatnya. Uang yang aku pinjam dari teman-temanku tidak digunakan untuk usaha, namun digunakan untuk berfoya-foya dan main perempuan. Mas Rafi pun sudah tidak peduli padaku lagi, bahkan dia mengusirku dari rumahnya.

     Aku sangat sedih dan mulai menyadari kesalahanku selama ini. Aku mulai kebingungan karena teman-teman yang kupinjami mulai menagih uangnya. Aku blokir no mereka agar tidak bisa menghubungi aku lagi. Aku telah melakukan dosa besar. Aku telah berbuat maksiat, melakukan kebohongan dan mengkhianati suamiku. Aku malu untuk kembali ke suami dan kedua anakku. Akhirnya kuputuskan pulang kembali ke rumah ibuku di Semarang. Di sana aku sakit-sakitan. Pikiranku terbebani perasaan bersalah dan dosa besar yang kulakukan, tapi aku tidak berani bercerita kepada siapapun. Pernah aku merasa frustasi dan berpikiran ingin mengambil jalan pintas mengakhiri hidupku. Alhamdulillah Allah masih sayang padaku. Ibuku mengajakku mengikuti pengajian di masjid kampung. Ustadnya menyampaikan ceramah tentang kiat-kiat hijrah  dari kemaksiatan dan istiqomah dalam ketaatan. 

    Aku menyadari dosa-dosa dan kesalahan yang kulakukan selama ini. Segera aku meminta ampun kepada Allah, memohon maaf kepada suami dan kedua anakku. Ku tengadahkan kedua tanganku:

    “Ya Allah…Izinkan aku bertaubat. Maafkan aku ya Rabb. Aku telah melupakan perintah Mu, tidak mensyukuri nikmat Mu, selalu mengeluh atas ujian yang Kau berikan dan tidak merasa malu untuk berbuat kemaksiatan.”

    “Ya Allah…berikan aku hidayah-Mu.”

    “Ya Allah…saat ini telah kusadari semua kebodohanku…semua salah dan khilafku.”

    “Maafkan aku ya Rabb…jauhkan dan lindungilah aku dari kemaksiatan dan hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam.”

    “Ya Allah, Izinkan aku untuk bertaubat sebelum kematianku.”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Izinkan Aku Bertaubat

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021