KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » KENANGAN MASA KECIL

    KENANGAN MASA KECIL

    BY 12 Sep 2024 Dilihat: 235 kali
    KENANGAN MASA KECIL_alineaku.jpg

    Terlahir dari keluarga yang kurang mampu, bukan berarti kita tak bisa keluar dari zona tersebut.

    Namaku  Rifa, aku terlahir dari keluarga yang kurang mampu bahkan sangat sulit. Kedua orang  tuaku hanyalah seorang petani. Kami tinggal di salah satu kota di Sulawesi Utara. Namun kami tak berdiam di kampung tersebut, mama dan abahku memilih hidup di kebun, karena mata pencaharian kami di sana. Sejak awal mama menikah dengan abah, abah telah memboyong mama kesana, tinggal di kebun yang sehari-harinya hanya dihiasi dengan keramaian kicauan burung, monyet-monyet yang senang mencuri pisang serta hewan ternak yang senang mencari makan di bawah tanaman.

    Namanya hidup jauh dari keramaian tentu sangat membosankan, tapi tidak dengan kami. Mama melahirkan 5 orang anak yang semuanya terlahir di rumah dengan bantuan bidan desa. Aku anak ke empat dari 5 bersaudara, dan sebagai bungsu perempuan, serta memiliki 1 adik lelaki. Usia kami kakak beradik tak terpaut jauh, hanya beda dua tahun saja. Namun begitu mama dan abah memelihara kami dengan penuh kasih sayang.

    Kakak pertama dan kedua, tak bisa melanjutkan sekolah, mereka hanya bisa menyelesaikan sampai tingkat SD, karena waktu itu ujian rumah tangga mama dan abah ditimpah dengan masalah ekonomi dan juga abah yang sakit keras sampai tidak bisa berjalan. Akhirnya kedua kakakku, pergi merantau keluar kota. Dan akhirnya hanya tersisa kami bertiga di rumah. Singkat cerita, dengan ketekunan mama mengobati abah, akhirnya abah berhasil sembuh dari sakitnya. Tak ada dokter yang mengobati abah, karena waktu itu tak ada uang yang kami miliki jadi mama hanya bisa mengobati abah secara herbal dan alhamdulillah, doa mama dikabulkan Allah, abah berhasil sembuh hingga bisa berjalan seperti sediakala.

    Kemudian kakak ketigaku akan dimasukan sekolah, maka abah harus mengantar dia ke sekolah dengan jarak yang cukup jauh dengan berjalan kaki Sekitar 7 kilo. Jalan yang ditempuh tidaklah datar secara terus-menerus, ada tanjakan yang harus dilewati sekitar 5 kilo, baru kemudian dataran rendah, sekarang tempat itu telah diberi nama dengan”Puncak kilo 4”. Tak lama kakaku sekolah maka akupun sekolah karena memang jarak umur kami tidak begitu jauh, kemudian menyusul adikku.

    Ya, puncak itulah kami harus bertaruh waktu dan tenaga agar bisa sekolah dengan berjalan kaki, dibawa terik matahari tanpa ada angkutan ataupun mobil yang memberi kami tumpangan. Karena memang pada zaman itu masih sangat jarang mobil dan motor, ataupun angkutan umum lainnya. Karena abah merasa kasihan dengan kami, akhirnya abah memutuskan untuk membangun gubuk di kampung. Agar kami bertiga bisat tinggal di situ, namun mama dan abah tetap di kebun. 

    Akhirnya gubuk kecil itu berdiri megah di atas tanah yang tidak terlalu luas, dengan berdinding bambu dan sebagian lagi papan. Kami bertiga tinggal di situ, dan setiap hari sabtu sore kami harus naik ke kebun untuk membantu mama dan abah memetik hasil kebun, untuk kemudian dijual di pasar, karena dari hasil kebun itulah kami bisa hidup. Makan nasi adalah hal yang istimewa bagi kami, saking susahnya pada waktu itu. Bahkan kami jarang membawa jajan ke sekolah. Jika ingin dapat jajan aku harus menjual  kue atau pun es lilin. Pada zaman itu uang 50 rupiah masih sangat laku, karena waktu itu krisis moneter belum terjadi di Indonesia.

    Namun pada tahun 1998, setelah terjadinya krisis moneter, dan bahkan sampai penggulingan presiden soeharto, bahan pokok mulai melonjak tajam kenaikkannya, yang kemudian berdampak pada segi ekonomi masyarakat. Akhirnya sepulang sekolah kami harus tumbuk padi dulu baru bisa makan, dan kami harus berjualan keliling kampung, seperti menjual sayur atau hasil kebun lainnya, maupun berjualan kue, untuk bisa membantu perekonomian keluarga, yah begitulah kami di tempah sedemikian rupa oleh kedua orang tua kami untuk bisa menjadi mandiri, mereka bukan tak menyayangi kami, tapi setiap orang tua berbeda dalam memberikan kasih sayangnya pada anak-anaknya.

    Singkat cerita, pada saat aku kelas 5 SD, abah mengalami sakit kembali, yakni paru-paru basah, yang mengakibatkan beliau harus istirihat total selama 6 bulan. Akhirnya abah menjual kebunnya, dan menetap di kampung halaman. Abah harus bolak-balik ke rumah sakit besar di kota manado dan harus sering kontrol. Alhamdulillah mama kembali mengambil peran mengobati abah. Dan  selama 6 bulan perawatan abah kembali pulih. Dan dokter merasa takjub karena berat badannya yang naik drastis, semua itu berkat ketekunan dan kesabaran mama mendampingi serta mengobati pada saat abah sakit.

    Setelah menetap di kampung halaman, akhirnya abah kembali menekuni  pekerjaan beliau sebagai tukang yang merupakan pekerjaan yang beliau tekuni sebelum menikah dengan mama, hingga sekarang ini. Dan kami harus kembali sekolah, namun sayang kakak ketigaku harus berhenti sekolah saat kelas 2 mts. Mama dan abah tak cukup mampu secara ekonomi apalagi sudah tak ada lagi penghasilan dari kebun. Dan kemudian dia merantau keluar kota. 

    Akhirnya, aku dan adikku yang memegang tongkat estafet, agar bisa melanjutkan pendidikan, aku berprinsip waktu itu, walau tak kuliah, tak mengapa, setidaknya pendidikan dasar 12 tahun aku harus selesai. Alhamdulillah, aku berhasil menyelesaikannya, di sekolah aku tergolong siswa yang mempunyai prestasi, karena tak pernah keluar dari 10 besar, baik dari tingkat SD,SMP, hingga duduk di bangku SMK. Bahkan salah satu kawan sekolah yang tak bisa aku saingi karena dia pintar di bidang matematika, berhasil aku saingi saat masuk SMK, yah aku berhasil meraih juara 1 di kelas, dan juara 2 umum di sekolah. Semua itu berkat perjuangan dan juga doa, yang tentunya doa dari kedua orang tuaku.

    Akhirya pada tahun 2008 aku berhasil menyelesaikan sekolah alhamdulillah. 

    Untuk semua pembaca rubrik ini, apalagi ada generasi “Z” di dalamnya, semoga kalian kuat menghadapi masa depan ya, ingat orang tua itu memberikan kasih sayang secara berbeda-beda. Dampingi mereka sesusah apapun hidupmu, jangan tinggalkan mereka apalagi telah memasuki usia senja. Sayangi dan hormatilah mereka, karena doa merekalah kamu akan kuat mengarungi kerasnya hidup.

     

     

    Kreator : RIFA DATUNUGU

    Bagikan ke

    Comment Closed: KENANGAN MASA KECIL

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021