Toilet training atau pelatihan buang air di toilet merupakan salah satu tahapan penting dalam perkembangan anak. Pada proses ini, anak diajarkan untuk menggunakan toilet secara mandiri, menggantikan popok yang selama ini digunakan. Namun, proses ini memerlukan kesabaran dan pemahaman dari orang tua agar dapat dilakukan dengan tepat.
Secara umum toilet training dapat dimulai ketika anak menunjukkan kesiapan, baik secara fisik maupun emosional. Kesiapan ini biasanya muncul antara usia 18 bulan hingga 3 tahun, meskipun setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda.
Beberapa tanda anak siap untuk memasuki toilet training antara lain :
- Anak mulai menunjukkan ketertarikan pada kegiatan buang air
- Anak dapat duduk diam selama beberapa menit
- Popok anak tetap kering selama 2 hingga 3 jam, yang menandakan bahwa kontrol kandung kemihnya mulai berkembang
- Anak dapat mengerti dan mengikuti instruksi sederhana, seperti “duduk di toilet “ atau “basuh tangan setelah selesai”
- Anak menunjukkan ketidaknyamanan ketika popoknya basah atau kotor, dan mulai tertarik untuk tetap kering.
Mengajarkan toilet training kepada anak bisa menjadi proses yang menyenangkan jika dilakukan dengan cara yang tepat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu membuat toilet training menjadi proses pengalaman positif bagi anak :
1. Pilih waktu yang tepat
Jangan memulai toilet training ketika anak sedang menghadapi situasi stress seperti kelahiran adik baru, pindah rumah atau sedang sakit. Pastikan anak dalam kondisi nyaman dan tenang.
2. Gunakan kata-kata yang jelas
Gunakan kata-kata sederhana seperti “pipis“ atau “buang air” agar anak mengenali kebutuhan fisiknya dan memberi tahu orang tua.
3. Kenalkan konsep toilet secara bertahap
Mulailah dengan memperkenalkan anak pada toilet atau potty chair beberapa minggu sebelum memulai latihan yang sebenarnya. Biarkan mereka duduk di atasnya dengan pakaian lengkap untuk membuat mereka merasa nyaman dan tidak takut.
4. Libatkan anak dalam memilih peralatan
Ajak anak untuk memilih potty chair atau dudukan toilet yang mereka sukai, biarkan mereka memilih warna atau desain yang menarik. Dengan cara ini, anak akan merasa lebih terlibat dan bersemangat untuk menggunakannya.
5. Gunakan buku atau video tentang toilet training
Ada banyak buku atau video edukatif yang dirancang khusus untuk memperkenalkan toilet training kepada anak-anak. Cerita atau animasi ini bisa membantu anak memahami konsep buang air di toilet dengan cara yang menyenangkan.
6. Jadikan toilet training sebagai rutinitas
Buatlah jadwal toilet training yang konsisten. Misalkan, ajak anak ke toilet setiap dua jam atau setelah makan dan minum. Mengatur jadwal yang rutin membantu anak mengasosiasikan kapan waktunya pergi ke toilet, sehingga mereka tidak merasa terburu-buru.
7. Gunakan pujian dan penghargaan
Berikan pujian atau penghargaan setiap kali anak berhasil menggunakan toilet. Penghargaan tidak harus berupa hadiah besar, bisa berupa stiker lucu, pelukan atau kata-kata positif sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.
8. Ciptakan lingkungan yang santai dan menyenangkan
Pastikan suasana di sekitar toilet ramah dan tidak membuat anak merasa tertekan. Misalnya, ajak anak berbicara atau bernyanyi saat mereka duduk di toilet. Dengan demikian, anak merasa proses ini adalah bagian dari permainan atau suatu kegiatan yang menyenangkan.
9. Berikan contoh yang baik
Anak-anak sering meniru perilaku orang dewasa. Ajak anak untuk melihat bagaimana Anda atau anggota keluarga lain menggunakan toilet (tentu saja jika Anda merasa nyaman) sehingga mereka bisa belajar dengan mengamati.
10. Bersabar dan jangan memaksa
Anak mungkin tidak selalu berhasil dalam setiap percobaan, dan itu normal. Jangan memarahi atau menghukum mereka jika ada “kecelakaan”. Tetap tenang dan bantu mereka mencoba lagi di lain waktu. Tekanan atau paksaan hanya akan membuat mereka takut atau tertekan.
11. Gunakan celana latihan (training pants)
Setelah anak mulai terbiasa, gunakan celana latihan(training pants)atau celana dalam khusus anak yang memungkinkan mereka merasa lebih “ besar” karena tidak lagi memakai popok. Namun, pastikan Anda melatih anak untuk merasakan kapan mereka harus ke toilet sebelum buang air.
12. Ajak bermain dengan toilet training
Buatlah permainan dari proses toilet training. Misalnya, buat tantangan kecil seperti “ Siapa yang bisa menjaga celananya tetap kering sepanjang hari ?” atau gunakan timer berbentuk hewan yang lucu untuk mengingatkan kapan waktunya ke toilet. Hal ini bisa menambah unsur kesenangan bagi anak.
13. Libatkan mainan favorit
Anak-anak sering terikat pada mainan favorit mereka. Cobalah mengajak mainan tersebut saat anak pergi ke toilet. Anak bisa pura-pura mainan juga “belajar” menggunakan toilet bersamanya, sehingga anak merasa lebih termotivasi dan senang melakukannya.
14. Berikan waktu yang cukup
Jangan terburu-buru mengharapkan hasil instan. Setiap anak berbeda, dan mereka mungkin memerlukan waktu yang berbeda untuk terbiasa dengan toilet. Proses ini harus dilakukan dengan kesabaran dan penuh perhatian.
15. Ajak anak terlibat dalam proses
Setelah anak buang air di toilet, ajak mereka untuk membersihkan diri, menutup toilet, dan mencuci tangan. Ini membantu mereka merasa lebih mandiri dan bangga atas keberhasilannya. Ajak mereka untuk membantu “merapikan” setelah selesai, sehingga proses ini menjadi bagian dari rutinitas menyenangkan.
Kegagalan toilet training dapat terjadi karena berbagai alasan. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan :
- Anak belum siap secara fisik dan emosional, memaksakan toilet training sebelum anak siap dapat menyebabkan resistensi atau trauma.
- Penghargaan yang tidak konsisten, jika orang tua terlalu sering menghukum atau kurang memberikan dorongan positif, anak akan merasa kurang termotivasi untuk belajar.
- Kondisi medis, beberapa anak mungkin memiliki kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengontrol buang air, seperti infeksi saluran kemih atau konstipasi.
- Stress atau perubahan dalam lingkungan anak.
Jika toilet training gagal, penting untuk mundur sejenak, mengevaluasi kembali kesiapan anak, dan memberikan waktu lebih sebelum mencoba lagi. Toilet training yang sukses dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi anak maupun orang tua. Anak akan merasa lebih mandiri dan percaya diri setelah dapat mengontrol keinginannya untuk buang air. Selain itu, bagi orang tua, toilet training yang berhasil berarti mengurangi ketergantungan pada popok, yang tentunya juga lebih hemat secara finansial dan lebih baik untuk lingkungan.
Namun, jika dilakukan dengan cara yang salah, misalnya dengan memaksakan, memberi tekanan, atau menghukum anak yang belum siap, dampaknya bisa negatif. Anak bisa menjadi cemas, stress, atau bahkan mengalami masalah perilaku terkait buang air, seperti enuresis (ngompol) atau encopresis (buang air besar di celana).
Toilet training merupakan proses penting dalam perkembangan anak yang memerlukan kesabaran, perhatian, dan waktu yang tepat. Setiap anak memiliki waktu kesiapan yang berbeda-beda, dan tidak ada standar baku yang harus diikuti. Dengan menerapkan tips yang tepat dan menghindari kesalahan dalam pelaksanaannya, orang tua dapat membantu anak melewati tahap ini dengan sukses dan tanpa tekanan. Yang terpenting, tetaplah memberikan dukungan emosional serta penghargaan bagi setiap keberhasilan kecil yang dicapai anak selama proses toilet training ini.
Kreator : Tri Welas Asih
Comment Closed: Melatih Toilet Training pada Anak
Sorry, comment are closed for this post.