KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Melatih Toilet Training pada Anak

    Melatih Toilet Training pada Anak

    BY 26 Okt 2024 Dilihat: 174 kali
    Melatih Toilet Training pada Anak_alineaku

    Toilet training atau pelatihan buang air di toilet merupakan salah satu tahapan penting dalam perkembangan anak. Pada proses ini, anak diajarkan untuk menggunakan toilet secara mandiri, menggantikan popok yang selama ini digunakan. Namun, proses ini memerlukan kesabaran dan pemahaman dari orang tua agar dapat dilakukan dengan tepat.

    Secara umum toilet training dapat dimulai ketika anak menunjukkan kesiapan, baik secara fisik maupun emosional. Kesiapan ini biasanya muncul antara usia 18 bulan hingga 3 tahun, meskipun setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda. 

     

    Beberapa tanda anak siap untuk memasuki toilet training antara lain :

    • Anak mulai menunjukkan ketertarikan pada kegiatan buang air
    • Anak dapat duduk diam selama beberapa menit
    • Popok anak tetap kering selama 2 hingga 3 jam, yang menandakan bahwa kontrol kandung kemihnya mulai berkembang
    • Anak dapat mengerti dan mengikuti instruksi sederhana, seperti “duduk di toilet “ atau “basuh tangan setelah selesai”
    • Anak menunjukkan ketidaknyamanan ketika popoknya basah atau kotor, dan mulai tertarik untuk tetap kering.

    Mengajarkan toilet training kepada anak bisa menjadi proses yang menyenangkan jika dilakukan dengan cara yang tepat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu membuat toilet training menjadi proses pengalaman positif bagi anak :

    1. Pilih waktu yang tepat

    Jangan memulai toilet training ketika anak sedang menghadapi situasi stress seperti kelahiran adik baru, pindah rumah atau sedang sakit. Pastikan anak dalam kondisi nyaman dan tenang.

    2. Gunakan kata-kata yang jelas

    Gunakan kata-kata sederhana seperti “pipis“ atau “buang air” agar anak mengenali kebutuhan fisiknya dan memberi tahu orang tua.

    3. Kenalkan konsep toilet secara bertahap

    Mulailah dengan memperkenalkan anak pada toilet atau potty chair beberapa minggu sebelum memulai latihan yang sebenarnya. Biarkan mereka duduk di atasnya dengan pakaian lengkap untuk membuat mereka merasa nyaman dan tidak takut.

    4. Libatkan anak dalam memilih peralatan

    Ajak anak untuk memilih potty chair atau dudukan toilet yang mereka sukai, biarkan mereka memilih warna atau desain yang menarik. Dengan cara ini, anak akan merasa lebih terlibat dan bersemangat untuk menggunakannya.

    5. Gunakan buku atau video tentang toilet training

    Ada banyak buku atau video edukatif yang dirancang khusus untuk memperkenalkan toilet training kepada anak-anak. Cerita atau animasi ini bisa membantu anak memahami konsep buang air di toilet dengan cara yang menyenangkan.

    6. Jadikan toilet training sebagai rutinitas

    Buatlah jadwal toilet training yang konsisten. Misalkan, ajak anak ke toilet setiap dua jam atau setelah makan dan minum. Mengatur jadwal yang rutin membantu anak mengasosiasikan kapan waktunya pergi ke toilet, sehingga mereka tidak merasa terburu-buru.

    7. Gunakan pujian dan penghargaan

    Berikan pujian atau penghargaan setiap kali anak berhasil menggunakan toilet. Penghargaan tidak harus berupa hadiah besar, bisa berupa stiker lucu, pelukan atau kata-kata positif sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.

    8. Ciptakan lingkungan yang santai dan menyenangkan 

    Pastikan suasana di sekitar toilet ramah dan tidak membuat anak merasa  tertekan. Misalnya, ajak anak berbicara atau bernyanyi saat mereka duduk di toilet. Dengan demikian, anak merasa proses ini adalah bagian dari permainan atau suatu kegiatan yang menyenangkan.

    9. Berikan contoh yang baik

    Anak-anak sering meniru perilaku orang dewasa. Ajak anak untuk melihat bagaimana Anda atau anggota keluarga lain menggunakan toilet (tentu saja jika Anda merasa nyaman) sehingga mereka bisa belajar dengan mengamati.

    10. Bersabar dan jangan memaksa

    Anak mungkin tidak selalu berhasil dalam setiap percobaan, dan itu normal. Jangan memarahi atau menghukum mereka jika ada “kecelakaan”. Tetap tenang dan bantu mereka mencoba lagi di lain waktu. Tekanan atau paksaan hanya akan membuat mereka takut atau tertekan.

    11. Gunakan celana latihan (training pants)

    Setelah anak mulai terbiasa, gunakan celana latihan(training pants)atau celana dalam khusus anak yang memungkinkan mereka merasa lebih “ besar” karena tidak lagi memakai popok. Namun, pastikan Anda melatih anak untuk merasakan kapan mereka harus ke toilet sebelum buang air.

    12. Ajak bermain dengan toilet training

    Buatlah permainan dari proses toilet training. Misalnya, buat tantangan kecil seperti “ Siapa  yang bisa menjaga celananya tetap kering sepanjang hari ?” atau gunakan timer berbentuk hewan yang lucu untuk mengingatkan kapan waktunya ke toilet. Hal ini bisa menambah unsur kesenangan bagi anak.

    13. Libatkan mainan favorit

    Anak-anak sering terikat pada mainan favorit mereka. Cobalah mengajak mainan tersebut saat anak pergi ke toilet. Anak bisa pura-pura mainan juga “belajar” menggunakan toilet bersamanya, sehingga anak merasa lebih termotivasi dan senang melakukannya.

    14. Berikan waktu yang cukup

    Jangan terburu-buru mengharapkan hasil instan. Setiap anak berbeda, dan mereka mungkin memerlukan waktu yang berbeda untuk terbiasa dengan toilet. Proses ini harus dilakukan dengan kesabaran dan penuh perhatian.

    15. Ajak anak terlibat dalam proses

    Setelah anak buang air di toilet, ajak mereka untuk membersihkan diri, menutup toilet, dan mencuci tangan. Ini membantu mereka merasa lebih mandiri dan bangga atas keberhasilannya. Ajak mereka untuk membantu “merapikan” setelah selesai, sehingga proses ini menjadi bagian dari rutinitas menyenangkan.

     

    Kegagalan toilet training dapat terjadi karena berbagai alasan. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan :

    1. Anak belum siap secara fisik dan emosional, memaksakan toilet training sebelum anak siap dapat menyebabkan resistensi atau trauma.
    2. Penghargaan yang tidak konsisten, jika orang tua terlalu sering menghukum atau kurang memberikan dorongan positif, anak akan merasa kurang termotivasi untuk belajar. 
    3. Kondisi medis, beberapa anak mungkin memiliki kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengontrol buang air, seperti infeksi saluran kemih atau konstipasi.
    4. Stress atau perubahan dalam lingkungan anak.

     

    Jika toilet training gagal, penting untuk mundur sejenak, mengevaluasi kembali kesiapan anak, dan memberikan waktu lebih sebelum mencoba lagi. Toilet training yang sukses dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi anak maupun orang tua. Anak akan merasa lebih mandiri dan percaya diri setelah dapat mengontrol keinginannya untuk buang air. Selain itu, bagi orang tua, toilet training yang berhasil berarti mengurangi ketergantungan pada popok, yang tentunya juga lebih hemat secara finansial dan lebih baik untuk lingkungan.

    Namun, jika dilakukan dengan cara yang salah, misalnya dengan memaksakan, memberi tekanan, atau menghukum anak yang belum siap, dampaknya bisa negatif. Anak bisa menjadi cemas, stress, atau bahkan mengalami masalah perilaku terkait buang air, seperti enuresis (ngompol) atau encopresis (buang air besar di celana).

     

    Toilet training merupakan proses penting dalam perkembangan anak yang memerlukan kesabaran, perhatian, dan waktu yang tepat. Setiap anak memiliki waktu kesiapan yang berbeda-beda, dan tidak ada standar baku yang harus diikuti. Dengan menerapkan tips yang tepat dan menghindari kesalahan dalam pelaksanaannya, orang tua dapat membantu anak melewati tahap ini dengan sukses dan tanpa tekanan. Yang terpenting, tetaplah memberikan dukungan emosional serta penghargaan bagi setiap keberhasilan kecil yang dicapai anak selama proses toilet training ini.

     

     

    Kreator : Tri Welas Asih

    Bagikan ke

    Comment Closed: Melatih Toilet Training pada Anak

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021