Hidup ini tidak pernah terlepas dari cobaan dan ujian, bahkan sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan manusia. Marilah kita renungkan firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 2-3, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang yang benar-benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta”.
Ketika ujian tengah melanda, seringkali umat manusia berfikir bahwa ujian yang menimpanya amatlah berat, bahkan tidak jarang yang berputus asa dalam menghadapi ujian tersebut, stress terlebih dulu hingga tidak menggunakan hati dan pikirannya. Memang, pada dasarnya manusia bersifat berkeluh kesah apabila ditimpa dengan kesusahan. Namun jika kita mengerti dan mencoba menyelami bahwa hakikat ujian yang sebenarnya merupakan sarana Allah menaikkan kadar kualitas keimanan manusia, niscaya ujian itu menjadi suatu ladang pahala bagi umat manusia. Ujian yang diberikan Allah berbeda-beda caranya begitu pula bentuknya, pada kesempatan ini penulis ingin mengajak merenung sejenak bagaimana ujian para pendahulu kita.
Ujian terbingkai Perintah
Penulis teringat dengan syair lagu grup nasyid Raihan: “Belajar dari Ibrahim, belajar taqwa kepada Allah. Belajar dari Ibrahim, belajar untuk mencintai Allah”. Kisah yang tidak lagi asing bagi kita mengenai penyembelihan Ismail oleh ayahnya yaitu Nabi Ibrahim, ini merupakan ujian dalam bentuk perintah yang harus dilaksanakan. Tidak dapat dibayangkan oleh kita, bagaimana seorang Ibrahim harus meneguhkan hatinya untuk menjalankan perintah Allah ini, sehingga kisahnya Allah abadikan dalam surat Ash-Shaffat ayat 102.
Disinilah kita mampu melihat bagaimana kesabaran Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah, perintah yang terbingkai dalam sebuah ujian bagi seorang ayah yang menginginkan anak selama penantiannya. Ismail, putra yang dinanti-nantinya oleh Allah diperintahkan untuk disembelih, secara akal sehat memang sulit diterima, tapi Allah senantiasa memberi hikmah dan ibroh dibalik kisah ini.
Cinta menjadi dasar kita dalam melakukan segala hal, ketika di medan dakwah, kita harus merelakan sesuatu yang kita cintai untuk menggapai kecintaan yang lebih sejati, yaitu Allah. Mencintai Allah berarti siap mengambil resiko apapun, dan siap dengan segala konsekuensi dariNya pula.
Ujian melalui tangan orang-orang yang membenci
Apa yang dialami oleh Rasulullah dan para sahabatnya, terutama ketika masih berada di Makkah, bahwa itu menjadi pelajaran yang cukup berharga, betapa keimanan diuji dengan cobaan yang amat berat. Bagaimana keluarga Yasir dan Sumayyah menghadapi cobaan yang bertubi-tubi untuk mempertahankan keimanannya. Seorang Bilal bin Rabbah yang meneguhkan keimanannya kepada Allah, tidak dihentikan siksaannya oleh majikannya sehingga ia berhenti menyebut Ahad.. Ahad.. Ahad.
Diantara hal yang menimpa Rasulullah ialah ketika di akhir tahun ketujuh kenabiannya, bahwa orang-orang Quraisy bersepakat untuk mengembargo secara ekonomi umat yang mengikuti Rasulullah, beserta memutuskan segala apapun dengan Bani Abdul Mutholib dan Bani Hasyim yang melindungi Rasulullah. Kaum muslimin dan orang-orang yang membelanya terboikot selama tiga tahun, dilanda kelaparan dan penderitaan yang hebat. Namun kaum muslimin tetap setia membela Rasulullah SAW.
Ujian dalam bentuk Larangan yang harus ditinggalkan
Ujian yang dialami oleh Nabi Yusuf as, ketika datang kepadanya seorang wanita cantik istri dari pembesar di Mesir. Nabi Yusuf as membuktikan akan keteguhan keimanannya kepada Allah dengan tidak memenuhi ajakan Zulaikha. Sikap Nabi Yusuf as meninggalkan ajakan Zulaikha selayaknya diteladani oleh pemuda untuk selalu mawas diri agar tidak terjerumus pada jurang kemaksiatan, dan meninggalkan segala larangan Allah.
Akhirnya, sudah terujikah keimanan kita?, bahwa itu merupakan bukti daripada kesungguhan kecintaan maupun ketaatan kita kepadaNya.
Wallahu A’lam
Kreator : Diyah Laili
Comment Closed: Menyoal Ujian, Menilai Kadar keimanan
Sorry, comment are closed for this post.