Di sebuah SMA Muhammadiyah di Kabupaten Banyumas, ada seorang guru bernama Pak Harun yang telah mengabdikan dirinya selama lebih dari 25 tahun. Pak Harun adalah sosok guru yang sangat dicintai dan dihormati, bukan hanya karena kepiawaiannya dalam mengajar tetapi juga karena ketulusan dan dedikasinya kepada sekolah dan para siswa. Bagi Pak Harun, sekolah ini bukan hanya sekadar tempat kerja; sekolah ini sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Ketika pemerintah membuka pendaftaran ASN dan PPPK untuk para guru di berbagai sekolah, Pak Harun mendapat kesempatan yang sama untuk mendaftar dan berpeluang menjadi pegawai negeri yang lebih stabil secara finansial. Beberapa teman sejawatnya mendorongnya untuk ikut mendaftar, menyarankan bahwa ini adalah kesempatan langka yang akan membawa banyak manfaat, termasuk tunjangan yang lebih baik dan jaminan masa depan yang lebih pasti. Namun, Pak Harun memilih untuk tidak mendaftar.
Pak Harun sering merasa terharu saat melihat siswanya dengan tekun dan penuh semangat menghafal Al-Qur’an. Di matanya, usaha para siswa itu bukan hanya sekadar tugas belajar, tetapi juga sebuah perjuangan spiritual yang penuh ketulusan. Saat melihat bibir mereka melafalkan ayat demi ayat dengan hati yang khusyuk, Pak Harun merasakan haru yang mendalam. Baginya, pemandangan itu adalah bukti nyata dari ketekunan dan kesungguhan para siswa dalam mendekatkan diri kepada Allah. Setiap kali seorang siswa berhasil menyelesaikan hafalannya, Pak Harun tak mampu menahan senyumnya dan sering kali matanya berkaca-kaca, terharu menyaksikan pencapaian mereka. Momen-momen itu mengingatkan Pak Harun akan tujuan sejatinya sebagai guru, bukan sekadar mengajar, tetapi menjadi bagian dari perjalanan rohani murid-muridnya menuju kedekatan dengan Sang Pencipta.
Pak Harun memang dikenal sebagai guru yang sangat dekat dengan para siswa. Ia bukan hanya mengajarkan mata pelajaran umum, tetapi juga membimbing kelas tahfidz yang ada di sekolah tersebut. Setiap pagi, sebelum jam pelajaran dimulai, ia selalu hadir menemani siswa-siswa di kelas tahfidz, mendampingi mereka dalam menghafal dan memahami ayat-ayat Al-Quran. Baginya, setiap kali seorang siswa mampu menghafal ayat dengan benar, ada kebahagiaan tersendiri yang tak dapat dinilai dengan materi.
Salah satu hal yang paling ia syukuri adalah adanya kelas tahfidz di SMA ini, sebuah program yang tidak ada di SMA negeri pada umumnya. Keberadaan kelas tahfidz ini bagi Pak Harun adalah berkah tersendiri, sesuatu yang membuat pengabdiannya terasa lebih bermakna. Baginya, kelas tahfidz ini adalah sesuatu yang tak ternilai dan sulit ditemukan di sekolah negeri. Ia merasa bahwa di sinilah ia benar-benar bisa menjalankan tugas yang bernilai spiritual, mendampingi siswa menghafal dan memahami Al-Quran, memberi manfaat bagi dunia dan akhirat.
Suatu hari, sekolah mengadakan acara uji publik untuk kelas tahfidz, di mana para siswa akan diuji hafalannya di depan guru-guru, orang tua, dan beberapa tokoh masyarakat. Acara ini merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh Pak Harun dan para siswa. Para siswa kelas tahfidz telah mempersiapkan diri selama berbulan-bulan, menghafal dengan sungguh-sungguh di bawah bimbingan Pak Harun.
Hari yang dinantikan pun tiba. Aula sekolah telah dihias dengan sangat indah, dan para tamu sudah memenuhi ruangan. Di atas panggung, siswa-siswa dari kelas tahfidz berdiri dengan percaya diri, siap menunjukkan kemampuan mereka. Saat giliran satu per satu siswa untuk menghafal ayat-ayat yang diberikan secara acak, Pak Harun memperhatikan dengan mata berbinar. Melihat murid-muridnya menghafal dengan fasih, ia merasa bangga dan terharu. Ada rasa syukur yang tak terhingga dalam hatinya. Keberhasilan siswa-siswanya bukan hanya kebanggaan pribadi, tetapi juga kebahagiaan yang datang dari sebuah pengabdian.
Ketika acara uji publik itu selesai, salah seorang tokoh masyarakat yang hadir menghampiri Pak Harun dan berterima kasih atas dedikasinya.
“Pak Harun, apa yang Anda lakukan sungguh luar biasa. Anda telah menanamkan nilai-nilai Al-Quran kepada generasi muda. Keberkahan itu sudah pasti ada bersama Anda.” Ucap beliau.
Pak Harun hanya tersenyum dan merendah. Baginya, ucapan terima kasih atau pujian bukanlah tujuan. Kebahagiaan sejatinya adalah melihat anak-anak didiknya tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berilmu, dan bertakwa.
Pak Harun yakin bahwa keberkahan yang diperolehnya lebih dari sekadar gaji atau status. Pengabdian di SMA Muhammadiyah ini memberinya tujuan hidup yang sejati. Di akhir hari, ia pulang dengan hati yang penuh syukur, yakin bahwa pilihannya untuk tetap di sekolah dan tidak mendaftar ASN atau PPPK adalah keputusan yang benar. Bagi Pak Harun, kebahagiaan adalah melihat siswa-siswanya menjadi manusia yang bermanfaat, dan itulah yang membuat hidupnya bermakna.
Kreator : Safitri Pramei Hastuti
Comment Closed: Pengabdian Tanpa Batas Keberkahan Seorang Guru Tahfidz di SMA Muhammadiyah Banyumas
Sorry, comment are closed for this post.