KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Penguasa yang Tertidur di Singgasana Janji

    Penguasa yang Tertidur di Singgasana Janji

    BY 16 Agu 2024 Dilihat: 116 kali
    Penguasa yang Tertidur di Singgasana Janji_alineaku

    Di atas puncak kekuasaan, terdapat seorang penguasa yang pernah berjanji setinggi langit. Janjinya dulu gemerlap seperti bintang di malam gelap, menjadi harapan bagi mereka yang terjebak dalam labirin kehidupan yang keras. Dia adalah seorang orator ulung, yang dengan kata-katanya mampu menenun mimpi-mimpi rakyat kecil menjadi kain keinginan yang tampak begitu indah. Namun, ketika janji itu berubah menjadi kenyataan kekuasaan, sang penguasa mulai kehilangan jejak langkah yang dulu penuh tekad.

     

    Seperti layang-layang yang putus dari talinya, dia terbang jauh dari akar yang pernah membuatnya berdiri tegak. Fasilitas negara, yang awalnya hanya alat untuk melayani, berubah menjadi sarang kemewahan tempat dia berlindung dari kenyataan. Istana megah tempat dia berdiam kini lebih menyerupai benteng tak tertembus, memisahkannya dari suara-suara yang dulu mengangkatnya ke puncak. Dari dalam istana itu, dunia luar terlihat seperti bayangan samar, tak lebih dari sekadar lukisan yang tergantung di dinding.

     

    Janji-janji yang dulu dilaungkan dengan semangat membara, kini hanya menjadi gema kosong yang tertinggal di angin. Suara rakyat yang dulu bergemuruh, kini berubah menjadi bisikan lemah, terserap oleh dinding-dinding kekuasaan yang tebal. Penguasa itu, yang pernah menjanjikan kesejahteraan untuk setiap jiwa yang lapar, kini duduk nyaman di singgasana yang dilapisi sutra dan emas, terlena dalam buaian kenikmatan yang disediakan oleh kekuasaan.

     

    Dia menjadi seperti raja dalam dongeng lama, yang tertidur lelap di bawah pengaruh racun manis kekayaan dan kemegahan. Matanya yang dulu tajam, kini tertutup oleh kelopak keserakahan. Telinganya yang dulu peka terhadap keluhan rakyat, kini tersumbat oleh derai tawa dan musik pesta-pesta di dalam istana. Hatinya yang dulu dipenuhi oleh harapan dan niat baik, kini tertutup rapat oleh tirai kebodohan yang dipintal dari benang keangkuhan.

     

    Rakyat kecil, yang dulu menaruh harapan pada setiap kata yang diucapkan oleh sang penguasa, kini merasakan pahitnya kenyataan. Mereka adalah akar pohon yang merentangkan dirinya ke tanah, mencari nutrisi dari janji-janji yang dijanjikan. Namun, pohon itu kini hanya memberikan bayangan gelap, sementara buah-buah kesejahteraan yang dijanjikan tak pernah tumbuh. Daun-daun keadilan yang dulu hijau, kini layu dan gugur, ditiup angin ketidakpedulian.

     

    Penguasa itu, meski kini berada di puncak kekuasaan, sesungguhnya sedang terjebak dalam lingkaran ilusi yang ia ciptakan sendiri. Setiap hari yang berlalu hanya mempertebal tembok-tembok yang memisahkannya dari dunia nyata, sementara hatinya semakin jauh dari kehangatan yang dulu ia janjikan kepada rakyatnya. Seperti seorang pelukis yang terlupa akan warna aslinya, dia terus menggoreskan kuas di atas kanvas kekuasaan, tetapi lukisannya semakin pudar, kehilangan makna dan keindahannya.

     

    Namun, tidak ada kekuasaan yang abadi, tidak ada janji yang bisa selamanya terbungkus dalam kain kebohongan. Ketika rakyat mulai sadar, ketika mereka melihat bahwa yang mereka gantungkan harapan ternyata hanyalah bayangan semu, maka suara mereka akan kembali menggaung, memecah kesunyian yang selama ini menyelimuti istana. Layaknya air yang mencari celah untuk mengalir, rakyat akan menemukan cara untuk meruntuhkan tembok-tembok keserakahan dan ketidakpedulian.

     

    Pada saat itu, penguasa akan terbangun dari tidurnya, tetapi mungkin sudah terlambat. Singgasananya yang megah tak lagi nyaman, karena ia kini menyadari bahwa kekuasaan yang diperolehnya hanyalah ilusi, dan rakyat yang dulu mempercayainya kini telah meninggalkannya. Dan ketika dia memandang ke luar jendela istananya, dia hanya akan melihat reruntuhan janji-janji yang pernah ia buat, berserakan di atas tanah yang dulu subur oleh harapan.

     

    Penguasa itu mungkin telah lupa, tetapi alam semesta tidak pernah tidur. Setiap janji yang diucapkan adalah benih yang ditanam di tanah takdir. Jika janji itu tidak ditunaikan, maka benih itu akan tumbuh menjadi pohon yang berakar dalam di tanah ketidakpercayaan. Dan ketika pohon itu tumbang, ia akan membawa serta semua yang berada di bawah naungannya, termasuk sang penguasa yang pernah merasa aman di puncaknya.

     

    Pada akhirnya, kekuasaan adalah ujian. Ujian untuk tetap setia pada janji, untuk menjaga keseimbangan antara kenyamanan pribadi dan kesejahteraan rakyat. Penguasa sejati bukanlah dia yang terlena di singgasana, tetapi dia yang tetap berdiri tegak meski badai cobaan menghantam, yang tetap mendengarkan suara rakyat meski bisikan kesenangan memanggilnya dari segala penjuru. Hanya dengan begitu, dia bisa menjadi penguasa yang benar-benar besar, bukan hanya dalam kekuasaan, tetapi juga dalam hati rakyatnya.

     

     

    Kreator : Wista

    Bagikan ke

    Comment Closed: Penguasa yang Tertidur di Singgasana Janji

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021