KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Perjuangan Single Parent

    Perjuangan Single Parent

    BY 29 Des 2022 Dilihat: 159 kali

    Oleh Irma Muthiah Saleh

     Ery meradang, darahnya mendidih mendengar ucapan liar tak bertanggung jawab yang beredar di lingkungan tempat tinggalnya. Kejengkelan dan kemarahannya itu diungkapkannya lewat rangkaian kata-kata protes yang dia unggah di status whatsappnya. 

           Ucapan yang mencap negative para kaum ibu single parent seperti dirinya yang telah berjuang keras untuk bisa bertahan hidup, membiayai anak-anaknya. Ibu yang punya beban berlipat karena dipaksa mengambil alih tanggung jawab keluarganya setelah kepergian sang suami. Diantara mereka ada yang karena ditinggal mati sang kekasih pendamping hidupnya dan ada juga karena ditinggal menikah dengan wanita lain. 

           Seperti apapun asbab status mereka menjadi single parent, apakah karena ditinggal mati oleh suami ataukah karena ditinggal menikah lagi, satu hal bahwa mereka kini memikul beban yang lebih berat. Beban yang sebelumnya menjadi tanggung jawab sang suami kini beralih ke pundaknya.

           Maka ketika ditengah kelelahan berjuang tersebut muncul narasi-narasi memojokkan bahkan terkesan menuduh dengan hal-hal yang tidak pantas terkait dengan status mereka. Sangat wajar mereka bereaksi akan tetapi akan lebih bijak jika bentuk protes itu tidak perlu diupload dalam status karena akan tersiar ke publik dan orang yang awalnya tidak tahu menjadi penasaran dan bertanya-tanya bahkan mungkin berprasangka liar.

          Apalagi ketika dalam postingan yang dipasang tersebut tidak sekedar protes tetapi sekaligus tuduhan yang memojokkan orang lain yang punya status sama dan dianggapnya menjadi penyebab muncul berita-berita miring terkait keberadaan single parent. Status protes pembelaan atau apapun namanya tidak akan banyak memberi pengaruh atas eksistensi mereka. Paling jauh orang akan turut bersimpati sesaat setelah itu mereka disibukkan dengan diri masing-masing. 

           Maka daripada waktu habis untuk memikirkan berita-berita yang memojokkan status seorang single parent yang justru hanya akan menurunkan semangat dan membuat sakit hati, akan lebih produktif jika mereka fokus pada tugas utamanya menjalankan peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Mendidik mereka agar tumbuh menjadi anak-anak yang baik. 

           Single parent pada dasarnya bukan hanya berlaku pada seorang ibu, seorang suami yang ditinggal istrinya pun maka secara otomatis menjadi seorang orang tua tunggal atau lebih popular dikenal dengan single parent. Yang membedakan adalah peran orang tua sebagai pencari  nafkah keluarga tetap aman karena sang ayah sebagai kepala rumah tangga masih ada. Selain itu stigma negative yang kadangkala dilekatkan pada seorang wanita yang berperan sebagai orang tua tunggal. 

           Tidak sedikit orang tua tunggal yang berhasil mengantarkan anak-anak mereka menjadi orang-orang besar. Sebutlah salah satu yang tidak lekang oleh masa yaitu ibunda dari imam Syafi’i. Kita tahu siapa Imam Syafi’i, seorang ulama besar yang merupakan salah satu dari empat imam mazhab. Imam yang mazhabnya paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia.   

           Imam syafi’I lahir sudah dalam keadaan yatim, maka sudah sangat jelas bahwa ibunyalah yang punya peran penting mengantarkan beliau menjadi orang besar. 

           Memerankan peran sebagai ibu sekaligus ayah tentulah sangat berat. Apalagi ditambah dengan stigma masyarakat yang sering mengecap negative keberadaan seorang wanita, yang ditinggal suami baik karena meninggal dunia atau karena perceraian. Mereka harus sangat hati-hati dalam bersikap. Salah langkah mereka bisa dituduh macam-macam. 

           Memang sangat berat tentunya, ketika dia tinggal diam maka siapa yang akan membantu dapurnya tetap bisa berasap. Akan tetapi jika terlalu banyak mengambil peran publik pun biasanya akan muncul pula sorotan-sorotan yang lain. Apalagi jika mereka terlahir sebagai seorang wanita yang berparas cantik. Maka keberadaannya pun sering diangggap menjadi ancaman bagi wanita lain. 

           Tidak banyak dari mereka yang beruntung mendapatkan peninggalan warisan yang melimpah dari sang suami. Mungkin sebagian besar mereka hidup dalam kondisi yang kurang berkecukupan sehingga si ibu dituntut untuk bekerja sendiri memanfaatkan potensi dan keahlian yang dimilki agar kebutuhan hidupnya bisa tetap terpenuhi. Apalagi jika dia sudah dikarunia sejumlah anak yang tentu tanggung jawab pemenuhan kebutuhannya kini ada padanya.

           Sebenarnya Islam punya solusi jika ia bisa dibantu oleh kerabatnya yang laki-laki. Apakah itu ayahnya, saudara laki-lakinya, pamannya atau kerabat lainnya yang laki-laki. Akan tetapi tampaknya hal semacam itu belum secara umum dilaksanakan di negeri ini. 

          Yang ada bagaimana si ibu berjuang sendiri denga segaa kemampuan yang dia miliki. Kalaupun ada bantuan dari kaum kerabatnya seringkali terbatas di masa-masa awal kesendiriannya. Setelahnya maka tanggung jawab itu lebih baanyak  di perankan sendiri. 

    Bagikan ke

    Comment Closed: Perjuangan Single Parent

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021