Apakah luka perlu dicuci? Apakah luka boleh dibasahi? Atau dibiarkan begitu saja karena luka tidak boleh basah? Banyak pertanyaan seperti ini muncul di masyarakat umum. Perlu masyarakat awam atau tenaga kesehatan ketahui bahwa hingga saat ini, pencucian luka merupakan bagian yang sangat penting dan dasar dari proses penyembuhan luka yang baik. Luka dapat sembuh dengan baik bila dalam keadaan bersih. Pencucian luka yang baik adalah mencuci luka dengan menggunakan cairan non-toksik (tidak merusak jaringan sehat) pada kulit tubuh. Apa sih tujuan dari pencucian luka itu?
Pencucian luka perlu dilakukan, karena bertujuan, antara lain: (1) untuk menghilangkan puing-puing luka yaitu jaringan mati, jaringan yang mengelupas yang dapat menyebabkan infeksi pada luka; (2) untuk dapat melihat warna dasar luka dan tepi luka, menghilangkan bahan organik dan non organik, dan menghilangkan kelebihan cairan luka; (3) pencucian luka atau pembersihan luka membantu mengoptimalkan penyembuhan luka dan mengurangi potensi infeksi, membersihkan serpihan seluler seperti bakteri, cairan luka, bahan bernanah kental dan sisa dari balutan sebelumnya, kebanyakan luka harus dibersihkan pada awalnya dan pada setiap penggantian balutan; (4) untuk menciptakan lingkungan luka yang optimal dengan melepaskan benda asing mengurangi jumlah bakteri dan mencegah aktivitas biofilm (selaput mikroorganisme) pada luka; (5) membuat luka tampak bersih dan membuat nyaman bagi pasien.
Dalam melakukan pencucian luka, sebagai Masyarakat awam dan tenaga Kesehatan perlu memperhatikan kharakteristik atau ciri-ciri cairan pencuci luka yang Ideal. Adapun ciri-ciri cairan pencuci luka yang ideal tersebut, antara lain: (1) non-toksik atau tidak merusak terhadap jaringan sehat; (2) efektif pada adanya materi organik seperti: darah, nanah kental, atau jaringan mati; (3) mampu menurunkan jumlah mikroorganisme/bakteri dari permukaan luka; (4) tidak menimbulkan alergi dan tidak menyebabkan reaksi sensitif; (5) siap tersedia, biaya efektif dan stabil.
Pentingnya menggunakan cairan pembersih luka yang ideal atau sesuai, diuraikan berikut ini: (1) penggunaan Normal Salin standard (cairan infus NaCl 0,9%) atau bilasan air tidak akan menghilangkan biofilm (selaput mikroorganisme) ; (2) Sementara itu, surfaktan (senyawa kimia yang berbusa) banyak digunakan untuk membantu menghilangkan benda asing, debris-debris biologis, dan biofilm; (3) surfaktan menurunkan tegangan permukaan atau antar tegangan di antara bagian cairan dan padat (seperti debris dan biofilm), membantu membubarkan nya, yang kemudian dapat dihilangkan dengan lebih mudah dengan pad atau kain pembersih/kassa; (4) menurut peneliti Malone dan Swanson, jaringan yang tidak hidup atau mati, dapat lebih mudah dihilangkan jika ditutupi dengan larutan atau gel luka berbasis surfaktan dalam waktu yang cukup (biasanya 10-15 menit) dan dibersihkan dengan kasa steril; (5) Panel Perawatan Luka Internasional mendorong penggunaan antiseptik yang mengandung surfaktan atau larutan pH seimbang untuk membersihkan dasar luka dan kulit sekitar luka sebagai bagian dari pembersihan luka, jika memungkinkan; (6) Larutan yang sangat sitotoksik (merusak jaringan sehat), seperti yang mengandung povidone iodine atau hydrogen peroksida tidak direkomendasikan digunakan; (7) Idealnya, pembersih kulit yang akan digunakan sehari-hari seharusnya dipilih, untuk menyeimbangkan kebutuhan untuk mengganggu beban mikroba dengan tetap menjaga integritas kulit.
Di negara maju seperti Jepang, dalam melakukan perawatan luka pada komponen pembersihan luka saat ini di klinik lebih banyak menggunakan air hangat steril setelah itu dibilas dengan larutan fisiologis. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat infeksi dan penyembuhan antara luka yang tidak dibersihkan menggunakan air biasa atau ledeng dan larutan lainnya.
Terdapat beberapa macam teknik ‘wound cleansing’, seperti: Swabbing, Irigasi dan Perendaman.
- Teknik Menggosok (Swabbing):
Hal-hal yang perlu Anda perhatikan dalam teknik menggosok saat pembersihan luka, antara lain: (a) teknik menggosok (swabbing) merupakan salah satu teknik untuk pencucian luka yaitu membersihkan luka dengan cara menggosok luka dengan memberikan tekanan lembut (swabbing) ; (b) menggosok luka harus dilakukan secara hati-hati atau lembut; (c) jangan menggosok jaringan yang sudah bergranulasi (tumbuh sehat) atau sampai berdarah; (d) bila menggosok terlalu kuat dapat menyebabkan: (i) trauma pada jaringan sehat yang baru terbentuk; (ii) juga bisa membuat bakteri terdistribusi, bukan mengangkat bakteri; (iii) dapat mengakibatkan peradangan berulang.
Hal-hal yang juga perlu Anda perhatikan dalam teknik irigasi ini, antara lain: (a) Teknik irigasi adalah teknik yang paling sering digunakan dan banyak riset yang mendukung tehnik ini; (b) Irigasi adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengantarkan larutan ke permukaan luka; (c) Menurut berbagai penelitian, pencucian luka dengan irigasi, efektif dalam menurunkan jumlah bakteri pada luka.
Hal-hal yang perlu Anda perhatikan, antara lain: (a) teknik perendaman biasanya dilakukan pada luka dengan balutan yang melekat; (b) teknik ini dapat mengurangi nyeri saat pelepasan balutan; (c) teknik ini juga dilakukan pada daerah-daerah yang sukar dijangkau dengan pinset; (d) teknik perendaman luka, terutama untuk luka kronik, seperti luka kaki diabetik , caranya, sebagai berikut: (i) cuci luka, boleh dilakukan dengan perendaman air hangat air yang mengandung antiseptik; dan (ii) hati-hati dalam mencuci luka jangan sampai menyebabkan trauma.
Kreator : Anik Maryunani
Comment Closed: Perlukah Dilakukan Pencucian Luka?
Sorry, comment are closed for this post.