Di sebuah kafe kampus, Sari dan Maya sedang duduk sambil menikmati kopi.
Sari menghela napas,”Maya, kenapa ya hidupku nggak seperti orang-orang di Instagram? Lihat deh, si Rani dan Doni. Mereka selalu punya foto-foto keren di tempat-tempat mewah. Aku merasa hidupku biasa-biasa saja.”
Maya tersenyum,”Sari, kamu nggak bisa terus-terusan membandingkan dirimu dengan orang lain di media sosial. Mereka sedang pameran, dan kalau sedang ada pameran, kamu selalu punya pilihan yaitu ikut atau tidak. Kalau kamu gak suka ya jelas nggak usah pedulikan, jangan ikut, tinggalkan saja, tapi kalau kamu suka ya langsung ikut saja, nikmati, tak perlu komentar.”
Sari,”Tapi tetap saja, rasanya aku jadi iri. Hubungan mereka terlihat sempurna, selalu romantis. Sementara aku dan pacarku bertengkar terus.”
“Kamu tahu nggak, apa yang kita lihat di media sosial itu cuma secuil dari kehidupan mereka. Cuma secuil saja bagian yang membahagiakan, selebihnya kita tidak pernah tahu, apakah benar-benar membahagiakan atau sebaliknya dan untuk itulah mereka sengaja tidak membagikannya ke kita. Pasti mereka juga punya masalah sendiri, Sari, dan memang sengaja nggak diperlihatkan.”
“Tetap saja, rasanya nggak adil,”sahut Sari.
“Coba deh kamu lihat dari sudut pandang lain. Rani mungkin memang sering bepergian berlibur, tapi mungkin juga dia memang harus kerja keras atau punya masalah lain yang kamu sama sekali nggak akan pernah tahu.”
Sari mengangguk pelan,”Iya, sih. Aku sering lupa kalau medsos itu nggak selalu menunjukkan hal yang sebenarnya.”
“Nah, coba deh kamu lebih fokus pada apa yang kamu miliki dan apa yang membuatmu bahagia. Daripada membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik kamu berusaha memperbaiki hubunganmu sendiri sama Raka. Dia anak smart dan wise tau?”
“Ya, kamu benar, Maya. Aku harus lebih bersyukur dan fokus pada hal-hal positif dalam hidupku,”jawab Sari.
Saat itu, Rani dan Doni datang dan bergabung dengan mereka.
Rani,”Hai, kalian! Apa kabar?”
Maya balas menyapa,”Hai, Ran. Kita lagi ngobrol nih. Sari tadi kepanasan sama Instagram, hehe.”
Rani bertutur,”Sama, aku juga gitu. Tapi kalian tahu nggak, seringkali aku posting foto-foto itu untuk mengingatkan diri sendiri bahwa ada hal-hal bagus yang terjadi dalam hidupku, meskipun nggak selalu sempurna. Itu gambar lama. Justru sengaja aku upload supaya aku bahagia. Aku sedang kangen seseorang hari ini, dan sekarang dia sudah pergi. Aku gak tahu harus dimana lagi cari obat kangen.”
Sari dan Maya terhenyak,”Maksudmu, kamu udah putus begitu?”
Rani menjawab lirih,“Asma. Dia, seminggu sepulang dari rumah aku, sehabis nengok aku yang lagi sakit waktu itu, sesampainya di rumahnya, dia kena asma. Orang serumahnya terlambat mencarikan obat hisap. Singkat cerita, waktu obat hisapnya ditemukan di kamarnya, dia sudah ngak ada di teras, tersungkur, tidak bernapas.”
“Maaf,”Sari berbisik sendiri.
“Kami turut berduka Ran,”sahut Maya,”Kita sama sekali nggak tahu kalau kamu gak cerita sendiri barusan.”
Rani mengiyakan,”Iya. Nggak semua yang terlihat di media sosial itu seperti yang sebenarnya. Aku juga punya masalah, tapi aku memilih untuk fokus pada hal-hal yang positif, dan sekarang aku sedang berusaha untuk move on. Berat sih.”
Doni menyela mencoba mengalihkan perhatian,”Hai, kalian! Lagi ngobrol apa nih? Serius amat? Soal UKT ya?”
“Dasar,”kilah Maya,”Hai, Don. Kita lagi ngobrol soal medsos dan sulitnya hidup.”
“Waduh, tema berat tuh!”imbuh Doni, kemudian lanjutnya,”Oh, tapi aku juga sering mikir kayak gitu. Tapi aku percaya, setiap orang punya caranya sendiri untuk mengatasi tantangan. Alya, kamu juga contoh. Kamu bisa terus semangat dan berprestasi meski harus berjuang lebih keras.”
Maya menyahut,”Thanks tapi sulit lho untuk tetap bisa positif terus.”
Rani membenarkan,”Ya, aku paham, tapi justru itu yang bikin kuat. Aku juga masih berjuang sih.”
Doni,”Aku juga belajar banyak dari teman-teman yang harus berjuang keras. Kalian menginspirasi aku untuk tidak mudah menyerah dan menghargai apa yang aku punya. Aku sekarang tambah semangat ikut magang, biar bisa nabung buat UKT, hehe.”
Maya,”Nah, itu dia. Kita semua punya perjalanan hidup masing-masing yang unik. Jadi, lebih baik kita menikmati dan menghargai setiap momen yang ada, daripada terus membandingkan diri dengan orang lain. Gak efek banget deh.”
Sari menyahut,”Terima kasih, kalian semua benar. Aku akan berusaha lebih fokus pada kebahagiaan dan rasa syukur dalam hidupku. Langsung, mulai dari sekarang.”
Rani mendesak,”Jangan biarkan media sosial mengontrol perasaanmu. Ingat, kebahagiaan itu datang dari dalam diri kita sendiri.”
Lina tak menyanggah,”Dan ingat, kita di sini untuk saling mendukung. Sama-sama, kita bisa mengatasi apapun. Salam kompak!”
“Salam kompak. Satu tujuan!”cetus lainnya di meja itu.
Mereka berlima kemudian melanjutkan obrolan mereka dengan semangat baru, saling mendukung dan menginspirasi satu sama lain untuk tetap berjuang menghadapi kehidupan.
Pesan Moral:
Setiap Orang Memiliki Tantangan Hidupnya Sendiri – Kesenjangan sosial dan perbandingan sosial adalah kenyataan yang harus kita hadapi. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang unik dan tantangan masing-masing. Menghargai dan memahami perbedaan ini dapat membantu kita saling mendukung dan tumbuh bersama. Dengan saling menghormati, kita bisa membangun komunitas yang lebih kuat dan inklusif.
Kekuatan dalam Perjuangan – Menghadapi kesulitan dan tantangan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih kuat dan lebih tangguh. Jangan menyerah pada kesulitan, sebaliknya lihatlah sebagai peluang untuk belajar, berkembang, dan menemukan potensi tersembunyi dalam diri kita. Ingat, keberhasilan bukan hanya tentang mencapai tujuan, melainkan juga tentang proses perjuangan yang kita lalui.
Dukungan Sosial – Mempunyai teman dan sahabat yang mendukung sangatlah penting dalam perjalanan hidup kita. Dukungan sosial dapat membantu kita melewati masa-masa sulit dan memberikan semangat untuk terus berjuang. Ketika kita saling mendukung, kita menciptakan lingkungan yang penuh dengan kasih sayang dan empati, yang memungkinkan kita untuk berkembang lebih baik.
Fokuslah pada Hal-Hal yang Bernilai Positif – Daripada fokus pada apa yang tidak kita miliki, lebih baik kita mensyukuri dan menghargai apa yang kita punya. Sikap positif dan rasa syukur dapat membantu kita mencapai kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup. Menghargai hal-hal kecil dan merayakan setiap kemajuan, sekecil apapun itu, dapat membawa dampak besar pada kesejahteraan emosional kita.
Realita di Balik Layar – Media sosial hanya menampilkan bagian kecil dari kehidupan seseorang. Jangan biarkan gambaran idealis di media sosial mempengaruhi pandangan kita tentang kebahagiaan dan kesuksesan. Kenyataan adalah bahwa setiap orang menghadapi tantangan dan kesulitan mereka sendiri. Fokuslah pada kenyataan dan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita. Kebahagiaan sejati datang dari penerimaan diri dan pengembangan hubungan yang tulus dan nyata.
Kreator : Adwanthi
Comment Closed: Realita di Balik Layar
Sorry, comment are closed for this post.