KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » SALAM SALLY

    SALAM SALLY

    BY 20 Jul 2024 Dilihat: 39 kali
    SALAM SALLY_alineaku

    Dengan lincah Sally memasuki rumah mungil milik adik ibunya. Niat berkunjung hanya untuk setor muka, memamerkan penampilan baru. Hari ini ia mengenakan terusan krem bermotif bunga kecil berwarna biru dan hijab biru muda senada.

    “Assalammualaikum,” Sally menyapa Tante Atisha yang sore itu sedang mendangir tanaman di halaman. 

    Tanpa menjawab salam Sally, wanita 43 tahun itu menoleh ke pagar dan sedikit terkejut dengan kedatangan Sally atau tepatnya agak heran dengan penampilan keponakan perempuan satu-satunya. “Lho Sally tumben, dari mana? Habis pengajian?” tanya Tante Atisha sambil mencuci tangan dan mempersilahkan Sally masuk. 

    “Aku dari mall sama Ibu, sengaja main ke sini kangen Moni,” jawab Sally sekenanya sambil mengusap-usap kucing putih peliharaan tantenya yang seperti biasa sedang tidur malas di meja teras. 

    “Tumben pakai kerudung?”

    Ibu yang menyusul Sally dari belakang setelah memarkir mobil berseloroh, “Sally is born to be a moslem again.”

    “Cantik nggak Tante?” tanya Sally sambil mematut-matut diri.

    “Yah lebih cantik kalau nggak pakai dong. Sayang sekali rambut kamu yang lebat, ikal, hitam harus ditutupi seperti itu,” ujar Tante Atisha. 

    Sontak Sally cemberut. “Ah Tante kok nggak dukung aku sih? Aku sudah mulai berhijab sekarang,” Sally pura-pura kecewa karena dia sudah menduga respon seperti apa yang akan diterima. 

    “Aku juga sudah bilang, Sally masih muda, baru 16 tahun, jangan terpengaruh dengan teman-teman di sekolah,” cetus Ibu.

    Sally amat paham tak seorang pun dari keluarganya dekat dengan agama. Tidak Ayah, tidak juga Ibu. Sally dibesarkan secara sekuler, selalu belajar di sekolah internasional karena pekerjaan Ayah-nya mengharuskan Sally dan keluarga tinggal di luar negeri. Usia 4 tahun Sally sudah harus meninggalkan Indonesia untuk pindah ke Sydney, Australia. SD harus ia tamatkan di Hanoi, Vietnam sementara SMP ditamatkannya di Lima, Peru nun jauh di Amerika Latin. Ketika SMA orang tuanya harus kembali ke Indonesia. Entah terinspirasi dari mana Sally dimasukan ke sekolah Islam yang dekat dengan rumah mereka di kawasan Kebayoran Baru. 

    Awalnya Sally hanya memakai jilbab ketika berada di sekolah, lama-kelamaan kebaikan ternyata menular. Ia memutuskan untuk berhijab seterusnya. Pergaulan di Jakarta membuka wawasan kepada akar dan jati diri sebagai seorang muslimah. Sedikit pengetahuan tentang Tauhid seperti mengisi kekosongan yang membuat hidupnya tidak sempurna. Ada yang terasa hilang dari dalam hatinya selama ini, kedekatan dengan Allah Azza wa Jalla.

    Di sekolah Sally bertemu dengan banyak orang. Ia menyatu dengan komunitas yang membuatnya tercengang dengan keindahan Islam. “Kenapa selama ini tak ada yang memberitahuku?” berulang-ulang Sally mengucapkan kalimat itu dalam hati. Mata Sally lekat pada bacaan surat Al Baqarah ayat ke 255, 256, dan 257. 

    Besok aku akan pindah ke alam lain yang jauh dari hiruk pikuk dunia. Aku harus menemukan jati diriku di dalamnya. Menyelam dan tenggelam dalam samudera hidayah. Tulis Sally singkat dalam buku harian pada malam harinya. Sally meletakan baik-baik Al Quran di meja samping tempat tidur, sambil memejamkan mata ia mengingat-ingat perkataan Ustadzah Hasna di sekolah bulan lalu setelah shalat Asar.

    “Sally, hijrah adalah langkah untuk menjadi orang yang lebih baik. Dulu engkau anak baik, setelah mengenal Allah, harus menjadi lebih baik lagi. Getaran yang ada di hatimu harus segera disambut, jika diabaikan moment ini tak akan kembali lagi. Dulu dirimu bebas mau mengenakan pakaian dengan model apa saja, sekarang kau tahu ada seragam yang Allah berikan kepada seorang muslimah. Allah melihat siapa yang paling engkau cintai. Duniamu atau Allah? Keluargamu atau Allah? Teman-temanmu atau Allah? Hobimu atau Allah?” kata-kata Ustadzah Hasna inilah yang menjadi penyemangat Sally untuk yakin berbicara dengan Ibu beberapa pekan sebelumnya. 

    Pemberitahuan pertama tentu saja tidak direspon secara positif oleh Ibu yang mengira Sally tidak serius dan hanya sekedar mengada-ada. Tapi Sally tidak kehilangan akal, ia tidak memiliki pakaian syari lain di luar seragam sekolah. Jika Ibu meminta menemani belanja atau berkunjung ke rumah teman, Sally memanfaatkan seragam-seragam itu untuk dikenakan. Lama-kelamaan Ibu merasa jengah karena Sally mengenakaan hijab itu-itu saja. Akhirnya suatu sore Ibu mengajak Sally berbelanja pakaian syari.

    Di sepanjang perjalanan Ibu tidak berhenti memberi wejangan, “Jangan sekedar ikut-ikutan trend untuk pakai hijab, nanti kalau dibuka lagi malah malu.” 

    “InsyaAllah Bu,” kata Sallu sambil mengingat bahwa perkataan Ibu barusan sesuai dengan nasihat Ustadzah Hasna di kelas, “Hijrah lebih dari sekedar mengganti penampilan fisik. Hati kita betul-betul harus tulus ikhlas karena Allah.”

    Sesampainya di mall, ternyata tak sekedar membelikan Sally, Ibu juga memilih beberapa potong pakaian beserta hijab untuknya. “Nanti bulan Ramadhan, Ibu mau coba pakai hijab juga,” bisikan Ibunya membuat Sally gembira luar biasa. Dalam perjalanan pulang Sally menceritakan pengalamannya. Ia mulai terbuka kepada Ibu dengan segala perasaan yang memukaunya belakangan ini, “Bu dalam Islam mengenakan hijab untuk perempuan itu ternyata bukan sesuatu yang hebat luar biasa. Hijab ini hanya sekedar hal yang paling mendasar, bukan puncaknya. Seperti aku kalau pergi ke sekolah, pertama harus pakai seragam dulu lalu di sekolah belajar banyak hal.  Memakai hijab itu baru langkah awal Bu, masih ada ribuan langkah lainnya untuk mejadikan kita seorang muslim yang baik.”

    Melihat Ibunya tampak serius mendengarkan, Sally mengulang perkataan Ustadzah Hasna, “Allah akan memberi keberkahan karena kita bertawakal kepadaNya. Jika kita melakukan satu kebaikan, Allah akan membuka pintu kebaikan yang lain. Alhamdulillah Sally baru saja merasakannya ketika Ibu bilang akan mencoba berhijab bulan Ramadhan nanti.” Mata Sally berkaca-kaca, ia rebahkan kepalanya di bahu Ibunya yg sedang menyupir. 

    I love you, Bu,” bisik Sally sambil mencium pipi Ibu.

    Ibu tersenyum tak bisa menahan air mata yang mengalir di pipinya, “I love you Nak, Thank you.”

    Pembicaraan sore itu terus berlanjut di meja makan malam harinya, kali ini bertiga dengan Ayah. Setelah menceritakan keseruan belanja pakaian syari dengan Ibu, Sally langsung menyampaikan pikirannya, “Mumpung kita sedang di Indonesia, kita harus rajin belajar banyak hal Bu, Ayah. Ustadzah bilang pertama kita harus taubat dulu, lalu harus semangat belajar agama. Kita wajib menuntut ilmu agama sampai mati.” 

    “Bagaimana menurut Ayah, kalau Ramadhan tahun depan Ibu berhijab?” Ibu meminta pendapat Ayah.

    “Mengapa harus menunggu Ramadhan? Saat ini berhijab pun Ayah dukung,” kata Ayah disambut Sally yang langsung bangkit dari duduknya untuk memeluk Ayah. 

    “Sally harus ingat satu hal,” Ayah melanjutkan. “Ketika kamu menjadi siswa di luar negeri, Ayah lihat kamu produktif sekali. Bangga sekali di setiap semester anak Ayah selalu mendapat penghargaan dari bermacam bidang studi. Secara duniawi guru-gurumu di sekolah internasional mengakui prestasimu. Kini kamu memutuskan untuk berada di jalan Allah. Pesan Ayah, prestasimu harus melebihi produktifitasmu ketika berada di jalan dunia. Mana karyamu? Tunjukan pada dunia. Jangan justru kehilangan karya ketika kamu memilih jalan ini. Paham maksud Ayah?”

    “InsyaAllah paham Ayah, karena memang seperti itu targetnya. Setelah belajar agama yang paling penting akhlak kita harus menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat untuk orang lain dengan prestasi-prestasi yang kita hasilkan,” jawab Sally mantap.

    Di antara sejuta impianku, ingin rasanya Ayah dan Ibu merasakan kelezatan iman. Berdiskusi bersama tentang keajaiban shalat, bangun bersama di tengah malam untuk tahajjud. Berpuasa dan bersedekah tanpa batas pada bulan Ramadhan yang mulia. Semoga Allah mudahkan. Aamiin. Sally menutup diarinya dan meletakan baik-baik dalam laci meja di samping tempat tidurnya.

     

     

    Kreator : Dini Masitah

    Bagikan ke

    Comment Closed: SALAM SALLY

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021