KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Siluet di Tengah Kegelapan: Lelaki Muda Di Ambang Keterpurukan (based on true story)

    Siluet di Tengah Kegelapan: Lelaki Muda Di Ambang Keterpurukan (based on true story)

    BY 30 Agu 2024 Dilihat: 157 kali
    Siluet di Tengah Kegelapan Lelaki Muda Di Ambang Keterpurukan_alineaku

    Lelaki itu duduk terdiam di meja makannya, matanya tertuju pada piring makan di depannya. Makanan yang sudah aku siapkan dengan penuh perhatian sesuai dengan diet penyakitnya kini telah menjadi dingin, tak tersentuh. Meski piring itu dipenuhi hidangan sehat yang seharusnya membantunya, tampaknya selera dan semangatnya telah menghilang. Raut wajahnya mencerminkan kelelahan dan kekhawatiran yang mendalam, menandakan betapa beratnya beban yang ia pikul. Dalam diamnya, ada rasa frustasi yang mendalam, seolah segala usaha yang dilakukan untuk menjaga kesehatannya terasa sia-sia ketika semangat hidupnya pun surut.

    Lelaki berusia 33 tahun ini, yang masih muda namun sudah menghadapi hipertensi dan kolesterol tinggi, duduk di meja makan rumah sakit dengan wajah penuh kelelahan. Di sampingnya, ada tray makanan yang disajikan dengan penuh perhatian sesuai dengan diet medisnya. Namun, pandangannya kosong dan tak ada tanda-tanda minat. Makanan yang disajikan, meskipun sehat dan bergizi, tampaknya tak mampu menarik seleranya. Setiap suap seolah menjadi beban tambahan di tengah perjuangannya melawan penyakit, dan rasanya seperti tak ada rasa untuk menikmati apa pun. Kesulitan ini bukan hanya fisik, tetapi juga emosional, karena ia harus beradaptasi dengan perubahan besar dalam gaya hidupnya dan berjuang untuk menemukan kembali semangat dan keinginannya untuk makan.

     

    Sebagai ahli gizi, aku mendekati lelaki muda itu dengan penuh perhatian. Aku mencoba membuka percakapan, bertanya dengan lembut mengenai bagaimana perasaannya terhadap makanan yang disajikan. Namun, lelaki itu hanya diam. Tatapannya kosong, seolah matanya menerawang jauh ke depan tanpa benar-benar melihat. Raut wajahnya menunjukkan ketidakberdayaan dan kelelahan yang mendalam. Aku merasakan betapa sulitnya baginya untuk berbicara tentang rasa dan selera makan saat ia tengah berjuang dengan masalah kesehatan yang berat. Dalam keheningan itu, aku menyadari betapa pentingnya untuk lebih memahami dan memberi dukungan emosional, bukan hanya fokus pada aspek nutrisi.

    Sebagai ahli gizi, aku menyadari bahwa meski aku bukan psikiater dan tidak berhak mendalami masalah emosional pasien, tanggung jawabku adalah memastikan pasien mematuhi diet yang telah ditetapkan. Dalam kasus lelaki muda ini, meskipun aku tidak perlu mengetahui detil persoalan pribadinya, aku tetap harus memastikan bahwa ia menghabiskan porsi makanannya. Aku mendekatinya dengan sikap profesional, mengingatkan dengan lembut tentang pentingnya mengikuti diet untuk kesehatan jangka panjangnya. Aku menyampaikan informasi dengan penuh pengertian, tanpa menanyakan lebih lanjut tentang masalah pribadi yang mungkin mempengaruhinya, namun tetap menekankan kewajiban untuk menjaga pola makan demi kesehatannya.

     

    Di rumah sakit jiwa tempat lelaki muda ini dirawat juga dimana aku bekerja, acara makan siang dilakukan di ruang makan yang besar. Terdapat meja panjang yang dikhususkan untuk pasien yang tidak memiliki diet khusus, di mana mereka makan bersama-sama. Meja ini menciptakan suasana kebersamaan di antara mereka yang menjalani pola makan reguler.

     

    Di sisi lain, pasien yang memerlukan diet tertentu, seperti lelaki ini, makan di meja terpisah. Meja ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi khusus mereka, dengan jarak yang memberikan privasi dan menghindari campur aduk makanan. Meski ada pembagian ini, suasana ruang makan tetap terasa hangat dan mendukung, dengan upaya menjaga agar semua pasien merasa diperhatikan dan diintegrasikan dalam lingkungan makan yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

     

    Setelah beberapa saat aku duduk di depan lelaki itu tanpa mengatakan banyak, dia akhirnya mulai membuka diri. Tanpa diminta, dia mulai menceritakan kisahnya—perjuangan dan tekanan yang membawanya sampai harus dirawat di rumah sakit jiwa ini. Ceritanya sangat mengejutkan dan menggugah hati. Dia bercerita tentang kesulitan yang luar biasa dan peristiwa-peristiwa yang sulit dipercaya, yang membuatku terhenyak. Setiap detail yang dia sampaikan mencerminkan betapa beratnya beban yang dia pikul, dan aku merasa seolah baru benar-benar memahami kedalaman perjuangan yang dia hadapi.

     

    Lelaki muda itu akhirnya bercerita tentang masalah pribadinya. Istrinya, yang saat ini tengah mengandung anak pertama mereka, adalah kabar bahagia yang sangat dinantikannya. Mereka bersyukur karena meski usia istrinya tidak lagi muda—seumuran dengannya—kehamilan ini berjalan tanpa masalah besar.

     

    Namun, kebahagiaan itu diwarnai oleh masalah baru. Istrinya yang sedang ngidam meminta dibelikan mobil baru. Permintaan ini menambah beban emosional dan finansial yang sudah berat bagi mereka. Meski dia memahami bahwa keinginan istrinya adalah bagian dari pengalaman kehamilan, dia merasa tertekan untuk memenuhi permintaan tersebut, terutama di tengah situasi keuangan dan stres yang sedang dihadapinya. Kesulitan ini semakin memperparah kondisinya, menambah tekanan yang sudah membuatnya merasa sangat tertekan.

     

    Sebagai seorang lelaki muda yang masih berjuang membangun karier, dia menghadapi tantangan keuangan yang signifikan. Pekerjaan yang belum benar-benar mapan membuatnya belum memiliki cukup uang untuk membeli mobil baru. Sementara itu, rumah cicilannya yang sederhana masih jauh dari lunas, dan cicilan motor yang baru saja selesai pun baru saja selesai dibayar. Keadaan ini membuatnya merasa sangat tertekan, terutama dengan permintaan istrinya yang sedang ngidam untuk membeli mobil. Keterbatasan finansialnya menambah beban emosional dan stres, terutama ketika dia merasa terjepit antara memenuhi kebutuhan keluarga dan tanggung jawab finansial yang ada.

     

    Sekarang, istrinya yang sangat dicintainya sedang memasuki usia kehamilan tujuh bulan. Permintaan istri untuk dibelikan mobil, yang awalnya tampak seperti keinginan biasa, kini menjadi sumber tekanan besar. Meskipun lelaki ini dikenal sebagai sosok yang kekar, sehat, dan tampan, ia merasa sangat terhenyak dan sedih. Ketidakmampuannya untuk memenuhi permintaan istrinya saat ini membuatnya merasa gagal, terutama di saat istrinya membutuhkan dukungan emosional dan material. Rasa putus asa dan ketidakberdayaan menyelimuti dirinya, menambah beban emosional yang sudah sangat berat.

     

    Tekanan untuk memenuhi permintaan istrinya yang sedang hamil tujuh bulan semakin mempengaruhi kesehatan mental lelaki ini. Ketidakmampuannya untuk membeli mobil dan beban finansial yang berat menyebabkan stres yang amat sangat. Tekanan emosional ini membuatnya berubah menjadi sosok yang pendiam, enggan berbicara, dan kehilangan selera makan. Ia sering kali duduk dengan tatapan kosong, seolah pikirannya menerawang jauh dan tak terjangkau. Kondisi ini semakin memburuk hingga akhirnya dia memerlukan perawatan di rumah sakit jiwa. Perubahan drastis dalam dirinya—dari lelaki yang aktif dan kuat menjadi sosok yang terpuruk dan kehilangan semangat—menandakan betapa dalamnya dampak stres ini terhadap kesehatannya.

     

    Lesson learned

    Dalam kehidupan pernikahan, sering kali kita dihadapkan pada tantangan yang jauh berbeda dari masa pacaran yang penuh romantisme. Kisah lelaki ini menggambarkan betapa pernikahan bukan hanya soal kebahagiaan semata, tetapi juga tentang menghadapi kesulitan bersama. Ketika komitmen diuji oleh tekanan dan situasi finansial yang sulit, kita belajar bahwa pernikahan memerlukan lebih dari sekadar cinta—ia membutuhkan kesabaran, pengertian, dan dukungan emosional yang mendalam.

     

    Hikmah yang bisa dipetik adalah bahwa menikah berarti berkomitmen untuk saling mencintai dan mendukung satu sama lain dalam segala situasi, baik suka maupun duka. Menghadapi kesulitan bersama dan saling memahami akan memperkuat hubungan. Sadarilah bahwa pernikahan adalah perjalanan panjang yang memerlukan kerjasama dan empati, bukan hanya kebahagiaan semata. Dengan mengingat hal ini, kita bisa lebih siap dan lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan yang mungkin datang.

    Dan sebaiknya pahami karakter masing-masing bila kita saling mencintai maka tak ada kata tak bisa dan pastikan setiap saat ada komunikasi yang baik antara keduanya.

    Dalam pernikahan, memahami karakter masing-masing pasangan adalah kunci utama untuk membangun hubungan yang harmonis. Ketika kita saling mencintai, penting untuk menyadari bahwa tidak ada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi bersama. Komunikasi yang baik dan terbuka adalah fondasi utama dalam setiap hubungan. 

     

    Sebagai pasangan suami istri, kita dapat melakukan beberapa hal untuk menjaga hubungan tetap sehat dan kuat:

    1. *Pahami Karakter Pasangan:* Kenali kekuatan dan kelemahan masing-masing. Memahami bagaimana pasangan bereaksi terhadap stres dan tantangan akan membantu kita untuk lebih empati dan mendukung.

     

    1. *Jaga Komunikasi Terbuka:* Seringlah berbicara tentang perasaan, harapan, dan kekhawatiran. Komunikasi yang jelas dan jujur membantu mencegah kesalahpahaman dan memperkuat ikatan emosional.

     

    1. *Beri Dukungan Emosional:* Tunjukkan dukungan dan perhatian, terutama dalam masa-masa sulit. Dukungan emosional yang konsisten memperkuat rasa saling percaya.

     

    1. *Selesaikan Konflik dengan Bijak:* Hadapi konflik dengan sikap konstruktif. Cari solusi bersama daripada menyalahkan satu sama lain.

     

    1. *Luangkan Waktu Berkualitas Bersama:* Investasikan waktu untuk kegiatan bersama yang menyenangkan. Hal ini memperkuat hubungan dan menciptakan kenangan positif.

     

    1. *Beri Apresiasi:* Tunjukkan rasa terima kasih dan apresiasi atas usaha dan kualitas pasangan. Penghargaan kecil dapat memperkuat hubungan.

     

    Dengan melakukan hal-hal ini, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih solid dan saling mendukung, menghadapi tantangan dengan penuh kesadaran dan komitmen.

     

    Sebagai pasangan suami istri, ada beberapa hal penting yang bisa kita lakukan untuk menjaga hubungan dan menciptakan kehidupan yang harmonis:

     

    1. *Jagalah Hati dan Perasaan Pasangan:* Selalu perhatikan dan hormati perasaan pasangan. Hindari tindakan atau kata-kata yang bisa menyakiti dan usahakan untuk selalu mendengarkan dengan penuh perhatian.

     

    1. *Saling Cinta dan Mengasihi:* Tunjukkan cinta secara konsisten melalui kata-kata dan tindakan. Cinta yang tulus akan membangun ikatan yang kuat dan saling mendukung.

     

    1. *Saling Pengertian: * Usahakan untuk memahami sudut pandang pasangan. Komunikasi terbuka dan empati akan membantu dalam mengatasi perbedaan dan masalah.

     

    1. *Komitmen Sehidup Semati:* Menikah berarti berkomitmen untuk bersama dalam setiap keadaan. Tunjukkan dedikasi dan keseriusan dalam setiap aspek kehidupan bersama.

     

    1. *Mewujudkan Sakinah:* Ciptakan suasana yang damai dan tenang dalam rumah tangga. Kedamaian ini adalah hasil dari usaha bersama untuk menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan harmonis.

     

    1. *Mawaddah dan Kasih Sayang:* Wujudkan rasa cinta dengan memberikan perhatian, waktu, dan usaha. Kasih sayang yang tulus memperkuat hubungan dan menciptakan kebahagiaan bersama.

     

    1. *Warohmah dan Menerima Kekurangan:* Terimalah kekurangan pasangan dengan penuh pengertian. Setiap orang memiliki kelemahan, dan saling menerima kekurangan merupakan bentuk kasih sayang yang mendalam.

     

    Dengan melakukan hal-hal ini, kita dapat membangun hubungan yang penuh cinta, saling memahami, dan mendukung, menjadikan pernikahan sebagai perjalanan yang penuh makna dan kebahagiaan.

     

    Selain menjaga hati dan perasaan pasangan, penting juga untuk selalu ingat bahwa kita akan menua bersama mereka sepanjang perjalanan kehidupan. Pernikahan bukan hanya tentang hari-hari awal yang penuh romansa, tetapi juga tentang berbagi pengalaman hidup, bertumbuh bersama, dan menghadapi tantangan bersama seiring waktu.

     

    Seiring bertambahnya usia, kita akan melihat perubahan dalam diri masing-masing, baik fisik maupun emosional. Menghadapi masa tua bersama, menikmati kebersamaan dengan anak dan cucu jika ada, adalah bagian dari perjalanan hidup yang berharga. Dalam proses ini, saling memahami, mendukung, dan mencintai satu sama lain akan membuat perjalanan bersama menjadi lebih berarti dan penuh kebahagiaan.

     

    Memupuk hubungan dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan membantu kita menghadapi segala fase kehidupan dengan lebih baik, menjadikan setiap momen bersama pasangan sebagai kenangan yang indah dan penuh makna.

     

    Mohon maaf lahir batin adalah ungkapan yang sering kita dengar, terutama dalam konteks permintaan maaf. Namun, permintaan maaf ini tidak hanya sekadar diucapkan secara lisan. Lebih dari itu, ia harus diwujudkan dengan hati dan perasaan yang tulus, terutama terhadap orang yang paling kita kasihi dan cintai sepanjang hidup kita.

     

    Meminta maaf dengan sepenuh hati berarti menunjukkan penyesalan yang mendalam dan komitmen untuk memperbaiki kesalahan. Ini melibatkan kesadaran akan dampak tindakan kita terhadap orang lain dan usaha nyata untuk memperbaiki hubungan. Permintaan maaf yang tulus harus disertai dengan tindakan yang mencerminkan perubahan dan perbaikan, bukan sekadar kata-kata kosong.

     

    Dalam hubungan yang penuh cinta, seperti pernikahan, menjalani permintaan maaf dengan ketulusan dan keikhlasan adalah kunci untuk memperkuat ikatan dan membangun kepercayaan. Ini adalah bagian dari proses membangun hubungan yang sehat dan harmonis, di mana kedua belah pihak saling menghargai dan berusaha untuk selalu memperbaiki diri demi kebahagiaan bersama.

     

    *Ety Setiyanti* adalah seorang Nutritionist yang lulus dari Program Gizi Masyarakat IPB pada tahun 1987. Karirnya dimulai di RS OngkoMulyo, sebuah rumah sakit yang pada waktu itu menjadi tempat utama bagi pasien jiwa, di mana ia bekerja dari tahun 1989 hingga 1990. Setelah meninggalkan RS OngkoMulyo, Ety beralih fokus ke bidang nutrisi secara lebih luas, bekerja sebagai seorang nutritionist dan trainer. 

     

    Ia melanjutkan studi S2 di bidang manajemen untuk memperdalam pengetahuannya dan meningkatkan keahlian profesionalnya. Saat ini, Ety Setiyanti mengarahkan kariernya sebagai medical marketing di sebuah perusahaan susu internasional, di mana ia menggabungkan pengetahuan nutrisi dan manajerialnya untuk mendukung dan mengembangkan strategi pemasaran medis.

     

     

    Kreator : Ety Setiyanti

    Bagikan ke

    Comment Closed: Siluet di Tengah Kegelapan: Lelaki Muda Di Ambang Keterpurukan (based on true story)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021