KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » SVAN SAKNAS Chapter 1

    SVAN SAKNAS Chapter 1

    BY 16 Jul 2024 Dilihat: 53 kali
    SVAN SAKNAS Chapter 1_alineaku
    1. terdampar di sebuah pulau

      Langit gelap mendung mencekam disertai gemuruh badai begitu riuh mengusik burung-burung camar yang sedang mencari makan di lautan seketika berbondong-bondong terbang tak tentu arah. Tenangnya laut kini berubah menjadi kengerian.

      Sekian detik kemudian dentuman sebuah ledakan dari meletusnya gunung laut. Letusan itu menyemburkan lahar besar menimbulkan puncratan sekian kuintal kubik air laut ke udara. Beberapa kali dentuman terjadi berulang kali kemudian dentuman yang kesekian kalinya bergetar begitu hebat hingga menimbulkan terjadinya pasang surut air laut secara tiba-tiba. Dari garis bibir pantai air laut menyurut tertarik ke tengah laut hingga beberapa meter jauhnya, lalu tidak lama kemudian air kembali datang dengan dibarengi gulungan ombak besar yang begitu tinggi hingga puluhan meter. Sekian detik kemudian air menghantam sebuah daratan besar itu, menerjang apa saja yang menghalanginya. Seluruh kehidupan mulai dari binatang, tumbuhan dan segalanya tak lekang oleh sapuan besar tsunami itu. 

     Tsunami besar yang menghantam banyak pulau itu membawa banyak material dari daratan ke lautan. Entah apa saja yang terbawa oleh gelombang laut besar itu, banyak kehidupan tumbuhan yang terbawa hutan lebat tak terlekan dari tsunami itu, juga banyak binatang yang mati dan beberapa terbawa ke tengah laut. 

     Seekor kera kekah berwarna hitam keabuan dengan bulu wajah putih tampak terengah-engah terbawa arus tsunami, tubuhnya yang kecil basah kuyup diombang-ambing oleh kuatnya gelombang air laut juga seekor burung bersayap kuning yang tidak sempat terbang, sekelompok binatang yang entah itu sejenis domba juga nampak hanyut tak berdaya. Ular, tupai, keledai, ayam, macan, buaya, angsa, dan entah binatang apalagi yang terbawa yang tidak terhitung jumlahnya. Bersamaan dengan material lainnya dari daratan seperti batang pohon besar yang tercerabut dari akarnya, mereka nampak tidak berdaya terbawa oleh gelombang air laut yang begitu besar. 

     Sekian waktu kemudian setelah tsunami besar yang terjadi sebuah daratan yang entah bagaimana muncul. Daratan pulau kecil itu sangat kaya, topografinya sempurna, terdapat gunung yang menjulang tinggi di tengah pulau, lembah gunungnya membentuk hutan hijau yang begitu subur dipenuhi sumber makanan yang berlimpah, air pegunungan yang segar mengalir dari sungai-sungai menuju dataran rendah, gemrujuk air yang jatuh dari ketinggian tebing membentuk air terjun yang begitu indah. Suara-suara kehidupan hutan yang damai seakan menandakan hutan itu telah terbentuk sejak lama. Matahari menyinari sepanjang tahun yang membuat pohon-pohon di hutan tersebut tumbuh dengan subur tinggi menjulang membentuk atap hutan yang begitu rapat. Pekik sahut-sahutan serangga hutan yang sedang mencari maka memperkaya biota kehidupan hutan. 

     Hutan itu dipenuhi tumbuhan pangan yang berlimpah, tanaman buah-buahan yang begitu banyak, aneka umbi-umbian yang tumbuh tersembunyi di banyak cela hutan, berbagai jenis bunga tumbuh begitu indah bermekaran di sana-sini di setiap jengkal hutan. Udaranya begitu segar, tenang dan sangat damai. 

     Di lereng gunung besar itu terdapat rangkaian bukit-bukit indah yang ditumbuhi padang rumput hijau dengan tanaman pohon yang lebih jarang. Nampak indah dari kejauhan bagai tempat di sebuah negeri dongeng. Terdapat juga pesisir pantai yang bersih dan subur ditumbuhi beraneka tumbuhan, kelapa dan hutan bakau yang subur. 

     Di sisi lain pulau itu juga terdapat sebuah padang savanah, sebuah tanah yang juga luas dan lebih kering. Di savanah yang tanahnya kering itu terdapat rawa yang airnya tidak mengalir, namun tetap gersang disekitaranya entah apa yang menghuni daerah itu, yang jelas savanah yang lebih didominasi tanaman ilalang dan beberapa pohon yang tumbuh dengan jarak yang saling berjauhan. Bahkan sebagian pohon yang tumbuh saling berjauhan itu beberapa telah mati mengering yang tersisa hanya batangnya saja atau beberapa hanya ditumbuhi dedaunan kecil yang nampak kerdil. Sabana yang ditumbuhi ilalang tua yang sebagian besar telah berbunga itu terlihat lebih miskin ketimbang sisi lain hutan lereng gunung pulau tersebut 

     Di salah satu sisi bibir pantai pulau  itu, sebuah hutan mangrove yang subur memanjang hingga beberapa jauh, akarnya yang kuat menancap ke tanah memecah ombak yang menerpa daratan pulau.

     Langit bersinar terang berwarna biru tanpa gumpalan awan kumulus. Angin semilir bertiup dengan segarnya. Pasir pantai yang bersih berwarna putih cerah dihiasi ombak-ombak kecil yang bolak-balik berkejaran di bibir pantai menggulung-gulung begitu indah. 

      Seekor kera kekah tergeletak di salah satu akar pohon bakau yang mencuat ke permukaan karena air laut sedang surut. Bulunya berwarna abu tua, dengan warna bulu muka yang berwarna putih dan kelopak mata yang hitam yang entah bagaimana membentuk seperti topeng. tubuhnya terlentang di akar pohon bakau membuat bulunya telah kering di sinari matahari sementara kakinya yang tergantung disentuhi debur ombak kecil yang membuatnya basah. 

     Samar-samar suara debur ombak mulai terdengar oleh pendengaran sang kera, suara pekik burung-burung camar yang terbang di langit membuat sang kera mulai sadar. Perlahan matanya mulai membuka, disambut sinar matahari membuatnya silau. Debur ombak dan semilir angin yang segar menjadi awal yang indah, Sang kera terbangun dari tidurnya yang entah dari sejak kapan tahu-tahu sudah berada di sana.

     Setelah terbangun Sang kera mencoba membangunkan tubuhnya lalu terduduk memandangi sekitarnya, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya salah satu tangannya menggaruk-garuk belakang kepalanya, celingukan bingung melihat sekitar. Sedikit demi sedikit sang kera mulai ingat kejadian sebelumnya, pada saat itu ia bersama kelompoknya sedang berada di sebuah pohon besar sambil memakan dedaunan yang masih muda, di sebuah daratan sedikit jauh dari pantai, lalu langit menggelap secara tiba-tiba dan burung-burung terbang dengan panik di kejauhan, udara seperti hampa sejenak lalu sebuah badai disertai angin besar kemudian disusul air laut yang menggulung-gulung cepat naik ke daratan mengarahnya. 

     Kekhhhhh kekkkhhhhh,,,,,,,

     Tiba-tiba sang kera menjerit sambil meloncat dari tempat ia terduduk. Mengingat kejadian terakhir itu membuatnya takut dan panik. Entah bagaimana kera itu malah berlarian meloncat kesana kemari dari satu pohon ke pohon lainnya tanpa arah yang jelas. Seperti masih belum move on atau tersadar bahwa kejadian waktu itu begitu mengerikan dan membuatnya sangat takut.

     Lalu sang kera terhenti di salah satu pucuk pohon bakau, memandangi pemandangan di depannya adalah lautan biru yang luas jauh tidak berujung. Ingin berteriak atau menangis entahlah sang kera bingung harus bagaimana. Bingung dan panik yang ia alami membuatnya tidak bisa berpikir bagaimana mungkin ia terdampar di sebuah tempat yang entah berantah sangat asing baginya. Setelah kejadian yang ia ingat waktu itu, sapuan ombak besar menghanyutkanya dan kelompoknya ke tengah lautan, namun sekarang ia terbangun selamat dari maut yang mengerikan. Sang kera malah makin panik lalu kembali melompat entah kemana arah mencoba memalingkan pergi dari pemandangan laut luas di hadapanya. 

     Setelah berlarian dari pohon satu ke pohon lainnya sepanjang pantai hutan bakau tibalah sang kera di koloni pohon terakhir dan akhirnya ia malah terjatuh lalu mendarat di pasir pantai. Ia bangun setengah berdiri memandangi sekitaran. Itu sangat asing. Kembali Ia celingukan memandangi sekitaran mencari-cari barangkali ada kelompoknya yang selamat atau setidaknya ada yang tidak asing baginya. Sang kera yang masih bingung setengah berdiri itu mencoba tenang, bahwa semua akan baik-baik saja. Ia kembali menengok ke arah laut yang luas itu, air lautnya yang ringan nampak bersahabat, gulungan ombak yang menjilati pasir pantai nampak tidak berbahaya. 

     Sang kera terduduk kembali. Di pasir putih di bawah pohon bakau yang sedikit rindang, kembali ia terlamun. Menyadari diri yang malang itu berada di tempat asing sendirian namun merasa payah bagaimana mungkin ia bisa sepanik itu setelah selamat dari bencana mengerikan yang telah terjadi.

    “dimana teman-temanku yang lain? Apakah mereka juga mengalami nasib yang sama sepertiku?” Kata sang kera berharap ada salah satu teman sekelompoknya yang bisa ia temui. Sambil berjalan lemas di sepanjang pantai sebentar-bantar kemudian ia kembali terduduk lemas memandangi lautan luas di kejauhan sana yang entah dimana ujungnya. 

     Kera kekah bernama Danki, ya entah sejak kapan nama itu diberikan kepadanya. Rasanya memang aneh baginya sekarang. Bagaimana mungkin kini ia memiliki perasaan yang begitu asing tetapi ini nyata. Bukan perihal mudah bahwa sejak pagi itu seperti terlahir dalam dunia lain, dunia yang entah bagaimana bisa ia rasa sepenuhnya pikiranya lebih komplek.  

     Kruyuk kruyukkkkkkk,,,,,,,,,

     Suara perut Danki berbunyi sebuah kabar baik bahwa itu mungkin sebuah tanda kehidupan yang nyata. Walaupun awalnya mengira ia telah berada di dunia lain di kehidupan kedua, bahwa mungkin ia sudah tiada namun bunyi perutnya menandakan dirinya masih hidup dan berada di dunia nyata.

     Danki bangkit lalu berjalan menuju pohon terdekat. Di salah satu pohon bakau itu ia panjat kembali hingga menuju pucuk. Ia mulai memakan daun muda pohon itu dengan lahap. Namun entah bagaimana selapar itu ia merasa daun  bakau itu rasanya tidak cukup untuk mengobati rasa laparnya . Ia celingukan melihati sekitaran, selain lautan luas di sebelah sana Danki melihat hamparan lain. Sebuah padang savana gersang di arah yang cukup jauh, lalu di sisi lain sebuah gerombolan pohon yang membentuk hutan lebat di belakang hutan itu berdiri gunung yang menjulang tinggi. Hutan itu tampak begitu subur tetapi juga gelap. Namun ada yang aneh menurut Danki, mengapa gunung di kejauhan sana berwarna merah harusnya biru gelap atau hijau gelap. 

     Pilihan Danki tentu saja jatuh ke kawasan hutan lebat. Walaupun hutan itu nampak gelap dan mungkin juga terdapat bahaya akan lebih tidak memungkinkan jika ia memilih untuk pergi ke padang savanah kering yang pohonya saja tumbuh berjauhan dan tentu saja mungkin di sana terdapat kelompok singa atau macan tutul yang sedang lapar. Danki segera beralir dari pohon bakau itu menuju hutan lebat yang ia yakini terdapat makanan lain  bukan saja dedaunan tapi buah-buahan segar yang telah matang. 

     Danki mulai memasuki hutan yang lembab dengan pepohonan besar nampak tenang dan sunyi dari berisik deru ombak dan angin laut. Hanya bunyi sunyi tongeret yang melengking dari pedalaman hutan yang saling sahut menyahut, kupu-kupu yang terbang mencari madu-madu di bunga-bunga besar dalam hutan dan beberapa serangga penghisap madu yang terbang berseliweran. 

     Sampai beberapa pohon Danki lewati masih belum ia temukan pohon yang berbuah. Samar di dalam hutan ketika Danki melintas salah satu pohon samar-samar ia mendengar suara kicau nyanyian seekor burung yang ia yakini burung betina. Suaranya merdu dan nyaring sekali. Alunan suaranya memberi keindahan dan kebahagiaan. Danki mencari-cari sumber suara itu, hingga akhirnya sampai di salah satu pohon. 

    Seekor burung jalak dengan bulu berwarna kuning berada di salah satu pucuk pohon. ia berdendang dengan kakinya yang lincah menari-nari cantik di  ranting-ranting pohon. Danki terdiam terpesona oleh nyanyian burung jalak itu. namun tidak berselang lama burung itu terbang bahkan melintas di atas Danki yang tidak disangka, burung itu benar-benar di luar dugaan membuat Danki jengkel. Bagaimana bisa seekor burung yang cantik dengan suara merdunya itu bisa melakukan hal yang sangat di luar dugaaanya. Sebuah benda lembek jatuh di dekatnya saat sedang mendongak untuk memeriksanya apa gerangan makhluk tersebut. 

    “bujuk apa tuh?, kurang ajar sekali itu burung main crott aja kalo berak. Untung tidak kena muka”

     Danki ingin marah tapi ia tahan karena apapun itu adalah sebuah kabar baik bahwa ada makhluk hidup lain di hutan itu selain dirinya walaupun tidak bisa dipungkiri ia merasa kesal dengan kelakuan burung berbulu kuning itu. Burung itu terbang sambil meninggalkan kotoran begitu saja dan mengalunkan suara panjangnya sambil terbang berlalu.

    “syalalalaaaaaaaa,,,,,,,,,,,,,” 

     Danki melanjutkan kembali menyusuri hutan, beberapa pohon ia lewati ia menemukan buah-buahan yang telah masak. Sayangnya buah-buahan itu sebagian besar berlubang bekas dimakan binatang lain yang membuatnya menjadi tidak sempurna. Dengan kecewa Danki hanya bisa memilih sedikit buah yang masih tersisa dan harus masuk lebih dalam lagi ke dalam hutan. Semakin masuk ke dalam semakin sunyi rasanya di dalam hutan itu, debur ombak juga semakin menghilang diganti bising suara serangga yang entah dimana berada. Sepoi-sepoi angin laut juga redam oleh lebatnya hutan, sinar matahari yang tadi begitu cerah bersinar menyilaukan mata kini di dalam hutan itu nampak terkecoh oleh atap hutan yang begitu rapat dan udara semakin dingin. Aneh rasanya bagi Danki berada di tempat seperti itu, sedari tadi belum juga ia temui makhluk lain selain burung jalak berbulu kuning yang berak hampir mengenai mukanya. 

     Di tengah perjalanan di tengah hutan sebuah aroma menarik perhatian Danki, aroma itu sangat kuat, harumnya semerbak begitu khas, aroma buah yang sudah ranum masak sempurna. Segera Danki mencari sumber aroma itu berada. 

     Dari kejauhan sana sebuah pohon besar nampak begitu indah, buahnya bergelantungan berwarna kuning masak. Seakan melambai pada Danki, buah-buahan itu begitu menggoda. Danki sangat senang akhirnya ia menemukan sebuah pohon dengan buah yang masak. Sebuah pohon mangga yang tumbuh di tengah hutan, walaupun tumbuh di bawah atap hutan yang kurang sinar matahari nampaknya pohon itu tidak kekurangan cahaya dan tetap membuatnya tumbuh dengan baik dan berbuah lebat. Danki melompat kegirangan begitu senang. Sayang seribu sayang begitu Danki sampai di pohon tersebut buah-buahan yang masak bergelantungan itu juga tak lekang dari kerusakan sisa dimakan binatang lain. Hanya tersisa beberapa saja yang masih sempurna. Beberapa buah yang telah begitu masak juga berjatuhan, dan yang berjatuhan membusuk itulah sumber dari aroma yang kuat itu. karena tidak mau ambil pusing Danki makan seadanya buah yang tersedia walaupun banyak yang rusak namun masih bisa ia makan untuk bisa mengenyangkan perutnya. 

     

     

    Kreator : Doni widodo

    Bagikan ke

    Comment Closed: SVAN SAKNAS Chapter 1

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021