Rian adalah remaja Gen Z yang parah kecanduan gadget dan internet. Lita, sahabat Rian, adalah satu-satunya manusia terdekat Rian, selain ibunya, yang masih menghargai proses komunikasi tatap muka. Kondisi tersebut sangat membuat Ibu Rian merasa sangat khawatir.
Di ruang tamu rumah Rian, seperti biasa, Rian duduk di sofa, sibuk bermain game di ponselnya. Tak lama kemudian Lita yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri, masuk ke ruang tamu,”Hai, Rian! Apa kabar?”
“Baik,”jawab Rian tanpa menatap Lita,”Hai, Lit. Baik-baik saja. Lagi sibuk nih.”
“Sibuk? Paling-paling main game lagi,”ujar Lita.
“Iya, lagi nge-push rank. Mau coba?”Rian memberi tawaran.
“Nggak. Aku nggak suka main game. Lebih baik ngobrol yang bener sekalian daripada gaul sama benda mati,”ujar Lita seraya menggelengkan kepala,”Nih, aku bawa lumpia basah, kesukaan kamu. Makan! Masih panas!”lanjutnya.
Rian,meletakkan ponselnya sejenak,”Makasih, Lit. Ngobrol apa lagi? Aku kan udah lihat semua postinganmu di medsos.”
“Ya beda kali, ngomong sama yang ada nyawanya,”balas Lita dan lanjutnya,”Bisa lihat ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan lain-lain. Nggak kayak robot. Bosan!”
“Oke, sepenting itu ya?”Rian menimpali.
”Ya iya dong. Penting! Komunikasi nonverbal itu penting untuk membangun keintiman emosional. Kamu sekolah nggak sih?”Lita menjawab dengan sedikit ketus.
“Idih, kamu kok jadi nge-gas gitu sih? B–aja kali,”Rian pura-pura berekspresi tersinggung seraya tersenyum kecil, lalu sambungnya,”Lagipula, keintiman emosional? Apaan lagi tuh? Lebay banget. Kita kan udah chat-chatan.”Rian tertawa.
“Chat-chatan itu beda, Yan. Kita nggak bisa merasakan intonasi suara, gestur, dan lain-lain.”jawab Lita.
Rian membalas,”Sudahlah, Lit. Zaman sekarang udah canggih. Kita bisa video call kalau mau lihat muka. Nggak usah jauh-jauh datang. Repot tahu?”
“Tapi video call gak bisa dipakai buat kirim lumpiah basah panas, Yan!”Lita menyahut tak mau kalah.
“Kan bisa pakai GoFood, Gojek atau apapun,”balas Rian.
“GoFood, Gojek ngirimnya cuma bisa pakai tangan mereka sendiri, Yan! Gak bisa pinjam pakai tangan aku, dipotong terus dipinjemin buat bawain lumpiah ini ke kamu!”Lita menimpali lagi dengan nada tinggi.
Rian mengeluh,”Ah, ribet ah kamu!”
“Kamu juga sama, susah diajak jadi manusia normal!”balas Lita.
Ibu Rian yang kebetulan sedang menuruni anak tangga menuju dapur, mendengar keributan kecil itu, kemudian menyela,“Ada apa sih, kalian berdua ribut-ribut?”
“Eh, maaf, Tante,”Lita sekalian menyapa memberi salam dan lanjutnya,”Rian, Tante. Sudah jadi robot. Kecanduan parah sama gadget. Sudah nggak butuh orang lagi, Tante!”Lita mengadu.
“Waduh, Rian, Rian,”Sang Bunda turut mengeluh, kemudian,”Komunikasi online itu memang praktis, tapi jangan sampai kamu lupa cara berkomunikasi langsung dengan orang lain. Komunikasi langsung itu penting untuk membangun hubungan yang kuat dan sehat. Dari alam kembali ke alam. Manusia gak akan jadi apa-apa tanpa kekuatan alam. Natural saja biar seimbang. Normal. Kamu manusia. Sadari itu. Hati-hati lho bisa stres. Kendalikan! Bikin normal!”
Sambil mengernyitkan dahi, Rian menjawab,”Oke, Mah. Aku akan kurangi main gadgetnya, supaya bisa lebih jadi manusia!”seraya mengerlingkan matanya ke arah Lita, dan lanjutnya,”Mana lumpiahnya?”
Akhirnya mereka pun menikmati lumpiah basah bersama yang untungnya masih panas.
“Hmm, enak. Well-recommended nih! Beli dimana, Ta?”Rian berkomentar, tampaknya dia dan Bunda sangat menyukainya.
Alih-alih menjawab, Lita berkata,”Makanya jalan-jalan, pakai kaki, pakai mata, datengin langsung, nongkrong makan. Jadi manusia!”
Swipe Right and Left:
- Like Rian yang sibuk nge-push rank sampai lupa dunia.
- Comment “Nggak usah jauh-jauh datang, Repot tahu?”, ujar Rian si jagoan online.
- Love Lita yang pantang menyerah dalam misi “menormalkan” Rian.
Pesan Moral:
Chat, sosmed, dan video call memang mudah dan sangat praktis tapi kebiasaan ini membuat kita sulit berkomunikasi langsung dengan orang lain sebab kita jadi terlalu terbiasa dengan kata-kata di layar sehingga lupa dengan cara membaca ekspresi wajah, gestur, dan bahasa tubuh orang lain. Tak heran, hal ini akan menyebabkan kesalahpahaman.
Komunikasi online akan membatasi keintiman emosional sebab kita tidak bisa merasakan sentuhan fisik, kehangatan, dan koneksi yang terjalin dalam interaksi tatap muka.
Seimbangkan ⚖️ komunikasi online dengan tatap muka.
Luangkan waktu untuk bertemu dan berbicara langsung dengan orang lain. Perhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah orang lain saat berkomunikasi.
Berikan pelukan, tepukan di bahu, atau jabat tangan untuk membangun koneksi yang lebih dalam.
Kreator : Adwanthi
Comment Closed: Swipe Right and Left: Like, Comment and Love in the Cloud of Emoji
Sorry, comment are closed for this post.