KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Cerpen » Terdampar Di Bumi Sawerigading

    Terdampar Di Bumi Sawerigading

    BY 28 Okt 2022 Dilihat: 60 kali

    Oleh : Sirajuddin Jamal

    “Hidup yang penuh kebahagiaan tidak akan terjadi begitu saja,

    dibutuhkan banyak doa, kerendahan hati, pengorbanan dan cinta.”

    **Merry Riana**

    Seorang laki-laki meskipun terlihat tegar dan kuat, hatinya mudah kesepian dan rapuh sewaktu-waktu. Begitulah yang kualami sebagai seorang duda.

    Aku adalah seorang duda berusia empat puluh tahun. Istriku telah meninggal setahun yang lalu karena sakit. Pekerjaanku adalah guru salah satu sekolah di Tanah Bugis. Duka yang dalam karena kehilangan istri selalu membuatku ingin menyendiri. Setiap ada waktu luang, aku tak sabar bergegas menuju balai-balai pada sebuah taman di sudut kota, yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalku. Tujuanku hanya duduk termenung, begitu kebiasaan yang kulakukan setelah istriku meninggal.

    Melihat hal ini, orang-orang disekitarku termasuk teman-temanku, merasa iba dan terharu melihat kelakuanku. Dulu aku dikenal sebagai periang dan suka bergurau, tetapi sejak peristiwa itu kelakuanku berubah drastis.

    Suatu ketika seorang sahabatku mendekati dan mulai mengajakku bicara.

    “Pak Sir, mengapa akhir-akhir ini kelakuanmu seperti itu? Tidak mau bergaul dengan kami, tidak boleh terlalu larut atas kepergian istrimu, nanti kau sakit, gimana?” kata TR, temanku yang mencoba membuyarkan lamunanku.

    “Tidak, Teman, perasaanku tidak karuan, hilang semangat hidupku,” jawabku.

    “Jangan begitu, Teman, mari kita melakukan sesuatu agar kesedihanmu hilang,” bujuknya mencoba menghiburku.

    Suatu hari ada pertemuan guru pada sebuah sekolah di daerah itu, diajaklah Aku ikut, karena Aku adalah salah satu guru andalan di daerah itu.

    “Oh, ya, besok ada pertemuan guru di SD Malakke, ikut ya? Nanti aku jemput,” ajak TR.

    “Insyaa Allah,” jawabku.

    Ketika saat pertemuan tiba,  semua guru yang diundang mulai berdatangan satu persatu. Sebagian ada yang naik motor, ada pula yang jalan kaki, bahkan ada juga yang mengendarai mobil. Aku datang  dibonceng temanku memasuki halaman sekolah tempat pertemuan. Kebetulan acara pertemuan belum dimulai, jadi kesempatan guru-guru yang hadir duluan bersenda gurau dan berbicara lepas.

    Disela-sela perbicangan itu, sesekali diselingin tawa dan tepuk tangan untuk meriuhkan suasana, Aku juga tidak ketinggalan tertawa. Rupanya kesedihanku mulai terobati. Aku mulai melirik orang-orang disekitarku, guru-guru muda maupun tua lalu lalang bergiliran masuk pada tempat pertemuan itu. Tiba-tiba, tanpa sengaja pandanganku tertuju pada seorang wanita yang baru saja masuk ke ruangan. Jantungku berdetak kencang, dadaku berdebar-debar. Wanita tersebut pun sempat menoleh dan melemparkan senyum. Maka bertemulah pandangan pertama kami.   Perasaanku seakan di sambar angin surga, sehingga muncullah naluri kelaki-lakianku.

     “Pak Sir, apakah belum terpikirkan mencari pasangan sebagai pengganti istrimu yang meninggal itu?” tanya RH yang duduk di sebelahku

    “Hm… he..he..” Aku menarik napas sambil tersenyum.

    “Kalau kamu berminat, banyak guru-guru muda yang bisa dipilih,” tambahnya.

    Tak di sangka, BD temanku yang lain juga memberi saran, duduknya tidak jauh dariku, “Kalau Pak Sir berminat beristeri lagi, akan kutunjukkan. Gimana Pak Sir?” bujuk BD.

    “Yang mana itu?” tanyaku.

    “Ada adiknya Bu Sum, namanya AN, seorang pegawai negeri di kota Sawerigading. Nanti besok Bu Sum bawa fotonya,” jelas BD.

    Keesokan harinya, kami membersamai teman-temanku datang lagi ke sekolah BD, untuk sesuatu pertemuan guru. Sebelum acara di mulai, ditunjukkanlah aku foto yang dimaksud.

    “Bagus juga ya, bagaimana bisa melihat langsung orangnya?”

    “Kalau Pak Sir mau lihat langsung orangnya, kita bisa berkunjung ke sana,” kata Bu Im salah satu guru di sekolah itu. Rupanya semua temanku mendukung agar aku segera menikah lagi.

    “Hmm … boleh juga,” kataku

    “Kita bisa rencanakan berangkat minggu depan,” kata BD.

    Perencanaan pemberangkatan dimatangkan, ada yang membuat kue, ada yang membuat buras dan lauknya untuk konsumsi baik di jalan maupun sesampai pada tempat tujuan.

    ***

    Sepekan kemudian, tibalah hari yang direncanakan untuk berangkat ke kota Sawerigading. Pada hari itu, hari Ahad, kegiatan sekolah libur. Saat itu Sang mentari belum menampakkan sinarnya, tapi embun nyelonong mengusik suasana, sehingga membuat badan terasa dingin. Namun, hal itu tidak menyurutkan niat akan berangkat.

    Mobil Toyota hitam disiapkan, lalu lalang menjemput penumpang. Hingga sudah tujuh orang ada dalam mobil lengkap dengan perbekalannya. Semenit kemudian, mobil melaju menelusuri jalan, Aku sebagai driver, yang belum lama dan belum mahir mengemudikan mobil sangatlah berhati-hati, karena baru kali pertama melewati jalan itu. Tapi niat dan tekadku yang suci, Insya’allah akan sampai dengan selamat.

    Sekitar empat jam mobil berjalan yang diselingi tertawa dan senda gurau, hingga membuatku sebagai Pak sopir tidak tegang. Sesaat kemudian, tibalah rombongan pada suatu batas kota yang bertuliskan, “SELAMAT DATANG DI BUMI SAWERIGADING”.

    Salah seorang dari rombongan menelpon orang yang akan dikunjungi. Setelah telpon terjawab, maka rombongan mendapat petunjuk arah yang akan dituju. Tak lama kemudian, sampailah rombongan di rumah kediaman yang dimaksud.

    Rombongan turun dari mobil, satu persatu masuk ke dalam rumah, termasuk Pak sopir, aku.  Ketika aku memasuki pekarangan rumah, ada rasa aneh yang aku rasakan, rupanya ada keajaiban Allah yang akan datang. Setelah jamuan tuan rumah dinikmati, rombongan kami dan tuan rumah menuju ke tempat wisata Jalan Lingkar yang berada di pantai dekat Pelabuhan Tanjung Ringgi. Rombongan memasuki salah satu warung makan. Di situ kami menikmati berbagai hidangan khas kota Sawerigading.

    Tak berapa lama, kami menuju lagi ke tempat wisata bernama Sungai Jodoh di Latuppa, sambil makan buah durian dan rambutan. Setelah itu, kami singgah salat Ashar di masjid Jami Bumi Sawerigading, yang terkenal salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan.

    Ketika hari menjelang sore, saat sang mentari mulai condong ke barat, kami pun segera pamit pada tuan rumah, dan akan pulang ke rumah masing-masing.

    Di saat mobil diputar balik, e … tak disangka, tak disengaja, mobil kami menyerempet mobil yang sedang parkir di depan rumah. Terjadilah insiden kecil, secara terpaksa harus diselesaikan dahulu baru kami tinggalkan kota Sawerigading.

    ***

    Sejak kejadian itu, ucapan terima kasih aku kirim kepada tuan rumah atas pelayanannya kepada kami sewaktu berkunjung perdana di Bumi Sawerigading, dan perkenalan pun di mulai. Alhamdulillah, ada sambutan baik, walaupun pada awalnya ada penolakan. Akan tetapi, karena Allah mentakdirkan sesuatu, semua ada jalannya.

    Bila cintaku memilihmu, kau tahu itu bukanlah pilihanku,

    tapi adalah pilihan-Nya.

    Bila cintaku memilihmu, itu bukan karena cintaku padamu,

    tapi karena Allah mencintai kita.

    Bila cintaku memilihmu,

    Biarkan waktu yang menjawabnya.

    Pernikahan bukan untuk sehari atau dua hari, tapi sampai ke surga.

    Semoga kita tidak salah pilih,

    melabuhkan hati dalam dermaga cinta.

    Aamiin.

    Tak perlu menunggu lama, perkenalan pun semakin akrab, hingga membuat dua insan ini saling memahami satu sama lain. Akhirnya, kami sepakat akan bersatu membina sebuah rumah tangga bahagia. Dan kulakukanlah acara lamaran kepada kedua orang tua perempuan.

    Acara lamaran pun berlangsung aman dan terkendali, serta melahirkan suatu kesepakatan termasuk acara akad nikah. Acara akad nikah direncanakan pada bulan Agustus 2014, beberapa minggu setelah lebaran Idul Fitri.

    ***

    Beberapa bulan setelah acara lamaran, pernikahanku dilaksanakan di Bumi Sawerigading. Kami rombongan calon mempelai laki-laki berangkat dari rumah kediamanku menuju ke Bumi Sawerigading dengan iring-iringan kendaraan dari keluarga, teman, dan kerabat-kerabatku.

    Tak berapa lama, rombongan kami sudah tiba ke tempat acara akad nikah, yaitu di sebuah gedung Megah di Bumi Sawerigading yang bernama Gedung Merdeka Convention Hall.

    Acara Ijab Qabul berlangsung aman, tertib dan terkendali. Kemudian, dilanjutkan saling memasangkan cincing kawin kepada kedua belah pihak. Setelah itu, kedua mempelai bersanding di pelaminan yang telah disediakan.Tamu-tamu dan undangan saling berdatangan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.

    Setelah acara walimah pernikahan selesai, kedua mempelai beserta keluarga pulang ke rumah kediaman pengantin perempuan. Alhamdulillah, ternyata, Aku terdampar di Bumi Sawerigading, melabuhkan hati yang sedang gunda gulana.

    Keesokan harinya, kedua mempelai beserta beberapa keluarga pengantar, berangkat ke rumah kediaman pengantin laki-laki, untuk melaksanakan penerimaan tamu bagi keluarga, teman, dan kerabat, yang tidak sempat ke Bumi Sawerigading.

    ***

    Seiring berjalannya waktu, setelah pernikahanku, kami membina keluarga bagai layaknya pengantin baru. Saling menyayangi, saling membantu. Akan tetapi, kami tidak melaksakan waktu khusus untuk berbulan madu, karena kami berdua adalah pegawai negeri yang punya waktu cuti sangat terbatas.

    Singkat cerita, tak berapa lama istriku hamil. Sejak istriku hamil, aku betul-betul menjaganya, bagai menjaga bola kristal. Aku mulai mendidik anakku dalam kandungan. Makanan istriku sangat kuperhatikan, bukan hanya ke halalannya juga nilai gizinya.

    Setiap selesai salat Isya, kulantunkan ayat-ayat Al-qur’an dan berbagai doa-doa yang mustajab. Begitu pula di sepertiga malam tak pernah luput aku bangun salat Tahajjud, bermunajat ke Rabb-ku agar istriku dan cabang bayiku mendapat perlidungan dari Allah SWT.

    Di saat istriku hamil muda, sangat ketat pengawasanku terutama kerja agak berat dihindari, termasuk menjaga perasaannya agar tidak stres. Kesehatan istriku betul-betul kujaga. Setiap akan ke dokter untuk memeriksakan kandungannya, aku tidak pernah ketinggalan menyertainya.

    Ketika usia kehamilan istriku masuk pada enam bulan, kuajak istriku melakukan olah raga ringan seperti jalan-jalan pagi.

    “Dinda, ada baiknya kita ikuti saran dokter, lakukan jalan-jalan pagi ya,”ajakku memelas. Dia pun selalu melakukannya sesuai kemampuannya, aku pun turut serta.

    Di saat usia kehamilan istriku mencapai tiga puluh enam minggu. Istriku kubawa ke dokter ahli kandungan untuk memeriksakan kandungannya. Dokter melakukan pemeriksaan,

     “Paling lama dua minggu istrimu akan melahirkan,”kata dokter yang berjas snelli putih sementara mencuci tangannya.

    Selang tiga hari kemudian, Istriku mengalami kontraksi rahim, dengan sigap dan tanggap seketika itu kularikan ke Rumah Sakit Bersalin terdekat. Setiba di sana suster dan bidan menjemputnya lalu berkata,

     “Maaf bapak harap di luar, dokter akan melakukan pemeriksaan.”

    “Baik … suster,”  kataku.

    Lima belas menit kemudian istriku dalam pemantauan dokter. Dokter menemuiku,

     “Istrimu akan melahirkan,”  cetus dokter ahli kandungan.

    “Baik dokter, silahkan lakukan yang terbaik,” Berbagai upaya aku lakukan termasuk mendaras doa dan zikir, agar istriku dimudahkan persalinannya. Alhamdulillah, sekitar empat jam, istriku dalam pemantauan dokter. Dia berhasil melahirkan anakku yang pertama dengan normal pada hari Senin, 30 November 2015 di Rumah Sakit Umum Bersalin di kotaku.

    Selamat datang di dunia anakku. Aku telah menantimu ribuan malam dalam kehidupanku.                                                      

    Pada bayi merah itu, kumintakan izin pada suster untuk mengazankan di telinga kanannya dan Iqamah di telinga kirinya. Kemudian mendoakan keberkahan, pula perlindungan kepada Allah agar terhindar dari godaan setan. Itulah pendidikan pertama kuberikan setelah anakku lahir.

    Setiap manusia yang hadir di muka bumi ini, akan terlahir dengan fitrahnya. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani. Dengan kata lain, lingkungan yang membentuknya dengan berbagai aspek kehidupan. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW.,

    Setiap manusia dilahirkan ibunya di atas fitrahnya. Kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.”(HR. Bukhari dan Muslim).

    Anak dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang belum terkena coretan noda dan dosa. Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Anak menjadi tempat curahan kasih sayang orang tuanya. Ia akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh dari kedua orang tuanya dan juga lingkungan disekitarnya.

    Imam Al-Ghazali menyebutkan anak itu sebagai amanat bagaikan mutiara nan indah. Ia mengatakan, “Anak itu amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya fitrah, permata yang indah, Jika anak dibekali dan diajarkan kebaikan, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan serta bahagia di dunia dan di akhirat. Namun, jika anak dibekali dengan kejelekan, dan diabaikan sebagaimana binatang ternak. Maka ia akan celaka dan binasa.”

    Pada hari ketujuh dari kelahirannya aku mengaqikahkan anakku dengan memotong kambing dua ekor, memberinya nama, dan mencukur rambutnya. Hal ini sesuai hadis Rasulullah SAW.

    “Setiap anak yang lahir tergadai dengan aqiqahnya, disembilihkan (kambing) untuknya pada hari ketujuh, dicukur dan diberi nama.”(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

    Anakku merupakan pemecah kesepian dan kesunyian di dalam rumah tanggaku. Anakku merupakan sosok yang memiliki daya pikat kerinduan tersendiri bagi kami orang tuanya. Setiap perkembangan anak yang dilaluinya selalu membuat senyum dan tawa sehingga keceriaan selalu tercipta bila bersama Si buah hati pengeras jantung.

    Namun, di balik keceriaan dan kegembiraan itu terkadang pula membuat rasa kejengkelan orang tua, utamanya di saat-saat anak berusia dua sampai empat tahun. Akan tetapi, itu adalah suka duka bersama anak sebagai buah hati yang tersayang.

    Di saat aku pulang kerja, letih dan penat menyertaiku. Seketika itu sirna dengan sendirinya karena sambutan tawa dan kemanjaan anak tersayang sebagai buah hati pengeras jantung. Demikian pula ibunya disaat kelelahan mengurus rumah tangga secara rutinitas, bisa pupus dengan sendirinya berkat keceriaan anak buah hatinya.

    Di sisi lain, ada orang tua mengeluhkan kenakalan anaknya. Padahal ada banyak orang di luar sana masih berharap punya anak untuk mengisi kesehariannya, tetapi tidak diberikan.

    Anak adalah amanah Allah.

    Mendidik anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh persiapan dan segudang kesabaran, serta perhatian yang besar untuk membentuk pribadi yang kuat dan relegius. Anak membutuhkan waktu, kasih sayang, harta, jiwa raga untuk menjalani aktivitas hidupnya dalam tumbuh dan berkembang hingga dewasa dan bisa mandiri.

    Menjadi orang tua bagaikan seorang kesatria yang melepaskan anak panah untuk membunuh angkara.

    Cerita ini adalah kisah nyata walaupun dibumbuhi sedikit fiksi, dan menjadi kenangan bagi keluargaku.

    Semoga tulisan ini bermanfaat terutama bagi penulis.

    Bumi Sawerigading, 07102022.

    Mau jadi penulis Sebariskata dan berpeluang gajian ? Sangat terbuka untuk penulis umum

    Bagikan ke

    Comment Closed: Terdampar Di Bumi Sawerigading

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021