Oleh : Sirajuddin Jamal
“Hidup yang penuh kebahagiaan tidak akan terjadi begitu saja,
dibutuhkan banyak doa, kerendahan hati, pengorbanan dan cinta.”
**Merry Riana**
Seorang
laki-laki meskipun terlihat tegar dan kuat, hatinya mudah kesepian dan rapuh
sewaktu-waktu. Begitulah yang kualami sebagai seorang duda.
Aku
adalah seorang duda berusia empat puluh tahun. Istriku telah meninggal setahun
yang lalu karena sakit. Pekerjaanku adalah guru salah satu sekolah di Tanah
Bugis. Duka yang dalam karena kehilangan istri selalu membuatku ingin
menyendiri. Setiap ada waktu luang, aku tak sabar bergegas menuju balai-balai pada
sebuah taman di sudut kota, yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalku.
Tujuanku hanya duduk termenung, begitu kebiasaan yang kulakukan setelah istriku
meninggal.
Melihat
hal ini, orang-orang disekitarku termasuk teman-temanku, merasa iba dan terharu
melihat kelakuanku. Dulu aku dikenal sebagai periang dan suka bergurau, tetapi
sejak peristiwa itu kelakuanku berubah drastis.
Suatu
ketika seorang sahabatku mendekati dan mulai mengajakku bicara.
“Pak
Sir, mengapa akhir-akhir ini kelakuanmu seperti itu? Tidak mau bergaul dengan
kami, tidak boleh terlalu larut atas kepergian istrimu, nanti kau sakit,
gimana?” kata TR, temanku yang mencoba membuyarkan lamunanku.
“Tidak,
Teman, perasaanku tidak karuan, hilang semangat hidupku,” jawabku.
“Jangan
begitu, Teman, mari kita melakukan sesuatu agar kesedihanmu hilang,” bujuknya
mencoba menghiburku.
Suatu
hari ada pertemuan guru pada sebuah sekolah di daerah itu, diajaklah Aku ikut,
karena Aku adalah salah satu guru andalan di daerah itu.
“Oh,
ya, besok ada pertemuan guru di SD Malakke, ikut ya? Nanti aku jemput,” ajak TR.
“Insyaa
Allah,” jawabku.
Ketika
saat pertemuan tiba, semua guru yang
diundang mulai berdatangan satu persatu. Sebagian ada yang naik motor, ada pula
yang jalan kaki, bahkan ada juga yang mengendarai mobil. Aku datang dibonceng temanku memasuki halaman sekolah tempat
pertemuan. Kebetulan acara pertemuan belum dimulai, jadi kesempatan guru-guru
yang hadir duluan bersenda gurau dan berbicara lepas.
Disela-sela
perbicangan itu, sesekali diselingin tawa dan tepuk tangan untuk meriuhkan
suasana, Aku juga tidak ketinggalan tertawa. Rupanya kesedihanku mulai
terobati. Aku mulai melirik orang-orang disekitarku, guru-guru muda maupun tua
lalu lalang bergiliran masuk pada tempat pertemuan itu. Tiba-tiba, tanpa
sengaja pandanganku tertuju pada seorang wanita yang baru saja masuk ke
ruangan. Jantungku berdetak kencang, dadaku berdebar-debar. Wanita tersebut pun
sempat menoleh dan melemparkan senyum. Maka bertemulah pandangan pertama
kami. Perasaanku seakan di sambar angin
surga, sehingga muncullah naluri kelaki-lakianku.
“Pak Sir, apakah belum terpikirkan mencari
pasangan sebagai pengganti istrimu yang meninggal itu?” tanya RH yang duduk di
sebelahku
“Hm…
he..he..” Aku menarik napas sambil tersenyum.
“Kalau
kamu berminat, banyak guru-guru muda yang bisa dipilih,” tambahnya.
Tak
di sangka, BD temanku yang lain juga memberi saran, duduknya tidak jauh dariku,
“Kalau Pak Sir berminat beristeri lagi, akan kutunjukkan. Gimana Pak Sir?”
bujuk BD.
“Yang
mana itu?” tanyaku.
“Ada
adiknya Bu Sum, namanya AN, seorang pegawai negeri di kota Sawerigading. Nanti
besok Bu Sum bawa fotonya,” jelas BD.
Keesokan
harinya, kami membersamai teman-temanku datang lagi ke sekolah BD, untuk
sesuatu pertemuan guru. Sebelum acara di mulai, ditunjukkanlah aku foto yang
dimaksud.
“Bagus
juga ya, bagaimana bisa melihat langsung orangnya?”
“Kalau
Pak Sir mau lihat langsung orangnya, kita bisa berkunjung ke sana,” kata Bu Im
salah satu guru di sekolah itu. Rupanya semua temanku mendukung agar aku segera
menikah lagi.
“Hmm
… boleh juga,” kataku
“Kita
bisa rencanakan berangkat minggu depan,” kata BD.
Perencanaan
pemberangkatan dimatangkan, ada yang membuat kue, ada yang membuat buras dan
lauknya untuk konsumsi baik di jalan maupun sesampai pada tempat tujuan.
***
Sepekan
kemudian, tibalah hari yang direncanakan untuk berangkat ke kota Sawerigading.
Pada hari itu, hari Ahad, kegiatan sekolah libur. Saat itu Sang mentari belum
menampakkan sinarnya, tapi embun nyelonong
mengusik suasana, sehingga membuat badan terasa dingin. Namun, hal itu tidak
menyurutkan niat akan berangkat.
Mobil
Toyota hitam disiapkan, lalu lalang menjemput penumpang. Hingga sudah tujuh
orang ada dalam mobil lengkap dengan perbekalannya. Semenit kemudian, mobil
melaju menelusuri jalan, Aku sebagai driver, yang belum lama dan belum mahir
mengemudikan mobil sangatlah berhati-hati, karena baru kali pertama melewati
jalan itu. Tapi niat dan tekadku yang suci, Insya’allah akan sampai dengan
selamat.
Sekitar
empat jam mobil berjalan yang diselingi tertawa dan senda gurau, hingga
membuatku sebagai Pak sopir tidak tegang. Sesaat kemudian, tibalah rombongan
pada suatu batas kota yang bertuliskan, “SELAMAT DATANG DI BUMI SAWERIGADING”.
Salah
seorang dari rombongan menelpon orang yang akan dikunjungi. Setelah telpon
terjawab, maka rombongan mendapat petunjuk arah yang akan dituju. Tak lama
kemudian, sampailah rombongan di rumah kediaman yang dimaksud.
Rombongan
turun dari mobil, satu persatu masuk ke dalam rumah, termasuk Pak sopir,
aku. Ketika aku memasuki pekarangan
rumah, ada rasa aneh yang aku rasakan, rupanya ada keajaiban Allah yang akan
datang. Setelah jamuan tuan rumah dinikmati, rombongan kami dan tuan rumah
menuju ke tempat wisata Jalan Lingkar yang berada di pantai dekat Pelabuhan
Tanjung Ringgi. Rombongan memasuki salah satu warung makan. Di situ kami
menikmati berbagai hidangan khas kota Sawerigading.
Tak
berapa lama, kami menuju lagi ke tempat wisata bernama Sungai Jodoh di Latuppa,
sambil makan buah durian dan rambutan. Setelah itu, kami singgah salat Ashar di
masjid Jami Bumi Sawerigading, yang terkenal salah satu masjid tertua di
Sulawesi Selatan.
Ketika
hari menjelang sore, saat sang mentari mulai condong ke barat, kami pun segera
pamit pada tuan rumah, dan akan pulang ke rumah masing-masing.
Di
saat mobil diputar balik, e … tak disangka, tak disengaja, mobil kami
menyerempet mobil yang sedang parkir di depan rumah. Terjadilah insiden kecil,
secara terpaksa harus diselesaikan dahulu baru kami tinggalkan kota
Sawerigading.
***
Sejak
kejadian itu, ucapan terima kasih aku kirim kepada tuan rumah atas pelayanannya
kepada kami sewaktu berkunjung perdana di Bumi Sawerigading, dan perkenalan pun
di mulai. Alhamdulillah, ada sambutan
baik, walaupun pada awalnya ada penolakan. Akan tetapi, karena Allah
mentakdirkan sesuatu, semua ada jalannya.
Bila cintaku memilihmu,
kau tahu itu bukanlah pilihanku,
tapi adalah pilihan-Nya.
Bila cintaku memilihmu,
itu bukan karena cintaku padamu,
tapi karena Allah
mencintai kita.
Bila cintaku memilihmu,
Biarkan waktu yang
menjawabnya.
Pernikahan bukan untuk
sehari atau dua hari, tapi sampai ke surga.
Semoga kita tidak salah
pilih,
melabuhkan hati dalam
dermaga cinta.
Aamiin.
Tak
perlu menunggu lama, perkenalan pun semakin akrab, hingga membuat dua insan ini
saling memahami satu sama lain. Akhirnya, kami sepakat akan bersatu membina
sebuah rumah tangga bahagia. Dan kulakukanlah acara lamaran kepada kedua orang
tua perempuan.
Acara
lamaran pun berlangsung aman dan terkendali, serta melahirkan suatu kesepakatan
termasuk acara akad nikah. Acara akad nikah direncanakan pada bulan Agustus
2014, beberapa minggu setelah lebaran Idul Fitri.
***
Beberapa
bulan setelah acara lamaran, pernikahanku dilaksanakan di Bumi Sawerigading.
Kami rombongan calon mempelai laki-laki berangkat dari rumah kediamanku menuju
ke Bumi Sawerigading dengan iring-iringan kendaraan dari keluarga, teman, dan
kerabat-kerabatku.
Tak
berapa lama, rombongan kami sudah tiba ke tempat acara akad nikah, yaitu di
sebuah gedung Megah di Bumi Sawerigading yang bernama Gedung Merdeka Convention Hall.
Acara
Ijab Qabul berlangsung aman, tertib dan terkendali. Kemudian, dilanjutkan
saling memasangkan cincing kawin kepada kedua belah pihak. Setelah itu, kedua
mempelai bersanding di pelaminan yang telah disediakan.Tamu-tamu dan undangan
saling berdatangan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.
Setelah
acara walimah pernikahan selesai, kedua mempelai beserta keluarga pulang ke
rumah kediaman pengantin perempuan. Alhamdulillah,
ternyata, Aku terdampar di Bumi Sawerigading, melabuhkan hati yang sedang
gunda gulana.
Keesokan
harinya, kedua mempelai beserta beberapa keluarga pengantar, berangkat ke rumah
kediaman pengantin laki-laki, untuk melaksanakan penerimaan tamu bagi keluarga,
teman, dan kerabat, yang tidak sempat ke Bumi Sawerigading.
***
Seiring
berjalannya waktu, setelah pernikahanku, kami membina keluarga bagai layaknya
pengantin baru. Saling menyayangi, saling membantu. Akan tetapi, kami tidak
melaksakan waktu khusus untuk berbulan madu, karena kami berdua adalah pegawai
negeri yang punya waktu cuti sangat terbatas.
Singkat
cerita, tak berapa lama istriku hamil. Sejak istriku hamil, aku betul-betul
menjaganya, bagai menjaga bola kristal. Aku mulai mendidik anakku dalam
kandungan. Makanan istriku sangat kuperhatikan, bukan hanya ke halalannya juga
nilai gizinya.
Setiap
selesai salat Isya, kulantunkan ayat-ayat Al-qur’an dan berbagai doa-doa yang
mustajab. Begitu pula di sepertiga malam tak pernah luput aku bangun salat
Tahajjud, bermunajat ke Rabb-ku agar istriku dan cabang bayiku mendapat
perlidungan dari Allah SWT.
Di
saat istriku hamil muda, sangat ketat pengawasanku terutama kerja agak berat
dihindari, termasuk menjaga perasaannya agar tidak stres. Kesehatan istriku betul-betul kujaga. Setiap akan ke dokter
untuk memeriksakan kandungannya, aku tidak pernah ketinggalan menyertainya.
Ketika
usia kehamilan istriku masuk pada enam bulan, kuajak istriku melakukan olah
raga ringan seperti jalan-jalan pagi.
“Dinda,
ada baiknya kita ikuti saran dokter, lakukan jalan-jalan pagi ya,”ajakku
memelas. Dia pun selalu melakukannya sesuai kemampuannya, aku pun turut serta.
Di
saat usia kehamilan istriku mencapai tiga puluh enam minggu. Istriku kubawa ke
dokter ahli kandungan untuk memeriksakan kandungannya. Dokter melakukan
pemeriksaan,
“Paling lama dua minggu istrimu akan
melahirkan,”kata dokter yang berjas snelli putih sementara mencuci
tangannya.
Selang
tiga hari kemudian, Istriku mengalami kontraksi rahim, dengan sigap dan tanggap
seketika itu kularikan ke Rumah Sakit Bersalin terdekat. Setiba di sana suster
dan bidan menjemputnya lalu berkata,
“Maaf bapak harap di luar, dokter akan
melakukan pemeriksaan.”
“Baik
… suster,” kataku.
Lima
belas menit kemudian istriku dalam pemantauan dokter. Dokter menemuiku,
“Istrimu akan melahirkan,” cetus dokter ahli kandungan.
“Baik
dokter, silahkan lakukan yang terbaik,” Berbagai upaya aku lakukan termasuk
mendaras doa dan zikir, agar istriku dimudahkan persalinannya. Alhamdulillah, sekitar empat jam,
istriku dalam pemantauan dokter. Dia berhasil melahirkan anakku yang pertama
dengan normal pada hari Senin, 30 November 2015 di Rumah Sakit Umum Bersalin di
kotaku.
Selamat
datang di dunia anakku. Aku telah menantimu ribuan malam dalam
kehidupanku.
Pada
bayi merah itu, kumintakan izin pada suster untuk mengazankan di telinga
kanannya dan Iqamah di telinga kirinya. Kemudian mendoakan keberkahan, pula perlindungan
kepada Allah agar terhindar dari godaan setan. Itulah pendidikan pertama
kuberikan setelah anakku lahir.
Setiap
manusia yang hadir di muka bumi ini, akan terlahir dengan fitrahnya. Kedua
orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani. Dengan kata
lain, lingkungan yang membentuknya dengan berbagai aspek kehidupan. Hal ini
sesuai sabda Nabi Muhammad SAW.,
“Setiap manusia dilahirkan ibunya di atas
fitrahnya. Kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau
Majusi.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Anak
dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang belum terkena coretan
noda dan dosa. Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan
apapun. Anak menjadi tempat curahan kasih sayang orang tuanya. Ia akan
berkembang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh dari kedua orang tuanya dan
juga lingkungan disekitarnya.
Imam
Al-Ghazali menyebutkan anak itu sebagai amanat bagaikan mutiara nan indah. Ia
mengatakan, “Anak itu amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya fitrah,
permata yang indah, Jika anak dibekali dan diajarkan kebaikan, maka ia akan
tumbuh dalam kebaikan serta bahagia di dunia dan di akhirat. Namun, jika anak
dibekali dengan kejelekan, dan diabaikan sebagaimana binatang ternak. Maka ia
akan celaka dan binasa.”
Pada
hari ketujuh dari kelahirannya aku mengaqikahkan anakku dengan memotong kambing
dua ekor, memberinya nama, dan mencukur rambutnya. Hal ini sesuai hadis
Rasulullah SAW.
“Setiap anak yang
lahir tergadai dengan aqiqahnya, disembilihkan (kambing) untuknya pada hari
ketujuh, dicukur dan diberi nama.”(HR.
Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Anakku
merupakan pemecah kesepian dan kesunyian di dalam rumah tanggaku. Anakku
merupakan sosok yang memiliki daya pikat kerinduan tersendiri bagi kami orang
tuanya. Setiap perkembangan anak yang dilaluinya selalu membuat senyum dan tawa
sehingga keceriaan selalu tercipta bila bersama Si buah hati pengeras jantung.
Namun,
di balik keceriaan dan kegembiraan itu terkadang pula membuat rasa kejengkelan
orang tua, utamanya di saat-saat anak berusia dua sampai empat tahun. Akan tetapi,
itu adalah suka duka bersama anak sebagai buah hati yang tersayang.
Di
saat aku pulang kerja, letih dan penat menyertaiku. Seketika itu sirna dengan
sendirinya karena sambutan tawa dan kemanjaan anak tersayang sebagai buah hati
pengeras jantung. Demikian pula ibunya disaat kelelahan mengurus rumah tangga
secara rutinitas, bisa pupus dengan sendirinya berkat keceriaan anak buah
hatinya.
Di
sisi lain, ada orang tua mengeluhkan kenakalan anaknya. Padahal ada banyak
orang di luar sana masih berharap punya anak untuk mengisi kesehariannya,
tetapi tidak diberikan.
Anak
adalah amanah Allah.
Mendidik
anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh persiapan dan segudang
kesabaran, serta perhatian yang besar untuk membentuk pribadi yang kuat dan
relegius. Anak membutuhkan waktu, kasih sayang, harta, jiwa raga untuk
menjalani aktivitas hidupnya dalam tumbuh dan berkembang hingga dewasa dan bisa
mandiri.
Menjadi
orang tua bagaikan seorang kesatria yang melepaskan anak panah untuk membunuh
angkara.
Cerita
ini adalah kisah nyata walaupun dibumbuhi sedikit fiksi, dan menjadi kenangan
bagi keluargaku.
Semoga
tulisan ini bermanfaat terutama bagi penulis.
Bumi
Sawerigading, 07102022.
Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]
Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…” “Halo…., Assalamu alaikum !” “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]
Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi, tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]
Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Terdampar Di Bumi Sawerigading
Sorry, comment are closed for this post.