KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » THE PRICE OF LIKES

    THE PRICE OF LIKES

    BY 03 Jul 2024 Dilihat: 130 kali
    THE PRICE OF LIKES_alineaku

    Di sebuah kafe hipster, Alya terlihat sedang menikmati me time sambil duduk membuat sketsa.  Rupanya rencana tinggal rencana sebab di tengah momennya menikmati waktu, Randy, anak ekonomi, datang menghampirinya dan menyapa,”Hai, masih menggarap tugas? Sketsa apa kali ini?”

    Rupanya mereka sudah saling mengenal. Alya membalas menyapa,“Hai, Ren! Gabung. Iya nih, sketsa perspektif. Aku pilih di sini soalnya tempatnya asik banget. Kamu sendiri cuma mampir? Bukannya sibuk? Katanya sedang ada riset ya?”

    “Ya, tugas dampak konsumerisme berlebihan.  Dua minggu sebetulnya, tapi aku mau cepat selesai minggu ini,”jawab Randy.

    “Memang cukup? Caranya seperti apa? Pasti udah bikin persiapan. Gak mungkin soalnya kalau belum, nggak mungkin beres dalam seminggu,”Alya memang anak seni yang lumayan smart dalam menganalisa masalah.

    “Justru itu. Kebetulan kamu di sini, aku mau diskusi. Topiknya Dampak Konsumerisme Berlebihan terhadap Kesehatan Mental Remaja di Kota Bandung. Rencananya tentang kaitan antara perilaku konsumerisme berlebihan dengan melonjaknya tingkat stres, kecemasan, dan depresi pada remaja di Kota Bandung,”mencoba menjelaskan mengenai proyeknya, sambil  mengambil posisi santai di salah satu sofa di dekatnya. 

    “Berat juga. Apa memang ada hubungannya? Antara belanja dan stress? Baru tahu,”cetus Alya.

    “Itulah kenapa aku rajin scrolling Instagram dan TikTok belakangan ini. Di sana banyak sekali kan?”

    “Cara mendatanya bagaimana? Belum terbayang sama sekali,”Alya terbengong.

    “Analisa konten, wawancara online sama mereka, tanya pengalaman mereka dengan stres terkait konsumerisme, seperti tekanan sosial untuk membeli barang, penyesalan setelah membeli, dan kecemasan tentang keuangan, terus bikin kelompok diskusi online di situ, bikin survei pakai Google Forms atau SurveyMonkey, bikin analisa statistik, terus jadi deh. Nanti bantu aku buatkan laporannya ya, please?”Randy tersenyum berharap.

    “Dasar! Bilang dari tadi. Minta tolong, ada tugas!”kilah Alya.

    “Itu kamu tahu! Syukurlah, terima kasih sebelumnya. Aku traktir kamu satu kopi krimer,”Randy tersenyum. 

    “Terus tugas aku? Kamu yang kerjakan? Memang sanggup?”Alya membalas.

    “Jelas gak dong. Aku kan gak bisa menggambar,”Randy segera menjawab dengan ringan sambil berselfie dengan kopi yang baru saja tersaji.

    “Kamu pernah jadi babu shopping, Ren?”tanya Alya membuka pembahasan.

    “Dulu. Sekarang udah enggak.”

    “Kapok?”

    “Aku dulu suka banget beli baju branded.”

    “Kamu? Serius? Betulan? Aku gak percaya. Gak nyangka ya? Bukan kamu banget gitu lho,”bantah Alya tak percaya.

    “Betulan. Niatnya waktu itu memang cuma buat dapetin like doang. Sampai bingung sendiri, sebenarnya aku betulan suka sama baju ini atau gak.”

    “Jujur ya, aku juga pernah kepikiran beli barang mahal buat pamer di Instagram,”Alya berterus terang.

    Gak jadi? Kok bisa nahan? Gak jadi belanja?”Randy antusias.

    Gak punya duit!”jawab Alya puas.

    “Itu sih aku juga bisa! Tapi masa iya aku mesti bangkrut dulu supaya gak boros belanja?”balas Randy kemudian lanjutnya menjelaskan,”Dulu rasanya gimana gitu kalau ada viewer yang komen,’Wow, outfit-nya keren banget!’ Sensasinya itu wah rasanya di otak.”

    “Ternyata parah juga kamu dulu ya? Kamu gak sadar diiket sama ekspektasi orang lain?  Jadi babu mereka? Ih, kamu kok bisa kuat gitu sih? Kalau aku sih males banget mesti nurutin keinginan mereka. Aku jadi babu, mereka jadi majikan. Kita mesti nurut sama mereka. Amit-amit, amit-amit, amit-amit,”Alya mengetuk-ngetuk meja sampai tiga kali.

    Randy menarik napas dalam-dalam,”Sekarang aku sudah bertobat, sudah insyaf, Al.”

    “Syukurlah. Males kalau punya temen jadi budak shopping,”Alya merespon ketus.

    “Ternyata memang lebih berharga kalau kita fokus sama hal-hal yang bener-bener bikin kita bahagia, bukan sekedar ngejar likes doang.”

    Tuh, itu kamu tahu! By the way, sejak kapan kamu mendadak bijak begitu?”ujar Alya.

    “Ya, sejak kepaksa pakai barang yang sebetulnya bukan gue banget gitu tapi sudah kadung keluar duit banyak buat beli. Begitu barangnya udah dapet, aku pikir sayang banget kalau gak dipake kan? Jadi ya udah, aku terpaksa pakai dan rasanya gak nyaman banget. Kapok buang-buang duit.”

    Ngak dijual lagi, dilempar ke siapa gitu?”tanya Alya.

    “Justru itu, gak ada yang mau beli! Duit gue gak jadi balik!”kenang Randy menyesal.

    “Baru sadar ya jadi orang bodoh?”Alya memberi kesimpulan, dan lanjutnya,”Iya, jadikan pelajaranlah, jangan sampe kita jadi budak tren dan jadi babu materi lagi. Seberapa penting sih followers? Kalau kita lagi susah juga, mereka gak pernah bantu kita? Iya kan?”

    Randy merespon,”Bener banget, Al, jadi bijak itu jauh lebih benar daripada jadi orang yang hanyut arus.” 

     

    Pesan Moral:

     

    Kebahagiaan sejati lahir dari dalam, dari rasa syukur dan kepuasan, bukan dari barang mewah dan popularitas semu. 

    Cintai diri sendiri dengan hidup sesuai dengan karaktermu. Bangun kehidupan bermakna dan bermanfaat bagi sesama. Berbagilah kebahagiaanmu dengan orang lain, agar menciptakan dampak positif bagi dunia.

     

     

    Kreator : Adwanthi

    Bagikan ke

    Comment Closed: THE PRICE OF LIKES

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021