KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Waktu GMT

    Waktu GMT

    BY 14 Jun 2024 Dilihat: 72 kali
    Waktu GMT_alineaku

    Awalnya aku tidak begitu perhatian perihal (pembagian) waktu, terutama yang menyangkut wilayah lain selain WIB, WITA, ataupun WIT di Indonesia. Sebenarnya sudah sempat melihat konversi atau kondisi waktu secara sepintas di google saat aku browsing mencari kode wilayah suatu daerah di suatu negara. Aku baru merasa harus tahu benar perihal ini agar kejadian yang bagiku tidak sopan, dan membuatku tak enak hati ini tidak terulang.

     

    Begini ceritanya…saking semangat dan kangennya dengan sahabat dekatku di SMA, maka aku lupa mengingat secara cermat kondisi waktu di tempat temanku berada nun jauh di sana. Aku pakai metode hantam kromo saja, karena merasa terbiasa bertelepon ria dengan Om yang berada di wilayah Timur USA. Pamanku bertempat tinggal di Lancaster, Philadelphia, Pennsylvania dan jam 21.00 WITA sama dengan jam 08.00 pagi waktu PA, maka aku nelpon pada jam yang sama ke Seattle.

     

    ”Hello…….Assalamu’alaikum….”, demikian sapa penuh semangat dariku setelah nada dering tersambung. Namun di sana seakan menerima dengan setengah heran mendengar suara telponku. Ada apa ini. Untung nalar segera menuntunku untuk menanyakan, jam berapa sekarang di sana. Jam 04.00 pagi!!!! Duar…maluku bukan main. Aku sampai meminta maaf berulang-ulang ke temanku….biarlah semangat ngobrol dan kangenan dengan my sohib itu . Dan bagaimana bisa seru wong dia aku bangunin di tengah pagi. Dan setelah aku lihat di internet, matahari baru muncul di Seattle jam 07.58 a.m., artinya di sana biasa bangun untuk sholat Subuh ya sekitar satu jam sebelum itu. Sedangkan matahari baru terbenam di jam 04.48 pagi…wahhh…aku membangunkan tidur temanku dengan sempurna!

     

    Aku merasakan hal yang sama (dibangunin tengah malam) oleh Bapak Ibu saat beliaunya selesai melaksanakan sholat Ashar di Masjid Nabawi saat menjalankan Ibadah haji. ”Kriiiinggg…..kriinggg…..”, berulang-ulang, suara dering ini membangunkanku dari lelap tidur dan mimpiku di sekitar jam 01.00 malam. Walau senang, tetapi saat itu sempat kehilangan orientasi dan konsentrasi. Apalagi Ibu menegurku : ”Ada telpon kok nggak diangkat-angkat…..!”. Ho..ho…ho…Aku membayangkan bagaimana perasaan sobatku saat menerima teleponku di tengah pagi itu.

     

    Bicara soal perbedaan waktu, sampai sekarang aku masih terheran-heran dengan waktu bagian Nepal yang selisihnya tidak bulat dengan Waktu di Indonesia. Bedanya mereka adalah -2,25 jam terhadap WIB. Lha kok pakai seperempat segala. Semakin penasaran saja aku soal waktu ini!

     

    Omong-omong soal perbedaan waktu di dunia ini juga membuat aku dan dua orang teman hampir tidak bisa balik ke Indonesia. Ini ada hubungannya dengan jadwal perjalanan dinas yang diatur oleh Sekretaris kami yang notabene belum pernah pergi ke belahan bumi yang lain. Artinya, pengaturan tanggal dan waktu berdasarkan waktu dan tanggal di Indonesia. Padahal kami melakukan perjalanan hingga lebih dari separuh bulatan dunia ini. Memang jadi aneh dan sangat kaget, saat kami sampai di Bandara Los Angeles dan dikatakan oleh petugas tiketing Bandara, bahwa kami seharusnya datang kemarin, karena kami pesan pesawat hari kemarin, bukan hari itu. ”Wah, enggak ah….kami merasa hitungan kami tepat. Kami di LA-nya hanya 3 hari!”.

     

    Kami bertiga sempat berdebat sendiri, namun akhirnya ketahuan bahwa waktu Jakarta lebih cepat setengah hari ke depan, dan konyolnya kami tidak melihat tanggal di tiket pesawat, hanya melihat jadwal hari dan jam yang telah disiapkan oleh sekretaris. Harusnya kami hanya berada di LA 2 hari saja! Untunglah pegawai Bandara LA sangat baik dan membantu. Kami dibantu dengan ditelponkan ke Maskapai yang terkait, dan dengan gigih Mrs. Cantik namun sudah berusia baya ini memberikan alasan persis seperti yang kami ceritakan. Sampai sekarang saya merasa sangat berhutang budi pada Si Mam yang baik dan ramah itu. Kalau tidak kami menjadi tunawisma di negara orang….Dan salah satu hikmah yang aku dapat adalah bahwa tidak semua orang Amerika seperti yang diberitakan atau dikhawatirkan menyikapi setengah hati kepada perempuan berjilbab sepertiku atau orang Indonesia seperti kami.

     

    Perbedaan waktu selain mengakibatkan jet lag, sering membuatku bingung. Terutama soal menentukan waktu sholat. Contohnya saat terbang dari Bandara Soetta ke Bandara Incheon, Korea Selatan. Kami berangkat di malam hari dari Jakarta (UTC+7), belum apa-apa sudah sampai di atas udara Incheon (UTC+9) dan matahari sudah bersinar terang. Akhirnya saya cepat-cepat sholat Subuh di pesawat…walau ada rasa bersalah karena aku yakin sebenarnya waktu sholat Subuh sudah lewat.

     

    Apalagi bila kita pergi ke negeri yang jauh dengan perbedaan waktu yang mencolok, berpindah-pindah tempat dan hanya sebentar. Wah…badan ini benar-benar terasa remuk redam. Sementara badan terasa lelah, dan mata mengantuk, tetapi matahari bersinar terang dan kesibukan terlihat di depan mata….duh!

     

    Soal perbedaan waktu satu jam saja kadang membuat kenyamanan terganggu, contohnya karena berkantor di Bontang yang termasuk wilayah waktu Indonesia Bagian Tengah, sedangkan kantor pusat kami ada di Jakarta yang masuk ke wilayah Waktu Indonesia Bagian Barat. Pada saat istirahat makan siang, jam 12.00 WITA di Bontang, di Jakarta masih jam 11.00 WIB, pas semangat-semangatnya orang bekerja di sana. Sementara di Bontang juga pas semangat untuk beristirahat makan siang. Akhirnya semangat loyalitas-lah yang maju ke depan saat teman-teman di Jakarta memerlukan data atau bahkan mengajak diskusi untuk menyelesaikan pekerjaan. Demikian juga dengan waktu bubaran kantor; kadang harus siap menunggu hingga semua pekerjaan selesai. Batasan waktu masuk dan pulang untuk era saat ini memang sudah tidak populer. Flexi time-lah yang paling cocok.

     

    Akhirnya aku berusaha untuk tahu dengan mengutip Wikipedia untuk mensiasati diri dan tubuh ini, maupun untuk menghindari kesalahan dan mengetahui waktu yang tepat saat kita ingin bekerja sama atau berkomunikasi dengan teman, kolega, ataupun saudara di wilayah berbeda lewat telepon atau ponsel.

     

    Bahwa UTC adalah singkatan dari Coordinated Universal Time atau Waktu Universal Terkoordinasi disebut juga Waktu Zulu yaitu perwujudan dari waktu atom dari Waktu Universal (UT) atau Waktu Greenwich (GMT/Greenwich Mean Time). Waktu ini menjadi dasar dari waktu sipil. Zona waktu di seluruh dunia ditampilkan sebagai tambahan positif atau negatif dari UT. Beda UTC dari Waktu Atom Internasional adalah sejumlah beberapa detik genap (bukan pecahan), sesuai dengan waktu yang dihitung oleh jam atom. Beda UTC dari UT hanya sepersekian detik.

     

    Waktu Indonesia bagian Barat (WIB) sama dengan UTC+7. Sedangkan Waktu Incheon, Korea Selatan = UTC+9, sedangkan waktu Seattle, Washington, USA adalah UTC-8. Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA) sama dengan UTC+8. Artinya bila di Jakarta jam 7 malam (19.00 WIB), di Bontang jam 8 malam ( 20.00 WITA), di Incheon sudah jam 9 malam (21.00), sedangkan di Seattle, USA waktu menunjukkan jam (12.00 – 08.00) = 04.00 pagi!.

     

    Hampir setengah dekade ini anakku tinggal di negeri Paman Sam, di negara bagian California dan aku harus selalu mengingat rumus perbedaan waktu antara di Jakarta dengan tempat tinggalnya saat akan menghubungi atau menelpon dia. Rumusnya adalah di jam yang “sama” (kebalikan) dikurangi dua atau tiga jam (di sana ada perubahan satu jam bertambah atau berkurang saat perpindahan musim). Artinya di saat bulan Juni 2024, jam Jakarta menunjukkan jam 12.00 WIB (siang) di hari Selasa, maka di Los Angeles adalah di jam (12 malam dikurangi 2 jam = jam 10 malam atau jam 22.00 waktu LA di hari Senin). Di waktu yang berbeda (dari musim panas ke musim semi), anakku akan memberikan informasi bahwa terjadi perubahan waktu, yang biasanya jam 22.00 akan menjadi jam 21.00 waktu LA.  Mengapa terjadi hal demikian? 

     

    Menurut penjelasan Wikipedia, Waktu Musim Panas (WMP) atau Daylight Saving Time (DST) di Amerika Utara atau summer time di Inggris, Uni Eropa, dan tempat lainnya dilakukan pemajuan jarum jam sehingga saat musim panas, waktu malam hari-nya dibuat lebih lambat. Sistem ini bertujuan untuk “menyimpan cahaya siang hari” (daylight saving) pada musim panas.  Daylight Saving Time diterapkan dengan memajukan jarum jam satu jam lebih cepat dari waktu standar pada musim semi dan pemunduran jarum jam satu jam lebih lambat pada musim gugur untuk kembali ke waktu standar. Artinya pada saat perubahan waktu tersebut, terdapat satu hari yang ber-23 jam pada akhir musim dingin (atau awal musim semi) dan satu hari yang ber-25 jam pada musim gugur. Tujuannya adalah agar kegiatan kerja dan sekolah pada musim panas dimulai dan selesai lebih awal, sehingga ketika warga selesai berkegiatan, masih banyak waktu untuk menikmati siang hari yang terang. Sungguh manusia adalah makhluk terpintar, perekayasa dan khalifatullah yang hebat.

     

    Dan Bumi-pun terus berputar, waktu terus berjalan, dan semuanya menjadi relatif…..karena kita lebih muda setengah hari waktu di New York, dan kembali menjadi tua setelah sampai di Jakarta. Yang absolut hanyalah DIA….Allah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, Yang Maha Menghitung, Yang Maha Mengatur, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Yang Maha Bijaksana.

     

    Kreator : Manik Priandani

    Bagikan ke

    Comment Closed: Waktu GMT

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021