KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Wortel ,Telur dan Kopi

    Wortel ,Telur dan Kopi

    BY 06 Agu 2024 Dilihat: 29 kali
    Wortel ,Telur dan Kopi_alineaku

    Di sebuah rumah kecil yang nyaman, Siti duduk di meja makan sambil menangis. Mata ibunya, Ibu Ratna, memandang putrinya dengan tenang sambil menyeka tangannya dengan handuk kecil.

     

    “Ada apa, Siti? Kenapa kamu menangis?” tanya Ibu Ratna dengan suara lembut.

     

    “Bu, aku nggak tahan lagi. Setelah menikah, aku baru tahu ternyata suamiku, Budi, itu keras kepala, gampang emosi, dan sering marah-marah. Aku kira dia akan berubah setelah menikah, tapi ternyata tidak,” keluh Siti sambil mengusap air matanya.

     

    Ibu Ratna tidak segera menjawab. Dia hanya menatap putrinya dengan penuh kasih, kemudian bangkit dan berjalan ke dapur. Siti, merasa tidak mendapat dukungan, mengikuti ibunya dengan langkah cepat.

     

    “Bu, kok ibu diam saja? Aku benar-benar butuh nasihat ibu,” desak Siti.

     

    Ibu Ratna tetap diam. Dia menyalakan kompor dan menaruh panci berisi air di atasnya. Siti yang semakin bingung, berdiri di samping ibunya sambil terus bercerita tentang masalahnya dengan Budi.

     

    Setelah beberapa saat, air dalam panci mulai mendidih. Ibu Ratna menyiapkan tiga gelas di meja. Di gelas pertama, dia memasukkan sebuah telur. Di gelas kedua, dia memasukkan wortel. Dan di gelas ketiga, dia memasukkan bubuk kopi.

     

    “Apa yang ibu lakukan?” tanya Siti, matanya masih basah oleh air mata.

     

    “Tunggu sebentar, Nak,” jawab Ibu Ratna singkat sambil tersenyum.

     

    Beberapa menit kemudian, Ibu Ratna mematikan kompor dan menuangkan air mendidih ke dalam ketiga gelas yang sudah diisi tadi. Mereka menunggu dalam keheningan, sementara Siti terus mengamati tindakan ibunya dengan rasa penasaran.

     

    Setelah beberapa saat, Ibu Ratna mengeluarkan wortel dari gelas pertama. Wortel yang sebelumnya keras sekarang menjadi lembut. Lalu dia mengeluarkan telur dari gelas kedua, yang sebelumnya mudah pecah, sekarang menjadi keras. Terakhir, dia menunjukkan gelas ketiga yang berisi kopi, yang mengubah air mendidih menjadi minuman dengan aroma yang harum.

     

    Ibu Ratna menatap Siti dan berkata, “Lihatlah, Nak. Masalah dalam hidup itu seperti air mendidih ini. Namun, sikap kita yang akan menentukan dampaknya. Wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, dan kopi yang lembut menghasilkan aroma yang harum.”

     

    Siti masih bingung, tapi dia mendengarkan dengan seksama.

     

    “Anakku, wortel dan telur tidak mempengaruhi air, tapi mereka berubah karena air panas ini. Sementara kopi mengubah air menjadi harum. Kita bisa menjadi lembek seperti wortel, mengeras seperti telur, atau harum seperti kopi. Jadilah kamu seperti kopi yang lembut dan membawa keharuman, serta menciptakan rumah tangga yang nyaman dan harmonis. Berilah nasihat baik dan manis pada suamimu agar dia menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tetap perlakukan suamimu dengan hormat dan penuh kasih sayang.”

     

    Siti terdiam, merenungkan kata-kata ibunya. “Tapi, Bu, bagaimana kalau Budi tidak berubah? Aku sudah mencoba berbicara dengannya, tapi dia tetap keras kepala.”

     

    Ibu Ratna tersenyum bijak. “Perubahan itu butuh waktu, Nak. Tidak semua orang bisa langsung berubah. Tapi ingatlah, bukan apa yang terjadi padamu yang penting, tapi bagaimana kamu bereaksi terhadapnya. Seperti kata filsuf Epictetus, ‘It is not what happens to you, but how you react to it that matters.'”

     

    Siti menarik napas panjang dan mengangguk pelan. “Aku mengerti, Bu. Aku akan mencoba lebih sabar dan bijaksana dalam menghadapi Budi. Aku akan berusaha menjadi seperti kopi yang mengubah air panas menjadi minuman yang harum.”

     

    Ibu Ratna memeluk putrinya dengan hangat. “Itulah yang ibu harapkan darimu. Jangan selalu mengadu atau menceritakan masalah keluargamu kepada orang-orang di luar rumah tanggamu. Bersikaplah seperti kopi yang mengubah air panas menjadi minuman yang harum dan nikmat.”

     

    Siti merasa hatinya lebih ringan setelah berbicara dengan ibunya. Dia sadar bahwa sikap dan reaksinya terhadap masalah dalam rumah tangga adalah kunci untuk menciptakan kebahagiaan dan keharmonisan.

     

    Dengan semangat baru, Siti pulang ke rumahnya dan mulai melihat Budi dengan sudut pandang yang berbeda. Dia tidak lagi fokus pada kekurangan suaminya, tapi lebih pada bagaimana dia bisa menjadi pengaruh positif dalam kehidupan suaminya. Setiap kali Budi marah atau keras kepala, Siti mengingat pelajaran dari ibunya dan berusaha bersikap lembut dan sabar. Perlahan-lahan, dia melihat perubahan dalam diri Budi. Hubungan mereka menjadi lebih baik, dan rumah tangga mereka dipenuhi dengan keharuman cinta dan kasih sayang.

     

    Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa dalam menghadapi masalah, reaksi dan sikap kita sangat menentukan hasilnya. Ketika kita memilih untuk bersikap positif dan penuh kasih, kita tidak hanya mengatasi tantangan, tetapi juga mengubah situasi menjadi lebih baik.

     

     

    Kreator : Wista

    Bagikan ke

    Comment Closed: Wortel ,Telur dan Kopi

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021