Oleh : DARAPENA
Merujuk pada gaya bahasa pertentangan yang sebelumnya sudah dibahas, sekarang Darapena akan membahas gaya bahasa selanjutnya, yakni gaya bahasa pertentangan.
1. Gaya Bahasa Pertentangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-kata yang ada. Ragam gaya bahasa pertentangan ini ada 20 macam, yaitu:
Hiperbola, adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan berlebih-lebihan. Gaya bahasa ini digunakan untuk memberi tekanan untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh:
– Jantungku hampir copot melihat atraksi akrobat itu.
– Aku mengenal gadis itu dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Litotes, adalah gaya bahasa yang di dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu positif dengan bentuk negatif atau bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan sebenarnya.
Contoh:
– Mobil sederhana ini adalah hasil kerja keras saya selama lima tahun.
– Kami berharap Saudara berkenan menerima hadiah tidak berharga ini.
Ironi, adalah gaya bahasa yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud berolok-olok. Ironi mengimplikasikan sesuatu yang berbeda, bahkan bertentangan dengan apa yang dikatakan.
Contoh:
– Wah, pagi benar kamu bangun. Pukul sepuluh pun masih di atas tempat tidur.
– Rapi sekali kamarmu. Aku bahkan tidak bisa membedakan baju yang bersih dan baju yang kotor.
Sinisme, adalah gaya bahasa berupa sindiran berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh:
– Andakah yang dapat mengeringkan laut dalam sekejap mata?
– Memang Andalah tokoh yang dapat menghidupkan orang mati, hingga mematikan orang hidup.
Sarkasme, adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas, dan menyakiti hati. Ciri utama sarkasme selalu mengandung kepahitan dan celaan getir, menyakiti hati, dan kurang enak didengar.
Contoh:
-Mulutmu harimaumu.
-Memang otak udang isi kepala anak itu!
Oksimoron, adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata berlawanan dalam frasa sama.
Contoh:
-Olahraga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya.
– Agar kita dapat bertemu kembali, terpaksalah kita berpisah untuk beberapa lama.
Paronomasia, adalah gaya bahasa berisi penjajaran kata-kata berbunyi sama, tetapi bermakna lain.
Contoh:
– Ketika saya mengukur kelapa di dapur, burung balam tetangga sedang mengukur bersahut-sahutan.
– Bisa ular itu bisa masuk ke dalam sel darah dengan cepat.
Paralipsis, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan isi yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.
Contoh:
– Saya suka orang munafik (maaf) orang jujur.
– Bukankah negara kita masih terjajah (eh, maksudnya) sudah merdeka?
Zeugma dan Silepsis, adalah gaya bahasa yang mempertahankan konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada hakikatnya hanya sebuah yang mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Zeugma dan silepsis memiliki makna yang berbeda. Pada zeugma, terdapat gabungan gramatikal dua buah kata mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan.
Contoh:
– Anak itu memang malas dan rajin di sekolah.
– Paman saya bersifat sosial dan egoistis.
Pada silepsis, konstruksi yang digunakan secara gramatikal benar, tetapi secara semantik salah.
Contoh:
– Pak Yusuf kehilangan harta dan kehormatannya.
– Kakakku menerima uang dan penghargaan.
Pada dua kalimat di atas, harta dan uang memiliki makna denotatif, sementara kehormatan dan kewibawaan mempunyai makna kiasan.
Satire, adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia, tujuannya adalah agar adanya perubahan terhadap manusia yang dituju baik dari segi etis atau estetis.
Contoh:
– Anak muda jaman sekarang selalu mementingkan gaya, tetapi prestasinya payah.
– Ya ampun, soal seperti ini pun tak bisa kau kerjakan?
Satire juga dapat berarti sajak atau karangan yang berupa kritik atau sindiran terang-terangan.
Inuendo, adalah sindiran dengan mengecilkan fakta sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik dengan sugesti secara tidak langsung dan sering tampaknya tidak menyakitkan hati saat dilihat sambil lalu.
Contoh:
– Adi memang anak baik, hanya tidak jujur saja.
– Ia menjadi orang kaya karena mengadakan komersiliasi jabatan.
Antifrasis, adalah gaya bahasa berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Antifrasis akan diketahui dan dipahami dengan jelas jika penyimak atau pembaca menyaksikan kenyataan yang ditulis atau dibicarakan secara nyata, misalnya diketahui yang hadir adalah orang kurus, tetapi dikatakan bahwa si gendut telah hadir.
Contoh:
– Ia menerima pujian dari masyarakat sekelilingnya.
– Lihatlah, si raksasa telah tiba.
Paradoks, adalah suatu pernyataan yang selalu berakhir dengan pertentangan. Paradoks mengandung pertentangan nyata dengan fakta yang ada. Paradoks juga berarti semua aspek menarik perhatian karena kebenarannya.
Contoh:
– Ia kedinginan di tengah Kota Jakarta yang panas.
– Aku kesepian di tengah keramaian.
Klimaks, adalah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan semakin lama semakin mengandung penekanan. Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat bersifat periodik. Klimaks mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Contoh:
– Semua orang mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut mengantri minyak.
– Ketua RT, RW, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun tidak berhak mencampuri urusan pribadi seseorang.
Istilah klimaks dipakai sebagai istilah umum yang merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Jika klimaks terbentuk dari beberapa gagasan berturut-turut semakin meningkat kepentingannya, gaya bahasa ini disebut anabis.
Contoh :
Dengan penuh penderitaan Anita menuntut ilmu hingga ke luar negeri. Ia ingin mempersembahkan ilmu yang didapatnya kepada nusa dan bangsa, meningkatkan taraf pendidikan generasi penerus, dan menciptakan kesejahteraan sosial bangsa Indonesia.
Antiklimaks, adalah kebalikan gaya bahasa klimaks. Sebagai gaya bahasa, antiklimak merupakan suatu acuan berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan kurang penting.
Apostrof, adalah gaya bahasa berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada sesuatu yang tidak hadir.
Contoh:
– Wahai, dewa-dewa langit, datanglah dan bebaskan kami dari belenggu penindasan ini.
– Wahai pejuang kemerdekaan yang telah menumpahkan darah demi tanah air tercinta ini, berikanlah kami kebebasan agar dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kamu perjuangkan.
Anastrof atau Inversi, adalah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata dalam kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis. Dalam kalimat terjadi perubahan urutan SP (Subjek-Predikat) menjadi PS (Predikat-Subjek).
Contoh:
– Menyesal aku tidak dapat menonton acara pertunjukan kemarin.
– Berbahagialah wisudawan-wisudawati dalam perayaan yang diadakan di kampus mereka.
Apofaksis, adalah gaya bahasa yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan sesuatu yang mengandung unsur kontradiksi. Terlihat seperti menerima, tetapi sebenarnya menerima; terlihat memuji, tetapi sebenarnya menghina.
Contoh:
– Saya tidak ingin membongkar aibmu kalau dulu kamu pernah melakukan pemalsuan ijazah dan menjadi plagiator.
– Sebenarnya tak sampai hati untuk mengatakan bahwa anak anda suka mencuri.
Histeron Proteron, adalah gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang mengandung pembalikan dari logika wajar.
Contoh:
– Silakan terus membaca buku ini sampai jadi kutu buku, agar kebodohanmu tak berkurang, kepandaianmu pun tak bertambah.
– Dia membaca cepat buku itu dengan mengejanya kata demi kata.
Hipalase, adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan alamiah antara dua komponen gagasan.
Contoh :
– Nenek tertidur di kursi goyang yang nyenyak. (yang tidur nyenyak adalah nenek, bukan kursi goyang)
– Mereka bermain layang-layang yang asyik. (yang asyik adalah mereka, bukan layang-layang)
Demikianlah gaya bahasa pertentangan yang bisa Teman-teman pelajari. Dari salah satu gaya bahasa di atas gaya bahasa apa yang sering Teman-teman gunakan dalam kehidupan sehari-hari? Komen di bawah, ya!
Sekian tulisan hari ini, nantikan kelanjutan dari gaya bahasa pada part tiga! Saya Darapena, sampai jumpa.
Sumber referensi:
– KBBI V
– Ragam Gaya Bahasa, 2019
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: 3+ Gaya Bahasa Kamu Harus Tahu part 2
Sorry, comment are closed for this post.