( Bukan Buku Panduan Planter )
Mukaddimah
Saran Untuk Pembaca
Buku ini ditulis secara berurutan sesuai dengan usia tanaman, cara kerja serta sistem panen dan pasca panen. Mengingat tata kelola kebun sawit yang sudah terlalu umum, sehingga saya sarankan untuk para pembaca langsung mencari tahu ke posisi sesuai level tanamannya.
Jika memang masih pemula ( awam ) sebaiknya dibaca mulai dari “A” (awal). secara berurutan hingga “Z” sehingga memahami tata kelola perkebunan sawit secara lengkap.
Jika anda adalah seseorang yang telah berkecimpung di perkebunan sawit, namun latar belakang pengetahuan tentang persawitan minim, saya sarankan anda menentukan pada level yang sudah anda pahami. Nanti setelah anda membaca akan diberi pilihan untuk kelanjutannya. Ada beberapa rekomendasi dari pembahasan tersebut.
Jika anda adalah profesional perkebunan sawit tulen (planter), maka anda akan menemukan sedikit saja perbedaan tata prakteknya. Hal ini dikarenakan yang ditulis di sini adalah literasi pengalaman kerja. Atau lebih tepatnya yang tertulis bukanlah sebuah acuan akademis yang tersistem. Tidak berdasarkan latar almamater universitas maupun lembaga pendidikan perkebunan sawit dimanapun. Semua yang tertulis di sini seratus persen pengalaman penulis selama berkecimpung di dunia perkebunan sawit.
Namun, penulis memberikan tambahan beberapa pengelolaan yang mengadopsi sistem bioteknologi. Sehingga tulisan ini bisa dikatakan pengelolaan kebun sawit semi organik. Semi organik ini yang kedepannya menuju pengusahaan Sawit yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Namun siapa pun pembacanya akan kami berikan pilihan kemana arah melanjutkan untuk membacanya. Sehingga mampu menghilangkan kebosanan. Dan kami menyarankan ketertarikan pembaca sesuai pengalaman di lapangan.
Selamat membaca dan menikmatinya.
1 Persiapan
A. Memahami Lokasi Kebun
Sebelum berinvestasi di bisnis perkebunan sawit, sebaiknya kita memahami betul apa itu kebun sawit, tata kelola serta dampak sosial secara umum. Jangan hanya tergiur tentang kesuksesan usaha yang telah banyak contohnya, namun kita lupa esensi proses untuk suksesnya. Dengan perawatan maksimal dan pertumbuhan tanaman yang normal, kita akan meraup hasil produksi yang memuaskan. Lima tahun pertama sebagai dasar awal yang sangat melelahkan. Kemudian berangsur-angsur kita akan merasakan beban yang semakin ringan. Sehingga akhirnya kita mampu meraup untung untuk 10 tahun hingga 15 tahun kemudian.
Untuk itu kita harus memahami lokasi kebun. Disini yang perlu kita kuasai adalah letak lokasi (situasi lokasi), kontur tanah dan keadaan tanah, serta sosial masyarakat sekitar.
A.1 Situasi Lokasi
Kita harus memiliki peta gambar lokasi. Dengan melihat data dari Legenda Gambar Peta kita dapat membaca sungai atau parit dan sumber mata air lainnya. Kita harus memastikan letak perbatasan tanah lokasi kebun di bagian Utara, Selatan, Timur maupun Barat. Juga akses jalan utama serta kondisi tanah di sekitarnya.
Peta gambar lokasi bisa didapatkan sendiri dari peralatan pribadi (HP, GPS, Drone). Bisa juga kita meminta teknisi surveyor untuk membuatkan, yang berasal dari tenaga lembaga pengukuran (BPN) maupun tenaga pengukuran independen.
A.2 Kontur Tanah dan Keadaan Tanah
Untuk kontur tanah, kita harus menguasai medan lahannya. Area datar sampai rata atau areal berbukit dan bergelombang. Dengan slot lebih dari 20%, areal kita dinyatakan berbukit. Untuk itu kita harus menguasai konturnya.
Keadaan tanah biasanya digolongkan dengan kondisi lahan berlempung, berpasir, maupun gambut dangkal serta gambut dalam dan rawa-rawa.
Hal ini akan mempengaruhi bentuk perkebunan kita nantinya. Perlakuan di lapangan terhadap tanah berkontur berbeda beda. Juga bila lahan kita berpasir, berlempung (clay), rawa maupun bergambut sangat berpengaruh terhadap keputusan kita nantinya.
A.3 Sosial Masyarakat
Keberadaan lahan kita hendaknya terdapat di lingkungan masyarakat yang kondusif. Keamanan serta dukungan masyarakat bersifat terbuka. Idealnya, masyarakat yang memiliki semangat gotong royong dan berpikiran untuk kemajuan bersama. Sehingga nilai investasi kita di bidang usaha akan mampu berkembang normal. Terlebih jika kita itu pendatang. Kita harus mampu melihat dan memperhatikan sosial masyarakat sekitar.
B. Legalitas dan Pendalaman Teknik Budidaya Tanaman Sawit
Sebelum mengambil kepastian langkah selanjutnya, sebaiknya kita memperhatikan legalitas areal yang akan kita kelola. Perkebunan sawit saat ini telah memiliki payung hukum tersendiri. Baik untuk perorangan (petani) maupun semi korporasi. Sementara untuk sebuah perusahaan (Perseroan Terbatas) telah memiliki jenjang legalitas yang harus diurus. Mulai dari tingkat kota/ Kabupaten sampai tingkat menteri (investasi /BPN/ Kehutanan dan Lingkungan Hidup).
B.1 Legalitas Perkebunan
Pengusahaan perkebunan sawit saat ini telah ada jenjang hukum yang harus ditaati. Dimana dalam pengelolaan perkebunan sawit idealnya seorang petani menggarap 4 hektar. Sehingga seorang penggarap setidaknya harus memiliki surat Tanah sebanyak 2 persil (minimal). Untuk kedepannya surat surat tanah tersebut dapat digunakan sebagai agunan bank. Dengan legalitas yang pasti, maka hukum mampu memproteksi persoalan-persoalan legalitas. Pencarian informasi tentang keberadaan, Areal Cagar Alam (lokasi register), APL (Areal Peruntukan Lain), HGU (Hak Guna Usaha) dari perusahaan dan lain sebagainya. Informasi tersebut biasanya bisa kita dapatkan di kantor BPN maupun Dinas Kehutanan setempat. Namun, kadang prakteknya di lapangan pencarian info tentang hal tersebut menimbulkan biaya tambahan dan menyita waktu. Baik berupa akomodasi personal, maupun tim dari kantor pemerintah. Sehingga, kita harus memiliki itikad baik dan saling bekerja sama untuk saling mengerti tugas dan fungsi institusi yang berwenang.
Tak kalah lebih penting untuk mendukung legalitas perkebunan kita yaitu informasi pengembangan wilayah. Data ini kadang bisa kita dapatkan di pemerintahan desa setempat. Namun, biasanya di lembaga Pengembangan Daerah tingkat II (dua) Kabupaten/Kota. Sehingga arah pengembangan perkebunan kita mendapatkan titik acuan untuk memulai mengelola perkebunan.
B.2 Teknik Budidaya Tanaman Sawit
Budidaya tanaman sawit bisa dibilang gampang gampang susah. Teknik budidaya yang terus menerus mengalami pengembangan telah memberikan kepada kita banyak pilihan. Teknik tersebut :
- Konvensional, teknik budidaya yang telah dikembangkan di lembaga pendidikan. Teknik ini bersumberkan dari cara budidaya Tanaman sawit (Palmae) masa Kolonial Belanda dulu. Dengan merunut kebiasaan teknik secara turun temurun yang kemudian dibakukan di lembaga riset dan pengembangan ilmu pengetahuan. Di lembaga akademisi ini telah melakukan riset maupun uji coba sehingga membukukan panduan teknik budidaya secara terstruktur. Penulis menyarankan juga pelaku usaha sawit harus membaca buku buku Teknik budidaya tersebut. Di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) telah mencetak para praktisi perkebunan dengan latar belakang keilmuan terapan. Lembaga ini merupakan pencetak pekerja pekerja ahli perkebunan untuk perusahaan Negara (BUMN).
2. Sebelum Tanam
C. Infrastruktur Tahap Awal.
Untuk memulai langkah pertama berbudidaya tanaman sawit kita harus melakukan dua langkah sekaligus. Ideal nya langkah ini memiliki titik start yang sama.
Langkah tersebut adalah perencanaan Kebun dan memulai pembibitan tanaman.
a. Perencanaan (Planning)
Untuk membuat sebuah perencanaan kebun, kita membutuhkan peta lokasi serta informasi aktual di masyarakat sekitar.
Kreator : Darmen Eka Susilo
Comment Closed: A – Z Plus 10 Trik Mengelola Perkebunan Sawit
Sorry, comment are closed for this post.