Embun pagi berkumpul untuk merayakan fajar dan waktu berlalu dengan langkah-langkah yang perlahan menuju kantor. Senin pagi ini aku sudah berada di ruang kantor suasana masih sepi. Teman-teman satu per satu berdatangan dengan langkah kaki yang terlihat masih berat untuk memulai aktivitas setelah liburan panjang. Kulirik meja kerja Kak Abiyan Zimraan juga belum tampak namun yang lain dari mereka sudah datang tapi masih terlihat mengantuk.
Beberapa menit kemudian …
“Assalamualaikum,” Salam Kak Abiyan masuk sambil menarik kursi yang tepat berada di sudut kiri.
“Waalaikumsalam,” jawab kami hampir bersamaan.
Laki-laki yang baru saja masuk ini adalah teman kantor yang paling tidak banyak bicara kecuali hal-hal penting yang akan ditanyakan atau jawaban singkat ketika ada pertanyaan.
“Kak Abiyan, gimana kabarnya?” tanyaku.
“Alhamdulillah, baik.”
“Wah sudah melepas kangen dengan orang rumah ya, Kak?”
Tidak ada jawaban, hanya senyuman mewakili jawaban atas pertanyaanku tadi. Kami sudah saling memahami dan mengenal para karyawan di kantor tempat kami bekerja. Begitu pula dengan sikap Kak Abiyan yang irit sekali dalam berbicara.
Kurang lebih setahun kami bekerja di tempat ini, semua akrab sebagai teman seprofesi. Oh ya… Kami bekerja di salah satu perusahaan swasta yaitu Konsultan Konstruksi dimana perusahaan kami menyediakan layanan konsultasi untuk proyek-proyek pembangunan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan.
Kak Abiyan dan aku dalam bidang sama, yaitu Estimator Perencana. Sebagai penanggung jawab Estimator Perencana, kami banyak berdiskusi tentang manajemen proyek, kuantitas, struktur bangunan, material konstruksi, metode konstruksi, dan perencanaan proyek. Pertemanan kami sebatas rekan seprofesi dalam bidang kerja yang sama.
“Kak Abiyan, istirahat dulu, ISHOMA,” kataku ke Kak Abiyan sambil meletakkan semua alat tulis yang digunakan untuk membuat draf perencanaan sebelum akhirnya diinput di laptop.
“Iya, sedikit lagi.”
Kak Abiyan seorang pekerja yang tak banyak bicara dan tak berhenti jika draf yang harus diselesaikan tinggal sedikit lagi selesai. Aku bersyukur mendapatkan teman seprofesi seperti kak Abiyan.
***
Saat malam menjelang, tertulis dalam buku harian satu perasaan yang berbeda terhadap Kak Abiyan.
“27 Oktober 2024, sebulan ini kita saat pekerjaan agak longgar terjalin sikap serta sifat peduli satu sama lain, saling terbuka dan lebih mencoba membangun percakapan yang mendalam tentang hal-hal seperti kesukaan, keluarga sampai pada kebiasaan yang disukai dan tidak disukai.
Kak Abiyan, ada rasa yang berbeda, rasa damai berada di dekat Kak Abiyan. Ada apa dengan hatiku?”
Aku paling suka menulis dan sudah menjadi satu kebiasaan menuliskan di buku harian tentang sesuatu yang terjadi. Segera kututup buku harian beranjak ke peraduan.
***
Minggu yang cerah, semilir angin menerpa wajah laju motor tak kencang juga tak lambat, kencan pertama jalan pagi di area kota namun tak bising dengan kendaraan. Kencan pertama merupakan sebuah momen yang penuh dengan harapan serta kegugupan. Dan menurutku, kencan pertama adalah langkah pertama menuju hubungan yang berarti.
Aku tersenyum dan berkata dalam hati, “Ada cerita di ujung kertas, cerita yang selalu kuimpikan. Apalah artinya sempurna, bila ada yang sederhana namun mampu membuat bahagia.”
Kata Ibu, “Kalau kamu suka, doakan saja.”
****
Kreator : Indarwati Suhariati Ningsi
Comment Closed: Ada Cerita di Ujung Kertas
Sorry, comment are closed for this post.