KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » AYAHKU KEMBALI BERSATU DENGAN TUHAN

    AYAHKU KEMBALI BERSATU DENGAN TUHAN

    BY 29 Des 2022 Dilihat: 51 kali

    OLEH : Yosep Boli

    Kehidupan masa kecilku tidak seindah kehidupan teman-teman seusiaku waktu itu. Aku dibesarkan dari orang tua yang belum mengenal beriman. Ibuku memiliki banyak saudara dan sebahagian besar dari mereka memeluk keyakinan Muslim. Ibuku baru mengikuti katakumen, sebuah masa persiapan untuk menjadi seorang Katolik, satu tahun kemudian setelah aku menjadi katakumen. Ayahku seorang pemegang adat ulung. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seremoni adat adalah separuh hidupnya. Siapa saja ketika mengajaknya untuk berdialog soal Tuhan tentu ia layani. Menurutnya Tuhan itu maha kuasa, Ia pemilik segala sesuatu. Namun ia menghormati dan mengagungkan Tuhan dengan caranya sendiri dan mengungkapkan tentang Tuhan dengan bahasanya sendiri. Ia tidak mempersalahkan agama dan tidak juga lebih meyakinkan kepada siapa saja bahwa keyakinannya lebih tinggi dari Tuhan. 

    Aku mengenal ayahku sebagai pelayan yang tulus. Siapupun memiliki kebutuhan khusus soal ritual dan seremoni adat akan ia layani kapan saja dan dimana saja. Ia tidak pernah pamrih walupun ia harus mengesampingkan kebutuhan dan urusan keluarga. Ini bukan soal jabatan atau kedudukan tetapi ini soal pekerjaan melayani. Selama kurun waktu ketika aku belum menjadi anggota gereja maka tugasku adalah mendampininya ke mana saja ia pergi. Ayahku tidak memahami makna berhala sesungguhnya karena memang ia tidak pernah dicerahkan soal Iman. Ia justru ternyata merasa lebih penting karena hampir semua orang juga meyakini bahwa ritual dan seremonial adat juga merupakan sebuah keyakinan dalam satu kelompok masyarakat adat. 

    Ketika aku sudah beranjak dewasa dengan segudang pengetahuan yang mumpuni, kehadiranku ditengah-tengah keluarga terasa masih menyisakan satu beban hidup yang harus diselesaikan dengan bijak. Ketika semua kami sudah berada di jalan yang arahnya satu tujuan sementara ayahku masih bergelut dengan keyakinannya sendiri. Ia tampak semakin tua temakan usia. Ia pasti tidak dibutuhkan lagi, bukan karena separu orang sudah semakin kuat lagi teguh iman mereka namun karena ia sungguh tidak kuat lagi. Ia juga sudah dirundung kemunduran fisik karena terlilit sakit lanjut usia. 

    Ada peristiwa menarik yang agak sulit diterima oleh akal sehat ketika aku kembali dari perjuangan panjangku selama dua tahun di bangku kuliah. Aku harus bersyukur karena masih bisa membawa pulang keberhasilan dan menemui ayahku walaupun sesungguhnya ia sudah tidak bisa merespek keberhasilanku. Bagiku, penghargaan dari ayahku sudah tidak penting lagi. Yang terpenting adalah bagaimana bisa menemani ayahku dikala ia sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk menolong dirinya. Dalam keletihan lelap tidurnya aku masih mendengar guman suaranya bercakap-cakap dengan roh keyakinannya. Sementara aku memandangnya sedikit takut campur cemas, terbersit dalam pikiranku,  apakah ayahku sementara berhubungan dengan alam bawah sadarnya bersama roh-roh gaibnya, atau roh-roh leluhurnya. Tak terasa aku meneteskan air mata membayangkan apakah ayahku akan selamat dalam keabadian di rumah Bapa sementara ia belum meiliki iman akan harapan itu. Berhari-hari ia berbaring, untuk membalikan badan saja harus dibantu. Namun kekuatan apa yang ia miliki sehingga ia tiba-tiba bangun dari letih tidurnya, dukuk dengan tegar dan berdiri dengan tegap. Dipegang ia menolak, ia menepis setiap tangan yang hendak menuntunnya. Ya Tuhan, kekuatan-Mu kah, atau kekuatan lainkah? 

    Teringat pada suatu sore, ayahku mendapat kunjungan dari ibu-ibu dari satu kelompok kategorial. Dengan misi mendoakan dan menghibur orang sakit mereka menemani ayahku untuk beberapa saat. Ayahku masih lancar bicara, ia masih bisa menjawab dengan sempurna setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya. Ia juga masih bisa menjelaskan beberapa cerca pengalaman hidupnya. Aku tersemtak ketika salah satu ibu dari kelompok kerasulan ini menyampaikan misi kerasulan mereka bahwa kehadiran mereka membawa misi kerasulan untuk membawa pulang ayahku untuk bersekutu dengan Tuhan melalui pembabtisan.

    Ayahku seperti tersambar petir dengan melogiskan pandangannya yang selama ini ia yakini. Semua kami yang ada disekitarnya tersentak kaget ketika ia dengan lancar dan lantang dengan pernyataan-pernyataan yang menantang sekaligus kutukan. Ia dengan tegas mengatakan bahwa ia pernah melihat Tuhan dan Tuhan itu ada. Ayahku begitu sangat yakin bahwa kami yang ada disekitarnya belum perna melihat Tuhan. 

    Para ibupun dengan penuh sabar mengamini pernyataan ayahku. Mereka mencoba mengiburnya dengan canda-canda ringan seolah-olah apa yang disampaikan ayahku benar adanya. Tujuan mereka hanya satu, disisa hidupnya ayahku merestui untuk dibabtis. Nasihat ini ternyata dicerna betul oleh ayahku, sedikit berpikir untuk memberikan jawaban. Pertemuan dalam nuansa kerasulan berubah menjadi ketakutan ketika ayahku menegaskan bahwa bersyukurlah kalian kalau saya yang “duluan” (mati) tetapi bagaimana nanti kalau kalian yang “duluan” (mati). Siapapun yang mendengar pernyataan ini akan ketakutan karena ayahku sangat terkenal dan ia sangat menyatu dengan alam oleh keyakinannya akan adanya kekuatan gaib. Semuanya sia-sia hari itu.

    Pepatah lama “Lain padang lain belalang. Lain orang lain caranya”. Kira-kira hari itu dewi keberutungan lagi berpihak pada ipar ayahku. Laki-laki tua hampir sebaya dengan ayahku. Ia adalah suami dari saudari ayahku artinya secara tradisi ia harus patuh pada ayahku. Ia Muslim yang taat dan jarang lalai beribadah. Kehadirannya sore itu aku yakini adalah gerakan dari Yang Maha Kuasa atas doa dan pengharapan kami semua termasuk kelompok ibu-ibu yang sudah mendoakannya namun harus kembali dengan kekecewaan. Terasa Tuhan mulai bekerja ke atasnya ketika ia mendengar salam dari iparnya. Sepertinya ia mengenal dengan jelas sumber suara itu. Dimintanya aku untuk membantunya duduk sekaligus membersilahkan iparnya masuk. Ngobrol seadanya sekedar basa basi, menayakan ayahku soal keadaan, perasaan dan lain-lain. Namun ada sesuatu yang paling bermakna dari basa-basi itu ialah apakah ayahku siap untuk dimandikan (dibabtis). Tanpa pikir panjang ayahku langsung mengiahkan. Aku sungguh kaget campur haru, apa mungkin hal ini bisa terjadi. Terdengar dari  mulut ayah ku, keluarlah seribu satu persyartaan yang harus dipenuhi oleh sang iparnya ini. Harus disiapkan tembakau, koli, sirih pinang dan tuak, sepertinya yang ia minta adalah sarana adat yang ia imaninya selama ini. Dalam hati kecilku bertanya adakah hubungannya dengan sakramen dengan sarana adat dalam satu ritual pembabtisan. Akhirnya Iparnya menyanggupi semuanya itu termasuk menghubungi seksi kerasulan untuk menghubungi Romo (Imam).

    Hanya doa dan pasrah yang ada pada kami sekeluarga, dengan linangan air mata kami berharap pada Tuhan semoga peristiwa berahmat ini boleh terjadi ke atas ayah kami diusianya yang tinggal beberapa saat lagi pasti berpamit dengan dunia lamanya. Kehadiran rahmat memang tidak butuh waktu panjang, saat itu diminta saat itupun langsung Tuhan Jawab. Semua sarana Rohani sudah siap, hanya tinggal menunggu kehadiran Romo. Tak ketinggalan sarana adat sebagaimana yang diminta ayahku pun tersiapkan. Semua kami berada disekitar dipan dimana ayahku duduk. Suasana hening, bisu tanpa kata hanya desah napas ayahku terdengar jelas menahan penat namun ia tegar. Romo pun hadir di tengah penantian kami. Persiapan Ibadat pun dimulai.  

    Mendengar Romo tiba, ayahku sontak bertanya apakah Romo sudah tiba dan semua kami mengiahkan. Ayah ku dengan tegas meminta menyediakan tembakau dua gulung, disapanya Romo untuk membakar dan mengisap padahal sudah berbulan-bulan ia tidak melakukannya, kami hanya terdiam. Sekali tarikan langsung dibuangnya. Ayah ku kembali meminta untuk menyediakan sekapur sirih pinang untuk masing-masing, satu bagian untuknya yang telah ditumbuk halus dan satu untuk Romo. Kami hanya menyaksikan dengan diam. Sekali dikunayah dan bembuang air sirih, ayahku langsung membuangnya dari mulut. Diminta yang terakhir, sediakan tuak dua gelas, satu untuknya dan satu untuk Romo. Tak seorang pun menyangsikan  ritual dibuat ayahku padahal ia sementara menahan perih karena harus sabar duduk menanti rahmat Ilahi. Diangkatnya gelas berisi tuak, dilantumkannya bahasa leluhur berkekuatan magic, ia mohon maaf kepada roh pemilik kekuatan yang ia imani selama ini sekaligus berpamitan dengan roh-roh itu dalam bahasa mantera sekaligus berikthtiar untuk berbalik dari kuasa roh gaib dan kembali menyatu denga Roh Tuhan. Setitik dituangkan ke tanah untuk memberi minun leluhur, diajaknya Romo untuk meminum sekali teguk, dan selesai.

    Ayahku diam pasrah pertanda rahmat Tuhan sudah bekerja bekerja ke dalam nuraninya. Ia telah melepaskan keterikatannya dengan roh bukan dari Tuhan serta illah lain yang telah mengukung hidupnya sampai ia harus rela menderita bertahun-tahun sampai ia mendapatkan pembebasan. Hanya dengan iringan  doa dan pujian kepada Tuhan kami mengiringi prosesi pembebasan melalui tanda kemenangan lewat urapan  air pembabtisan. Ayahkupun dibabtis melalui tangan yang terurapi disaksikan oleh kami semua.  Aku merangkul ayahku sambil membantu membaringkannya keatas dipan tempat sisa peluhnya ia ditumpahkan sambil mengucapkan syukur kepada Tuhan dengan linangan air mata. Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertobat ayahku, Tuhan hadir pada waktu yang tepat melalui beragam tangan. Engakau telah berhasil kembali bersatu dengan Tuhan yang sesunggunya yang harus kita Imani bersama sehingga kelak kita berada pada arah keselamatan yang satu dan sama. Jalan, kebenaran dan hidup. 

    Bagikan ke

    Comment Closed: AYAHKU KEMBALI BERSATU DENGAN TUHAN

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021