KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bersahabat Dengan Thalasemia

    Bersahabat Dengan Thalasemia

    BY 11 Feb 2025 Dilihat: 133 kali
    Bersahabat Dengan Thalasemia_alineaku

    Ketika sebelum pandemi, kegiatan pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya, pembelajaran dilakukan secara tatap muka, pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan, adanya interaksi antara guru dengan murid dan murid dengan semua teman-temannya, roda kehidupan pun berjalan dengan normal. Tetapi ketika pandemi melanda, roda kehidupan pun menjadi terpuruk,banyak perubahan yang terjadi dalam tatanan kehidupan tak terkecuali dalam bidang pendidikan pun mengalami perubahan.  Selama pandemi pembelajaran dilakukan secara daring, bukan hal yang mudah ketika pembelajaran dilakukan secara daring, banyak kendala yang dihadapi baik guru maupun murid. Hampir dua tahun sudah harus berdamai dengan corona dan akhirnya hari ini diadakannya pelaksanaan vaksin dengan tujuan agar pembelajaran bisa dilakukan dengan tatap muka.

    Pagi ini matahari menyapa dengan senyum ceria dan penuh kehangatan dengan semangat dan energi baru untuk memulai ajaran baru tahun ini. Pembelajaran kali ini aku mendapatkan kepercayaan untuk menjadi wali kelas XI IPA 2 dan hari ini aku mendampingi murid-muridku untuk di vaksin, perasaan haru, bahagia, campur menjadi satu, yang selama ini pembelajaran dilakukan secara daring sebentar lagi akan bertatap muka dengan murid-murid. Alhamdulillah, akhirnya pembelajaran bisa dilakukan dengan  tatap muka dengan tetap menerapkan memakai masker. 

    Pembelajaran setelah pandemi banyak tantangan yang dihadapi oleh semua guru, karena selama pandemi murid-murid lebih banyak rebahan di rumah, dan karena itu para guru melakukan pendekatan ke murid untuk pembentukan karakter yang kuat agar menjadi pelajar yang tangguh, bertanggung jawab dan aktif bergerak dalam segala hal. Di kelas sebelas ini ada satu murid yang ku anggap istimewah, dia adalah Ali, seorang murid laki-laki yang tidak banyak bicara tapi selalu ceria dengan senyum manisnya, murid yang prestasinya biasa saja tapi semangat belajarnya luar biasa, murid yang sopan, cakep, dan semua hal yang baik ada di diri Ali.

    Perkenalan aku dengan Ali dimulai ketika pada saat pendampingan vaksin untuk semua murid, Ali datang terakhir untuk vaksin, setelah menemuiku langsung diarahkan oleh petugas untuk vaksin, saat itu aku mengira Ali sama seperti murid yang lainnya yang semuanya sehat dan siap untuk di vaksin dan tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius, tapi ternyata Ali mempunyai riwayat penyakit yang serius, hal ini aku ketahui ketika Mamanya memberitahuku  bahwa Ali harus konsultasi dulu dengan dokternya sebelum di vaksin lalu saya tanya Ali menderita penyakit apa, lalu Mamanya menjawab Ali menderita penyakit thalasemia, saat itu aku tidak terlalu menanggapinya dengan serius karena aku fokus pada pendampingan vaksin sampai selesai dan memastikan semua murid sudah tervaksin. Setelah selesai pelaksanaan vaksin dan murid-murid langsung pulang ke rumah masing-masing, aku pun juga pulang. Ketika sampai di rumah aku melepaskan rasa lelah dengan menikmati segelas es kopi, di saat sedang menikmati es kopi sambil mendengarkan lagu kesukaan tiba-tiba teringat Ali tentang penyakitnya, untuk menghilangkan rasa penasaran lalu tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi Mamanya dan  menanyakan  mengenai penyakit Ali. Ya Rabb, rasa tak percaya seakan langit pun hilang senyumnya.

    Thalassemia, penyakit yang selama ini Ali tutupi dariku, bahkan teman-teman sekelasnya pun tidak semuanya tahu. Dengan cerianya, dia menutupi penyakitnya agar teman-temannya merasa tidak kasihan terhadapnya. Ali, seorang yang aku kenal ceria, tekun belajar, sopan, ternyata dia seorang pejuang dalam kehidupannya, berjuang demi kesembuhan dan kesehatan dirinya. Awalnya aku tidak tahu apa itu penyakit thalasemia, aku cari tahu dengan bertanya ke teman- teman guru-guru lain yang mengetahui penyakit thalasemia, karena merasa masih kurang penjelasan dari teman-teman, akhirnya aku cari informasi mengenai penyakit ini. Betapa terkejutnya aku membaca artikel tentang penyakit Ali, pelan-pelan ku baca lagi,berharap salah baca tapi ternyata itu benar dan akhirnya  tahu apa itu thalassemia. Thalasemia merupakan kelainan darah yang diturunkan yang disebabkan oleh kelainan hemoglobin (akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin) yang menyebabkan kerusakan pada sel darah merah sehingga penderitanya mengalami anemia atau kurang darah (Marnis, Indriati,& Nauli, 2018). 

    Menurut Hockenberry & Wilson (2009). Thalassemia adalah kelainan darah bawaan ketika tubuh membuat bentuk hemoglobin yang tidak normal. Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen.

    Gangguan hemoglobin ini menyebabkan kerusakan sel darah merah yang berlebihan, sehingga memicu anemia. Ini adalah suatu kondisi tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang normal dan sehat. Thalassemia adalah penyakit yang pengidapnya perlu waspadai. Terutama yang berat. Sebab, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal jantung, pertumbuhan terhambat, gangguan hati, hingga mengancam keselamatan jiwa.

    Ada tiga jenis thalassemia, thalassemia minor, yang terjadi pada seseorang yang sehat namun orang tersebut dapat mewariskan gen thalasemia pada anak-anaknya dan penderita tidak memerlukan transfusi darah dalam hidupnya. Thalassemia intermedia, kondisi antara thalassemia mayor dan minor, penderita mungkin memerlukan transfusi darah secara berkala dan penderita jenis ini dapat bertahan hidup sampai dewasa. Thalassemia mayor sering disebut juga Cooley Anemia dan terjadi apabila kedua orang tuanya mempunyai sifat pembawa thalasemia, penderita thalasemia mayor tampak normal saat lahir, tetapi akan menderita kekurangan darah pada usia tiga sampai delapan belas bulan, penderita thalassemia mayor akan memerlukan transfusi darah secara berkala seumur hidupnya dan dapat meningkatkan usia hidupnya hingga sepuluh sampai dua puluh tahun, namun apabila penderita tidak dirawat, penderita thalassemia ini hanya bertahan lima sampai enam tahun (Potts & Mandleco, 2007). Thalassemia mayor terbagi menjadi dua jenis, thalassemia alfa mayor, penderita kelainan darah jenis ini membutuhkan transfusi darah rutin dan perawatan medis yang ekstensif sedangkan thalassemia beta mayor bisa disebut jenis yang paling parah, penderitanya harus rutin melakukan transfusi darah sejak didiagnosa penyakit ini.

     Setelah aku tahu apa itu penyakit thalasemia, aku menanyakan ke Mamanya Ali, penyakit Ali termasuk thalassemia yang mana, dengan suara yang tertahan dan bergetar, Mamanya mengatakan bahwa Ali mengidap thalassemia beta mayor dan G6PD, aku tidak bisa berkata apa-apa ketika Mamanya menyebutkan kalau Ali menderita thalasemia beta mayor, dengan suara lirih aku tanya lagi apa itu “G6PD”. Mamanya mengatakan G6PD (Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase) adalah enzim yang berperan penting dalam proses metabolisme sel darah merah. Ali kekurangan enzim yang penting untuk melindungi sel-sel tubuhnya lalu Mamanya menceritakan perkembangan Ali mulai dari Ali dilahirkan pada tanggal dua puluh satu April tahun 2005. Seorang bayi  mungil yang menggemaskan dengan berat badan dua koma empat kilogram, Ali tumbuh dengan sangat baik dan sehat, perkembangan motoriknya pun sangat baik, diusia sembilan bulan Ali sudah bisa berjalan, di usia sepuluh bulan sudah lancar berbicara dan jarang sekali Ali mengeluh sakit, terlihat jelas raut wajah bahagia dan mata yang berbinar ketika mengingat dan menceritakan keadaan Ali pada saat itu, tetapi raut mukanya seketika berubah menjadi sedih. Dengan helaan nafas yang lirih Mamanya menceritakan kembali  ternyata perkembangan Ali mengalami kemunduran tepatnya di usia dua belas bulan berat badan Ali menurun drastis meskipun berat badan turun drastis Ali masih saja terlihat ceria dan sehat.

    Karena Ali masih terlihat aktif dan ceria, Mamanya menganggap keadaan Ali masih baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Akan tetapi menginjak usai setahun setengah Ali sering panas bahkan sampai kejang karena panasnya yang tinggi dan terlihat mudah lelah dan pucat, menginjak usia dua sampai tiga tahun keadaan Ali masih seperti itu bahkan pernah mengalami dehidrasi selama tiga belas jam dan akhirnya diputuskan untuk disunat pada saat usai Ali tepat tiga tahun. Mamanya diam sejenak, seakan mengumpulkan kekuatan untuk menceritakan keadaan Ali, dan  tanpa sadar air mataku menetes melihat raut muka Mama Ali. Sambil kupegang tangan Mamanya. 

    “Cukup, Mah. Nanti dilanjutkan lagi ceritanya,” kataku. 

    Malam ini aku tidak bisa tidur karena masih terngiang, terbayang dan tak percaya Ali yang ku tahu seorang yang selalu  semangat belajar ternyata harus berjuang dengan penyakitnya. Tak terasa malam pun semakin larut, bulan bintang enggan menampakan keindahannya, karena besok harus mengajar, aku paksakan untuk bisa tidur agar besok tidak kesiangan. Suara ayam yang merdu membangunkanku dari tidurku, langit yang begitu cerah dan senyum matahari yang menyapaku, semoga hariku juga secerah langit biru. Pagi ini seperti biasa aku mengajar di kelasku, hal yang paling bahagia adalah ketika melihat wajah murid-muridku penuh kecerian dan  senyuman manis di bibirnya, saling ngobrol atau sekedar bercanda dengan teman sebangku sebelum pelajaran di mulai. Melihat Ali, seketika aku ingin bertanya lagi ke Mamanya tentang keadaan Ali waktu kecilnya, dan kuputuskan untuk menanyakan lagi setelah aku selesai pulang mengajar. Setelah sesampainya di rumah dan juga sudah membersihkan diri aku langsung menanyakan ke Mamanya. Setelah menanyakan kabar, perlahan-lahan dengan hati-hati menanyakan kembali tentang Ali, aku tahu pasti ini berat untuk diceritakan tapi hebatnya Mamanya dengan senyuman tipis menceritakannya. 

    “Setelah tepat usia tiga tahun Ali disunat. Setahun kemudian, di usia empat tahun, Ali semakin sering mudah lelah dan sering mimisan dan juga biru-biru di badan, tangan, dan kakinya, saat itu saya pikir hal itu hal yang biasa” ujar Mama Ali. 

    “Sampai akhirnya di usia empat setengah tahun dan Ali sudah mulai masuk TK, keadaan yang dialami Ali semakin sering bahkan pernah sampai dia tidak bisa bangun dari tempat tidur, sejenak Mamanya terdiam sesaat, mengumpulkan kekuatan untuk menceritakan kembali. 

    “Ma, jika Mama tidak ingin melanjutkan ceritanya tidak apa-apa, Ma.” kataku. 

    Dengan senyum tipis Mama Ali menceritakannya lagi. Setelah kejadian itu Mamanya memutuskan untuk membawa Ali ke rumah sakit dan ternyata Ali didiagnosa menderita anemia akut, dan harus sering bolak balik masuk ke rumah sakit dan dokter menyarankan saat untuk di rujuk ke rumah sakit HARAPAN KITA untuk diagnosa lebih lanjut, tapi Mamanya tidak segera membawa Ali ke rumah sakit, karena Mamanya berpikir untuk apa, karena selama ini Ali sehat, normal dan ceria. Tiba-tiba Mamanya berhenti cerita.

    ”Maaf, Bu. Nanti saya cerita lagi ya, karena hari saya ada keperluan.”katanya. 

    “Baik, Ma. Jika nanti Mama mau cerita lagi, hubungi saya saja, Ma. Saya siap mendengarkannya.” kataku.

    Sudah dua minggu ini Mamanya Ali tidak menghubungiku, dan akupun tidak enak untuk menanyakan lagi. Tapi, tiba-tiba telepon berdering dan ternyata Mamanya Ali menelepon. Segera kuangkat.

    “Bu, hari Sabtu besok ada waktu? Saya ingin menceritakan kembali keadaan Ali,” ucapnya.

    “Baik, Ma. Saya bisa. Nanti kita ketemu ya, Ma.” balasku.

    Hari ini aku akan bertemu dengan Mama Ali di rumahnya. Dengan senyum yang manis, Mamanya mempersilahkan masuk dan duduk dengan sambil menyuguhkan air.

    “Ali ke mana, Ma?” tanyaku.

    ”Hari ini Ali lagi kerja kelompok, Bu. Kakaknya lagi keluar juga,” ucap Mama Ali.

    Setelah mengobrol santai, Mama Ali mulai untuk cerita lagi.

    “Setelah beberapa bulan saya masih menganggap Ali baik-baik saja, tapi ternyata saya salah karena keadaan Ali terulang lagi, sering mimisan, saat itu langsung saya putuskan untuk membawa Ali ke rumah sakit yang disarankan, saya konsul ke dokter anak terlebih dahulu lalu dari dokter anak di rujuk lagi untuk konsul ke dokter anak khusus hematologi, dan selama tiga bulan kontrol rutin dan menjalani berbagai tes, hebatnya Ali, dia tidak pernah mengeluh capek untuk di cek kesehatannya. Selama tiga bulan menjalani kontrol dan tes kesehatan dan di bulan terakhir hasilnya sudah keluar,” cerita Mama Ali. 

    Dengan hati tidak tenang, menunggu dokter untuk membacakan hasil tesnya. Dengan pelan, dokter membacakan hasil tesnya yang ternyata Ali menderita thalassemia beta mayor dan G6PD, saat saya belum paham penyakit yang diderita Ali, dengan hati yang cemas saya tanya ke dokter.

    ”Dok, thalassemia beta mayor dan G6PD itu apa?” tanya Mamanya Ali.

    “Ibu tenang dulu ya. Saya akan jelaskan.” ujar dokter sambil berusaha menenangkan Mama Ali.

    Bagai petir di siang bolong, lunglai sudah tubuh saya, seakan dunia runtuh seketika mendengar penjelasan dokter, hanya air mata yang keluar tanpa henti, dokter terus menenangkan diri.

    ”Ibu yang sabar, yang kuat ya.” kata dokter saat itu. 

    Tanpa sadar aku pun menangis mendengar cerita Mama Ali, aku membayangkan seandainya Mamanya Ali itu adalah aku. 

    “Apakah aku juga kuat seperti Mamanya Ali?” kataku dalam hati. 

    Aku genggam tangan Mama Ali untuk tidak melanjutkan ceritanya, tapi dengan senyum tipis Mama Ali tetap melanjutkan cerita. Sejenak sambil minum melanjutkan lagi ceritanya.

    “Setelah mendengar penjelasan secara detail dari dokter, saat itu hanya ada satu pertanyaan, berapa lama anak saya akan bertahan hidup?” tanya Mama Ali dan dokter menjelaskan semua itu butuh kesabaran, ketelatenan, dan pastinya butuh support untuk Ali, dan juga semua tergantung daya tubuh Ali. Tanpa sadar  air mataku pun jatuh, di balik cerianya ternyata selama ini Ali menutupi sakitnya, dan harus menjalani kemoterapi dan transfusi darah seminggu sekali, dan setiap hari Mamanya hanya bisa menangis, dan ada lagi yang paling menyakitkan ketika  saya membicarakan penyakit Ali dengan ayahnya, ternyata ayahnya tidak bisa menerima keadaan dan penyakit Ali, dan akhirnya ayahnya meninggalkan kami, yang seharusnya ayahnya bisa menjadi penguat kami, menjadi sandaran kami ketika kami lemah tapi ternyata meninggalkan kami begitu saja. Ya Robb belum saja kami bisa menerima kenyataan penyakit Ali, Engkau berikan lagi cobaan untuk aku hadapi sendiri, harus berjuang sendiri menghadapinya dan harus terlihat baik- baik saja di hadapan Ali. Ya Robb.

    ”Aku tak sanggup menghadapi dan berjuang sendiri, kenapa ini terjadi apa diriku.” ujar Mama Ali.

    ”Untuk sesaat waktu saya tidak tahu harus melakukan apa, dan bagaimana cara berjuang menghadapi ini semua.”

    Di tengah keterpurukannya ternyata Allah menunjukkan kasih sayangnya menyadarkannya untuk tidak boleh menyerah, bangkit dan harus kuat demi anak-anaknya. Akhirnya Mamanya putuskan untuk menjual rumahnya yang selama ini ditempatinya, kendaraan, dan berjualan kerupuk sambil menggendong Ali dan juga terpaksa harus menahan malu untuk berani berhutang ke sana ke sini untuk pengobatan Ali, apapun harus di lakukan demi kesembuhan Ali.

    Hari ini, tepat Ali berulang tahun yang ke enam tahun. Mamanya memasak makanan kesukaan Ali, dan ajak Ali untuk berdoa, agar Allah segera menyembuhkan penyakit Ali dan selalu diberikan kesehatan, lalu kami menikmati udara sejuk dengan bermain bersama kakaknya di taman dengan rumah kami yang sangat sederhana. Tapi kebahagian merayakan ulang tahun Ali hanya sebentar karena keesokan harinya Ali kembali drop hingga masuk ICU selama dua minggu. Perasaan yang tidak bisa digambarkan hancur sehancurnya,pasrah dan mengikhlaskan dengan segala ketentuan yang nanti Allah berikan.

    Hal yang paling menyedihkan ketika sebelum drop Ali mengatakan,”bu,aku capek,kalo aku tidur terus dan ga bangun,ibu jangan sedih ya,”hancur hati Mamanya mendengar perkataan Ali, dalam sholat selalu panjatkan doa untuk selalu diberikan kekuatan,mujizat untuk Ali, namun tetap dalam kepasrahan dan keikhlasan, harus siap jika harus kehilangan Ali untuk selamanya.

    Di saat kepasrahan dan keikhlasan ternyata sekali lagi Allah menunjukkan kasih sayangnya dan memberikan kekuatan yang lebih dari sebelumnya, seraya mengucapkan Alhamdulillah, Allah masih mempercayai Mamanya untuk menjaga dan merawat Ali dengan memeluk Ali dengan penuh kasih sayang. Setelah dua minggu di ICU Ali sudah bisa dipindahkan di ruangan perawatan, raut bahagia terpancar di wajah Mama Ali. Hari ini ada kunjungan dokter untuk memeriksa keadaan Ali, setelah memeriksa dokter mengajak Mamanya untuk membicarakan tentang keadaan Ali.”bagaimana keadaan Ali dok,”tanya Mama Ali,dan dokter menyarankan agar Ali melakukan transpalasi tulang sumsum,dan yang bisa melakukan transplantasi adalah kakaknya, sejenak Mama Ali hanya bisa terdiam tidak bisa berkata apa-apa, dokter tetap melanjutkan penjelasannya bahwa jika transplantasi dilakukan harus siap juga ada dua kemungkinan atau resiko yang harus diterima, kemungkinan yang pertama sekitar 50-80% transpalasi berhasil tapi kemungkinan yang kedua resiko pendonor yaitu kakaknya akan mengalami kelumpuhan.

    Seharian memikirkan saran dari dokter, sangat dilema, bingung dan tidak tahu harus memutuskan apa. Jika harus transplantasi, maka Kakaknya kemungkinan akan lumpuh. Tapi, jika tidak dilakukan transplantasi, keadaan Ali akan terus seperti ini. Di tengah kebimbangannya, Mamanya selalu memohon petunjuk pada Allah, dan bismillah walaupun dengan berat hati Mamanya memutuskan untuk tidak melakukan transplantasi tersebut. Bukan karena tidak sayang, tapi berbagai pertimbangan untuk tidak melakukannya. Tapi keyakinan bahwa Allah memberikan penyakit pasti juga memberikan obatnya, dan  sudah siap dengan segala gunjingan para tetangga, rasa sakit hati saya abaikan, karena mereka tidak di posisi saya.

    Selain menyarankan transplantasi, dokter juga menyarankan agar Ali bersekolah di sekolah khusus penderita thalassemia, tetapi Mamanya tidak mau. Mamanya tetap ingin Ali bersekolah di umum agar Ali merasa sama seperti teman lainnya. Dokter menghargai keputusan Mama Ali, selama pengobatan dokter juga menyarankan untuk ikut Yayasan untuk penderita thalasemia yang ada di rumah sakit, dan Mamanya pun mengikuti saran dokter untuk gabung di Yayasan tersebut. Dengan semangat dan kekuatan yang ada, Mamanya berjuang untuk pengobatan Ali walaupun mendapat juga bantuan dari pemerintah tetapi ada biaya obat yang tidak ditanggung pemerintah. Mamanya percaya akan kesembuhan Ali. 

    Semester satu telah usai, saatnya liburan untuk sejenak melepaskan diri dari kegiatan sekolah,dan liburan kali ini hanya di dalam kota saja, walaupun hanya di dalam kota saja tapi sudah cukup mengembalikan energi dan semangat yang baru untuk bertemu di semester dua nanti, pemandangan alam yang indah membuatku merasa rileks dan bahagia, dan siap menyambut murid-muridku dengan rasa bahagia, dan terutama ingin melihat Ali. Sisa liburan tinggal seminggu lagi aku manfaatin untuk merapikan rumah atau sekedar nonton film di televisi dengan ditemani bermacam snack atau dengan secangkir es kopi.

    Saat yang ditunggu pun tiba, hari Senin yang ceria dan disambut dengan sapaan hangatnya matahari dan hembusan angin yang sejuk. Hari ini upacara pertama di semester dua, tak sabar ingin segera ku sapa Ali untuk menanyakan kabarnya.”buuu,”panggil Ali, langsung kucari sumber suara itu.

    ”Hai, Ali. Gimana kabarmu?”tanyaku. 

    ”Alhamdulillah sehat, Bu,”jawab Ali sambil mencium tanganku. 

    Senang rasanya melihat Ali seceria itu walaupun di dalam diamnya dia adalah anak yang ceria dengan senyum manisnya, dan kuhampiri juga murid-murid kelas hanya untuk menanyakan kabar mereka setelah dua minggu tidak bertemu,dan kemana saja mereka liburan. Hari  ini Kamis jadwal masuk di kelasku sendiri.

    ”Perhatikan semuanya. Senin besok kebagian kelas kita yang jadi petugas upacara, jadi tolong kalian siapkan yang jadi petugasnya.” ujarku. 

    Setelah memberitahukan jadwal upacara, aku lanjutkan lagi untuk menjelaskan materi pelajaran.

    Sebulan berlalu sudah dengan keadaan kelas yang kondusif, aman, tidak ada masalah walaupun kadang kelas sangat berisik, tapi masih ku anggap wajar keberisikan dan kenakalan mereka di kelas, dengan tingkah polah mereka yang terkadang membuatku tersenyum di dalam kelas, mengingat sejenak ketika ada guru yang ijin tidak masuk kelas, sebagian murid mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan sebagian ada yang tidur. Di saat itulah tiba-tiba aku masuk kelas dan membuat mereka seakan terciduk karena ada yang tidur, sedangkan yang tidak tidur hanya tertawa melihat aku foto temannya yang sedang tidur dan masih banyak tingkah mereka yang membuatku senyum,dan ikut tertawa. Sesekali juga memperhatikan Ali tampak sehat dan ceria, mengikuti pelajaran dengan baik. Kegiatan belajar mengajar pun berjalan seperti biasanya dan seakan aku lupa tentang  penyakitnya, yang kulihat saat ini Ali dalam keadaan sehat, ceria, dan bermain dengan teman-temannya.

    Kehidupan seringkali penuh dengan kejutan. Hanya dalam sekejap, kebahagiaan bisa berubah menjadi kesedihan. Ketika semuanya berjalan dengan baik dan kukira Ali akan selalu sehat dan ceria sampai nanti lulus. Pagi ini jam tujuh tiba-tiba ponselku berdering, ada notif chat masuk.

    ”Assalamualaikum, Bu. Hari ini Ali izin tidak masuk sekolah karena sakit, panasnya tinggi,” ujar Mama Ali sambil mengirim foto Ali yang sedang tidur. Aku berpikir mungkin Ali sedang tidak enak badan atau sedang meriang biasa.

    ”Waalaikumsalam, semoga cepat sehat lagi ya,” jawabku tanpa berpikir yang macam-macam. 

    Mama Ali membalas lagi chat.

    “Kalau Ali ada salah, baik dengan sikap dan tingkahnya, mohon dimaafkan ya, Bu. Minta tolong sampaikan maaf Ali kepada teman-temannya juga, karena Ali sudah mulai menyerah. Sudah capek katanya, Bu. Mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya dan diberikan yang terbaik,” ujar Mama Ali dalam chat. 

    Sejenak aku hanya bisa terdiam. Ku baca ulang lagi dengan perlahan, langsung tubuh ini gemetar dan ada ketakutan yang kurasa.

    “Ya Allah, jangan menyerah, harus terus semangat, harus kuat.” balasku. 

    Tak terasa air mataku jatuh perlahan, mencoba untuk berpikir positif dan berharap ketakutanku tidak akan terjadi.

    ”Ya, Bu. Dari kemarin dia sudah bilang nyerah, capek.” Balasan chat Mamanya.

    ”Sudah minum penurun panas?”

    “Sudah, Bu.” balas Mamanya.

    ”Bilangin salam dari saya. Harus kuat nggak boleh nyerah,” balasku.

    ”Insya Allah saya sampaikan, Bu.”

    ”Saya mau liat Ali sukses.” balasku.

    ”Aamiin allahumma aamiin. Dari semalam muntah-muntah, panas tinggi, terakhir tadi pagi dia bilang ke saya, kalau nanti dia nggak jawab saya, tandanya dia sedang tidur. Saya dilarang sedih, Bu. Dia bilang minta disampaikan maaf ke teman-temannya sama bu Uun juga semua guru-guru mapel.” balas Mama Ali. 

    “Ya Rabb, aku mohon beri kekuatan untuk Ali,” doaku dalam hati. 

    Dengan masih gemetar, aku terus bicara sendiri, “Kamu harus kuat, harus kuat, Ali. Ketakutanku semakin menjadi, kuputuskan untuk melihat Ali di rumahnya.

    Segera aku share mengenai keadaaan Ali di grup kelas dan mengajak untuk menjenguk Ali, dan langsung aku siapkan diriku untuk menjenguk Ali. Dalam perjalanan, kubelikan kelapa hijau, walaupun aku tidak tahu apakah ada gunanya. 

    Sesampainya di rumah Ali, langsung kutemui Ali yang sedang tidur. Perasaasn yang sangat sedih kurasakan. Kutahan agar air mata ini tidak jatuh. ku dekati Ali, dengan elusan yang pelan, ku bisikkan beberapa kata.

    “Ali, ini Ibu. Kamu harus kuat, nggak boleh nyerah, harus kuat. Janji sama Ibu, kamu harus sehat, harus sukses,”ujarku. 

    Aku tidak tahu apakah Ali mendengar atau tidak, aku hanya berdoa dan berharap Allah akan menunjukan kasih kasihnya dan memberikan kekuatan untuk Ali,

     

     

    Kreator : Uun Kustrianti

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bersahabat Dengan Thalasemia

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021